Menyongsong Tahun Kunjungan Wisata Situbondo

Oleh:
Rio F. Rachman :
Dosen mata kuliah Desain Komunikasi Visual dan Teknologi Multimedia di Institut Agama Islam Syarifuddin Lumajang

Tahun 2019 mendatang, dicanangkan oleh Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Situbondo sebagai tahun kunjungan wisata daerah tersebut. Artinya, tahun depan, kawasan yang berjuluk Bumi Shalawat Nariyah itu mesti banyak berbenah. Sempat memang, ada kalangan yang meragukan. Namun, pihak Pemkab yang dipimpin Bupati Dadang Wigiarto tampaknya mengganggap itu justru sebagai tantangan yang mesti dijawab. Bukannya kendur, semangat Pemkab malah tambah membuncah.
Buktinya, akhir tahun lalu, melalui Diskominfo setempat, Pemkab mengadakan sarasehan dengan para pegiat sosial, baik di level dewasa maupun pelajar (pada sore, 13 sampai 14 Desember 2017) Even tersebut nyaris berbarengan dengan Festival Odjhung 2017 (pada malam, 14 Desember 2017). Langkah untuk melakukan pendekatan pada para pegiat sosial adalah signal positif dalam rangka mengenalkan pariwisata. Betapa tidak, di era kekinian, media sosial dengan berbagai platform (facebook, instagram, twitter, dan lain-lain) merupakan corong paling ampuh untuk menggelorakan promosi.
Yang mesti dipahami bersama pula, bahwa soal kunjungan wisata ini bukan sekadar pelampiasan program Pemkab. Lebih dari itu, dengan makin populernya Situbondo di tingkat nasional bahkan internasional, masyarakat setempat pasti terkena imbas positif. Roda perekonomian bisa berputar lebih cepat ke arah perbaikan. Sedangkan “gengsi” kewilayahan juga dapat memupuk rasa bangga yang muaranya pada kemunculan sense of belonging warga nan makin menguat.
Sektor pariwisata adalah sisi yang sexy, karena mengeksplorasi nilai-nilai eksotisme. Bentuk objek wisata pun beraneka rupa. Mulai dari pesona wisata alama, kuliner, hingga penghidupan khazanah seni budaya setempat. Odjhung, pertunjukkan dua orang yang bertarung dengan rotan dengan diiringi lantunan perangkat musik tradisional gamelan, gong, dan gendang adalah satu di antara begitu melimpahnya kekayaan seni budaya di Situbondo.
Sedangkan bila berbicara soal pesona alam, kawasan Kayumas yang kaya kebun kopi pilihan dan air terjun elok adalah satu di antara sangat banyaknya destinasi wisata berbasis alam. Selain Taman Nasional Baluran yang memang telah populer itu. Taman Nasional ini diisi oleh flora dan fauna yang beraneka macamnya. Beberapa titik hamparan daratan mirip dengan lokasi-lokasi unik di benua Afrika.
Adapun di ranah kuliner, salah satu wilayah di lingkup Tapal Kuda ini tak pernah kehabisan makanan sedap dan unik. Misalnya, Soto Situbondo yang khas, Nasi Bukhori, Sate Olean, Bakso Tekwoleh, Bubur Situbondo, serta rupa-rupa olahan ikan lele.
Kesimpulannya, Situbondo merupakan daerah yang kaya wisata alam, sarat khazanah seni budaya, dan penuh kreatifitas dalam mengolah kuliner. Semua ini adalah modal besar dan paling utama buat menggelorakan sektor pariwisata. Demi mewujudkan mimpi tahun kunjungan wisata 2019.
Apa cukup sampai di situ? Tentu tidak. Perlu promosi besar-besaran. Dan, acara yang dihelat Pemkab dengan menggandeng para “think tank” media sosial merupakan inovasi yang sudah pas. Bahkan, perlu dirutinkan. Sekali lagi perlu ditekankan, Pemkab tidak bisa bekerja sendirian. Perlu dukungan semua pihak, termasuk para pegiat sosial. Yang ke depan, akan urun saran dan keaktifan “memasarkan” pariwisata setempat. Ada skema saling mengisi dalam mewujudkan rencana besar ini.
Pada bagian lain, dalam rangka pengembangan pariwisata, sebuah kota atau kabupaten mesti pula menganut konsep Smart Branding. Apa itu? Gampangnya, kota atau kabupaten itu harus lihat dan cerdas untuk membuat objek pariwisata di daerahnya selalu melekat di benak masyarakat. Dengan demikian, orang-orang selalu terbayang dengan wisata-wisata di sana, sehingga punya keinginan kuat untuk mampir, hingga akhirnya datang ke sana.
Salah satu elemen dalam strategi Smart Branding ini adalah melalui media sosial internet. Di samping bersinergi dengan para penghobi/praktisi media sosial, Pemkab mesti cermat pula “menghidupkan” akun media sosial resminya. Butuh penanganan serius di aspek konten, sharing, mentioning, captioning, dan lain sejenisnya. Pekerjaan ini bisa diampu oleh pihak diskominfo dan bagian humas, atau gabungan dari sejumlah instansi yang membentuk tim khusus. Yang jelas, semua sumber daya di Pemkab mesti dikerahkan.
Ada lagi hal yang mesti digarisbawahi. Bahwa sektor pariwisata tidak sekadar berkutat pada persoalan objek wisata eksisting dan promosi. Jadi, yang bertanggungjawab bukan cuma Dinas Pariwisata dan instansi-instansi yang mengurusi branding maupun promosi. Bila bertujuan mengundang banyak orang untuk datang, infrastruktur, sanitasi, dan ketersediaan keperluan standar bagi turis atau pengunjung harus dipenuhi. Tak ayal, yang turun tangan pun lintas dinas. Mulai dinas kesehatan, PU, hingga Bappeda, dan lain sebagainya. Jadi, semua dinas wajib ikut berpartisipasi. Dengan sinergitas seperti itulah Pemkab dapat menjadi katalisator buat merealisasikan keinginannya tahun depan.

——— *** ———–

Tags: