Menyoal Reshuffle Kabinet di Tengah Pandemi

Ani Sri Rahayu

Oleh:
Ani Sri Rahayu
Dosen Civic hukum Universitas Muhammadiyah Malang

Akhir-akhir ini, isu mengenai perombakan atau reshuffle kabinet kembali mewarnai jagad politik Tanah Air. Wacana politik terkait isu reshuffle kabinet ini semakin mengemukan setelah Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengungkapkan kekecewaanya terhadap kinerja para menteri dalam mengatasi pandemi virus Corona (Covid-19) beserta dampaknya, serta kurang maksimalnya penanganan pandemi di bidang kesehatan, sosial dan ekonomi.

Berangkat dari kekecewaan dari kinerja para menteri itulah, akhirnya Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengancam akan melakukan perombakan atau reshuffle kabinet di tengah pandemi Covid-19. Hal itu terungkap dari video yang tayang di akun YouTube Sekretariat Presiden, Minggu (28/6/2020). Video teguran Pak Jokowi kepada para Menteri dalam sidang kabinet tersebut, kini ramai menjadi sorotan publik dan pembicaraan publik. Melalui video tersebut nampak Presiden Jokowi membuka pidatonya dengan nada tinggi. Ia tampak berang lantaran banyak menterinya yang masih menganggap situasi pandemi saat ini bukan sebuah krisis.

Respon Positif Wacana Reshuffle
Sejatinya, ungkapan kemarahan Presiden Jokowi itu perlu kita tangkap sebagai suatu kewajaran, karena wajar adanya jika saat wabah Corona menyerang negeri ini bisa jadi menteri-menteri yang ada pada gagap dalam menyelesaikan persoalan Corona. Sehingga, tidak heran jika video ini berprospek membawa isu langkah-langkah extraordinary yang mungkin saja dilakukan Presiden. Langkah politik atau pemerintahan siap diambil. Bisa jadi pembubaran lembaga dan reshuffle kabinet akan menjadi isu hangat beberapa bulan kedepan ditengah suasana pandemi yang serba tidak menentu ini.

Oleh karena itu cukup beralasan bagi Jokowi untuk mengganti menterinya kapan saja. Sejatinya, reaksi Presiden Jokowi terhadap para meterinya tidaklah harus kita respon dan sikapi secara negatif. Ada nilai-nilai positif, yang sekiranya bisa direspon, terkait ancaman perombakan kabinet tersebut.

Pertama, ancaman tersebut bertujuan untuk menegur para menteri dengan cara menyampaikan langsung capaian kinerja mereka ke hadapan publik. Sehingga diharapkan ada stimulus atau pematik melalui ‘cubitan’ ini supaya selajutnya menteri bekerja lebih baik.

Kedua, bisa jadi Presiden Jokowi ini kemungkinan sudah memiliki wacana reshuffle kabinet dan menunggu respons publik. Situasi seperti sekarang ini, publik terbelah dalam menilai wacana reshuffle. Sebagian publik mendukung karena menganggap pemerintah harus kerja cepat. Ada pula yang menilai wacana reshuffle tidak tepat karena membuat menteri bekerja dari awal. Sehingga bisa jadi ada upaya testing the water melihat respon dari publik.

Ketiga, kemungkinan Jokowi memang sudah siap merombak kabinet. Nilai positifnya lagi dari publikasi video pidato Jokowi dalam sidang kabinet paripurna itu merupakan sinyal awal dari Kepala Negara. Sehingga, publik tak akan kaget dengan wacana reshuffle di tengah pandemi corona. Termasuk para stakeholder, baik partai atau menteri-menteri tersebut tidak kaget.

Keempat, bisa jadi sebenarnya Pak Jokowi sedang jengkel dengan kita semua. Iya, kita sebagai rakyat Indonesia. Pandemi yang masih terus berlangsung, angka penyebaran yang terus bertambah menjadi indikatornya. Suka tidak suka, mau tidak mau, semua berhubungan dengan kita. Itu nilai positif yang sekiranya bisa kita terima secara bijak. Perpu, Perpres dan Permen bisa saja dikeluarkan, tetapi yang lebih penting bagaimana efektivitas penerapannya di masyarakat.

Semua ini sangat bergantung kepada kita sebagai masyarakat. Apakah kita mau mengikuti peraturan, himbauan maupun kebijakan yang diambil pemerintah atau malah mengabaikannya. Jika melihat hal ini, maka sebenarnya teguran ini sebenarnya diberikan untuk kita semua bukan berhenti pada kabinet yang ada.

Pentingkah reshuffle?
Di tengah situasi pandemi korona yang bisa terbilang tidak menentu kali ini, bisa terpastikan semua serba gagap. Semua ini yang terjadi karena pandemi ini diluar dugaan kita semua. Wajar adanya, jika akhirnya kita harus dituntut untuk bisa aktif, cepat dan reaktif dalam menghadapi persoalan. Termasuk sama dengan harapan Presiden Joko Widodo yang akhir-akhir ini menutut para kabinetnya untuk mampu berkerja dengan cepat diberbagai sektor yang tengah ditangani oleh para kabinetnya.

Hingga akhirnya, berbicara kelambanan dan kurang cekatan dan cepatnya kinerja para kabinernya tersebut, presiden Jokowi mewacanakan soal reshuffle kabinet. Pertanyaannya adalah apakah perlu reshuffle kabinet Indonesia Maju di tengah Pandemi Covid-19?. Sejatinya, di tengah pandemi sekarang ini kalau ada agenda reshuffle merupakan waktu yang kurang tepat. Sebab, kalau dilakukan reshuffle ataupun penyegaran kabinet. Persoalannya, selajutnya apakah menteri yang baru langsung cepat beradaptasi dan beraksi dalam membuat kebijakan di masa sulit ini?. Jawaban belum tentu. Situasi saat ini, jelas berbeda dengan masa sebelum ada corona.

Wajar adanya Presiden Joko Widodo menutut kabinet bekerja di atas kewajaran yang ada. Artinya, cara kerja di tengah pandemi tentu harus beda dengan masa-masa biasa sebelum ada corona. Logikannya, bisa dipastikan bahwa setiap orang baru dalam kabinet meski dia sudah berpengalaman di legislatif, eksekutif pastinya butuh adaptasi mengenai tugas yang diemban di tengah dinamika kehidupan dan pemerintahan saat ini. Konkretnya, sekarang ini pemerintahan butuh keseriusan tindakan, tidak sekedar teori tapi aksi.

Mewujudkan semua itu, tentu bukanlah hal yang mudah. Artinya, sepintar apapun menterinya, maka dia akan butuh adaptasi yang lumayan lama juga. Berfikir jernihlah yang saat ini kita butuhkan. Sebab, bagaimana juga secara sosiologis publik saat ini terbelah menjadi dua dalam menilai wacana reshuffle di tengah pandemi corona. Pertama, sebagian publik mendukung karena menganggap pemerintah harus kerja cepat. Kedua, ada pula yang menilai wacana reshuffle tidak tepat karena membuat menteri bekerja dari awal. Sehingga bisa jadi ada upaya testing the water melihat respon dari publik.

Intinya, juga yang perlu kita pahami bersama bahwa jangan berharap banyak pada reshuffle maka situasi selesai. Jadi hemat kata reshuffle kabinet di tengah pandemi bukanlah solusi dalam menyelesaikan pekerjaan rumah pemerintahan saat ini. Itu artinya, penyegaran atau reshuffle tidak dibutuhkan saat masa sulit ini. Reshuffle akan ideal jika dilakukan ketika semua sudah normal. Namun, semua akan berpulang pada keputusan Presiden Jokowi sebagai pemegang kekuasaan akan mengevaluasi kinerja kabinetnya selama Pandemi Covid-19.

———— *** ————–

Tags: