Menyorot Kurikulum Paradigma Baru 2022

Oleh :
Muhammad Yusuf
Dosen PPKn Univ Muhammadiyah Malang

Upaya dalam proses pembenahan dan capaian pembelajaran hingga kini rupaya terus dilakukan oleh pemerintah, salah satunya adalah melalui perubahan kurikulum. Seperti, halnya yang dilakukan belakangan ini oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) bawasannya telah memunculkan kurikulum paradigma baru sebagai penyempurnaan dari Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2013 yang notabenenya akan diberlakukan mulai tahun 2022 secara terbatas dan bertahap melalui program sekolah penggerak yang endingnya akan diterapkan pada setiap satuan pendidikan yang ada di Indonesia. Pertanyaannya, lalu apa bedanya paradigma baru dengan kurikulum sebelumnya?. Nah, melalui rubrik opini di harian inilah penulis ingin mengkajinya.

Arah masa depan pendidikan

Kurikulum merupakan perangkat mata pelajaran dan program pendidikan yang diberikan oleh suatu lembaga penyelenggara pendidikan yang berisi rancangan pelajaran yang akan diberikan kepada peserta didik dalam jenjang pendidikan tertentu. Oleh sebab itulah, kurikulum tidak dapat dilepaskan dari sebuah proses pendidikan.

Di Indonesia sendiri telah diberlakukan beberapa kurikulum dalam pembelajaran di sekolah. Diantaranya kurikulum 1964, Kurikulum 1975, kurikulum 1994, Kurikulum 2004 atau yang lebih dikenal dengan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK), dan yang lainnya. Kurikulum terakhir yang digunakan dan berlaku sampai sekarang adalah kurikulum 2013 atau yang lebih populer dengan sebutan K-13. Namun, rupanya tidak berhenti disitu di tahun 2022 K-13 akan disempurkan lagi melalui kurikulum Paradigma Baru 2022 yang akan diberlakukan secara terbatas pada seluruh sekolah penggerak yang ada di Indonesia.

Implementasi Kurikulum Paradigma Baru pada sekolah penggerak ini berdasarkan SK Badan Penelitian Pengembangan dan Perbukukuan Nomor 028/H/KU/2021 dan 029/H/KU/2021 tentang penerapan Capaian Pembelajaran pada Sekolah Penggerak SD, SMP, SMA, dan SMK. Pada akhirnya nanti direncanakan akan diterapkan pada seluruh satuan pendidikan yang ada di Indonesia.

Pembelajaran paradigma baru memberikan keleluasaan bagi pendidik untuk merumuskan rancangan pembelajaran dan asesmen sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan peserta didik. Pembelajaran dirancang dengan mempertimbangkan tahap perkembangan dan tingkat pencapaian peserta didik saat ini, sesuai kebutuhan belajar, serta mencerminkan karakteristik dan perkembangan yang beragam, sehingga pembelajaran menjadi bermakna dan menyenangkan.

Itu artinya, yang menarik Kurikulum Paradigma baru ini tidak menafikan hal baik yang telah ditetapkan pada kurikulum sebelumnya. Terlihat bahwa proses peningkatan kualitas pembelajaran tetap berbasis kompetensi sebagaimana kurikulum terdahulu. Bedanya jika pada K-13 kita mengenal istilah Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD) sebagai acuan kompetensi yang harus dicapai siswa dalam pembelajaran, maka pada Kurikulum Paradigma Baru terdapat Capaian Pembelajaran (CP) yang merupakan rangkaian pengetahuan, keterampilan, dan sikap sebagai satu kesatuan proses yang berkelanjutan sehingga membangun kompetensi yang utuh.

Sehingga dengan demikian, semakin jelas adanya bahwa pengembangan dan implementasi Kurikulum Paradigma Baru sangat memberikan kontribusi pada kemajuan masa depan pendidikan, terlebih jika tersimak arah peradaban masa depan pendidikan akan ditandai dengan empat perubahan. Adapun perubahan tersebut terjadi pada distribusi makanan digital, kesehatan digital, pendidikan digital dan lingkungan digital. Arah masa depan pendidikan bisa dilakukan dengan memanfaatkan Artificial Intelligence, Big Data, Connectivity, Block Chain. Oleh sebab itu, orang yang berpendidikan perlu memiliki kebebasan dalam menciptakan sebuah karya, dan memiliki well being. Untuk mencapai hal tersebut maka logis adanya jika diperlukan transformasi pendidikan, salah satunya melalui perubahan kurikulum.

Pembelajaran paradigma baru

Perubahan kurikulum sejatinya merupakan sebuah keniscayaan yang bisa dihindari, pasalnya konsep kurikulum berkembang sejalan dengan perkembangan teori dan praktik pendidikan. Oleh karena itulah, setiap perubahan kurikulum tidak bisa serta merta disudutkan karena alasan politis semata, atau seperti persepsi publik bahwa “ganti mentri ganti kurikulum”. Namun, lebih dari semua itu bahwa kurikulum perlu dikembangkan berdasarkan suatu prinsip dan landasan tertentu. Seperti halnya, rencana Mendikbudristek terkait inovasinya dalam pembentukan kurikulum baru tahun 2022 yang kini tengah menarik perhatian publik.

Kurikulum 2022 ini menjanjikan lebih fleksibel, sehingga berpotensi akan mampu mencerminkan keragaman dalam sistem pendidikan di Indonesia. Pasalnya, Mendikbudristek memberikan wewenang penerapan kurikulum terbaru ini diberikan kepada masing-masing sekolah. Sehingga, dengan demikian sekolah tidak akan dipaksa untuk menerapkan kurikulum tersebut. Itu artinya, implementasi kurikulum baru 2022 tidak memaksa sekolah, setiap sekolah bisa tetap dapat memilih kurikulum baru atau masih ingin memakai kurikulum sebelumnya.

Oleh sebab itu, pembelajaran paradigma baru mendukung konsep merdeka belajar. Pembelajaran dengan paradigma baru berorientasi pada penguatan kompetensi dan pengembangan karakter yang sesuai dengan nilai-nilai Pancasila. Tujuannya meningkatkan kemampuan atau kompetensi siswa agar dapat bersaing secara global. Melalui kurikulum 2022 setidaknya terdapat tiga elemen penting yang terkembangkan.

Pertama, berbasis kompetensi artinya pengetahuan, keterampilan, dan sikap dirangkaikan sebagai satu kesatuan proses yang berkelanjutan sehingga membangun kompetensi yang utuh. Itu artinya, kurikulum 2022 akan lebih difokuskan pada pengembangan karkater dan kompetensi siswa, sehingga siswa akan lebih berorientasi pada profesi yang mereka dapat di masa depan.

Kedua, pembelajaran yang fleksibel artinya penyusunan capaian pembelajaran dalam fase-fase (2-3 tahun perfase), sehingga peserta didik memiliki kesempatan untuk belajar sesuai dengan tingkat pencapaian, kebutuhan, kecepatan, dan gaya belajarnya.

Ketiga, menguatan karakter Pancasila dengan mensinergikan antara kegiatan pembelajaran rutin sehari-hari di kelas dengan kegiatan nonrutin (projek) interdisipliner yang berorientasi pada pembentukan dan penguatan karakter berdasarkan kerangka Profil Pelajar Pancasila

Melalui ketiga elemen utama dalam pengembangan kurikulum 2022 tersebut di atas semakin jelas adanya bahwa kurikulum 2022 lebih fleksibel dan lebih berfokus pada materi yang esensial dan tidak terlalu padat materi. Sehingga, dengan demikian guru dengan waktu yang dimiliki mampu dan berpotensi mengembangkan karakter dan kompetensinya, sehingga besar harapan melalui Kurikulum Paradigma Baru 2022 ini dapat menjadi pemantik bagi pelaku pendidikan di satuan pendidikan untuk mempelajari lebih mendalam tentang Implementasi Kurikulum Paradigma Baru tersebut, guna bersama-sama mewujudkan dan mencapai pendidikan lebih baik untuk anak bangsa.

——— *** ———

Tags: