Menyoroti Ketahanan Pangan Jawa Timur

foto ilustrasi

Pangan menjadi sektor penting di tengah pandemi Covid-19 yang melanda dunia, bahkan Badan Pangan Dunia Food Agriculture Orgazation (FAO) telah mengingatkan bahwa dunia di ambang krisis pangan. Wajar adanya jika peringatan dari FAO tersebut perlu mendapat respon yang antisipatif, kooperatif, partisipasif, dan responsif. Baik dari pemerintah pusat maupun daerah demi menjaga ketahanan pangan. Termasuk, kita warga masyarakat Jawa Timur perlu ikut aktif mengawal, bahkan menyoroti kondisi pangan Jawa Timur, guna mengetahui sejauh mana ketersediaan pasokan pangan di Jawa Timur ini.

Kementerian Pertanian (Kementan) telah menyiapkan berbagai strategi dalam menghadapi tantangan ketahanan pangan, khususnya dalam situasi pandemi Covid-19. Mulai memberikan stimulus relaksasi KUR sampai upaya percepatan bantuan sarana dan prasarana pertanian, hingga pemberian bantuan subsidi pengangkutan pangan dari daerah surplus ke daerah minus sehingga pasokan pangan dapat menjangkau seluruh wilayah Indonesia. Dilanjutkan dengan pendistribusian hasil panen petani agar dapat terserap pasar dengan harga yang wajar, sehingga petani tetap bersemangat menanam dan berproduksi,

Begitupun, peran aktif pemerintah daerah dalam pemberdayaan terhadap produk-produk lokal, khususnya Jawa Timur. Wilayah Jatim saat ini merupakan salah satu wilayah berstatus lumbung pangan nasional. Secara ekologis, memiliki luas panen pada semester I 2020 seluas 1.120.153 hektar. Sedangkan untuk produksi padi pada semester I ini diperkirakan mencapai 6.185.310 ton GKG atau setara dengan 4.066.348 ton beras. Potensi konsumsi Jatim diperkirakan mencapai 2.133.143 ton beras. Sehingga pada Semester I 2020 ini surplus beras Jatim mencapai 1.933.205 ton beras. Sedangkan, sasaran tanam padi Juli 2020 di Jawa Timur seluas 98.797 hektare dan prediksi luas panen pada bulan Juli seluas 110.662 hektare dengan perkiraan produksi sebesar 626.564 ton GKG atau setara beras sebesar 407.267 ton, (birohumas.jatimprov, 7/6).

Gumoyo Mumpuni Ningsih
Pengajar Universitas Muhammadiyah Malang.

Rate this article!
Tags: