Merangkak Naik, Surabaya Raya Wajib Waspada

Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa, Kapolda Jatim Irjen Pol Luki Hermawan dan Pangdam V Brawijaya Mayor Jenderal TNI R. Wisnoe Prasetja Boedi saat menggelar jumpa pers di Grahadi, Rabu (15/5). [Adit hanata utama]

Polda Siapkan Isolasi Terbatas
Pemprov, Bhirawa
Perhatian Gugus Tugas Covid-19 Jatim semakin intensif pada epicentrum penyebaran kasus positif, yakni Surabaya. Hal ini lantaran dalam beberapa hari terakhir jumlah kasus di Surabaya terus merangkak naik signifikan. Sehingga, daerah yang menjadi hinterland, seperti Sidoarjo, Gresik dan Lamongan kembali harus meningkatkan kewaspadaan.
Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa menjelaskan, terjadi peningkatan yang signifikan dan secara beruntun pada kasus positif covid-19 di Surabaya. Kemarin, jumlah kasus bertambah 16 positif, dua hari lalu penambahan terjadi sebanyak 20 kasus positif dan tiga hari sebelumnya sebanyak 30 kasus positif.
Surabaya beruntun naik 20 kasus positif, 11 di antaranya PDP. Dua hari lalu ada 30 kasus, PDP 21. Dari peningkatan itu, diketahui sebagian berasal dari Orang Tanpa Gejala (OTG) yang melakukan swab secara mandiri dan dinyatakan positif.
“Artinya ada yang daya tahan tubuhnya bagus sehingga tidak muncul tanda-tanda klinis. Tapi secara mandiri mereka diswab dan hasilnya positif. Hal ini harus waspada, karena kecenderungan OTG dan langsung positif cukup signifikan di Surabaya. Jadi tetap tinggal di rumah adalah pilihan paling aman. Ini bagian-bagian yang akan menjaga diri kita masing-masing,” tutur Khofifah di Gedung Negara Grahadi, Rabu (15/4).
Sementara itu, terkait peningkatan kasus covid-19 di Jatim kemarin tercatat sebanyak 25 kasus positif. Sehingga totalnya menjadi 499 kasus positif. Selai Surabaya, penambahan terjadi di Sidoarjo, Tulungagung dan Kabupaten Probolinggo.
Di antara yang terkonfirmasi, Khofifah kembali menyampaikan kabar gembira terkait kesembuhan lima pasien positif covid-19. Namun, Khofifah juga menyampaikan duka cita atas meninggalnya satu pasien dari Surabaya. “Surabaya sudah 244 kasus, yang dimaksud Surabaya Raya adalah Sidoarjo yang saat ini telah 46 orang positif dan Lamongan 25 orang serta 18 orang di Gresik,” tutur Khofifah.
Kalau dilihat dari hinterland Surabaya, maka Sidoarjo, Lamongan dan Gresik sama-sama harus meningkatkan kewaspadaan dan kesiapsiagaan secara komperehenaif. Sebab, ketiganya berada di sekitar epicentrum Jatim.
Disinggung terkait PSBB, Khofifah mengaku sebagian dari substansi Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) telah dilakukan di Jatim. Antara lain melaksanakan belajar dari rumah, kegiatan sosial keagamaan atau ibadah dari rumah, bekerja dari rumah. “Langkah-langkah itu telah berjalan. Bedanya dengan PSBB, ada penguatan dari berbagai pembatasan. Misalnya pasar tertentu ditutup dan pasar untuk logistik dibuka pada jam tertentu. Sehingga interaksi masyarakat benar-benar dibatasi. Selain itu, masyarakat yang keluar rumah wajib menggunakan masker. Maka ada proses sosialisasi, yang rata-rata dilakukan tiga hari,” tutur Khofifah.
Dalam penerapan PSBB, juga ditetapkan aturan pembatasan penumpang untuk transportasi publik. Sehingga dalam PSBB baru bisa berjalan setelah ada Pergub sebagai landasan untuk pedoman PSBB secara efektif setelah ada persetujuan dari Kemenkes. “Jadi beberapa substansi dalam PSBB sudah kami lakukan. Tapi kalau sudah diputuskan Kemenkes dan Pergubnya sudah keluar, maka ada penguatan. Ada punishment dan ada penalty,” ungkap Khofifah.
Sementara itu, Sekdaprov Jatim Heru Tjahjono menambahkan, hingga saat ini belum ada daerah di wilayah Surabaya Raya yang mengajukan usulan PSBB ke pusat. Namun, pihaknya mengaku ada satu daerah yang telah mengajukan yakni Kota Malang. “Kami lakukan kordinasi dengan Sekda dan Wali Kota Malang untuk mempertimbangkan kembali,” ungkap Heru.
Pertimbangan itu karena kaitannya dengan PSBB untuk wilayah sekitar. Dari Pemkot Malang juga mengakui jika penerapan PSBB tidak diikuti dengan Malang Raya tidak akan efektif. Karena itu terkait dengan akses barang dan jasa, akses perekonomian dan akses layanan kesehatan. Sama seperti ketika usulan di Surabaya, maka harus berseiring dengan Sidoarjo, Gresik, Lamongan dan Mojokerto. “Itu yang kami sampaikan ke Wali Kota Malang untuk mengevaluasi kembali surat yang dikirim,” tutur Heru.
Heru mengakui, untuk penerapan PSBB ada krireria yang juga harus dipertimbangkan. Salah satunya jumlah kasus dan tingkat sebarannya. “Dari sisi jumlah kasus Surabaya sudah memenuhi. Tapi akses itu yang harus dipertimbangkan,” pungkas Heru.
Isolasi Terbatas
Polda Jatim telah membuka peta anatomi sebaran covid-19. Peta anatomi tersebut memetakan sejumlah daerah rawan hingga ke titik terdekat dari sebaran kasus positif covid-19. Dari peta anatomi tersebut, selanjutnya akan menjadi dasar untuk pelaksanaan isolasi terbatas.
Kapolda Jatim Irjen Pol Luki Hermawan menjelaskan, peta anatomi yang dibuat berdasarkan data dari posko. Akurasinya dipastikan tidak akan meleset dengan toleransi jarak kurang dari 50 meter. Pihaknya kemudian menjelaskan alur sebaran covid-19 di Surabaya.
Misalnya di Surabaya Utara, kode kasus 1 terdapat di Jalan Demak dan menyebar ke kode kasus 2 hanya berjarak sekitar 600 meter. “Penyebaran dari kasus pertama dengan kasus kedua radiusnya hanya enam ratus meter jika ditarik garis lurus,” tutur Kapolda Jatim Luki di Gedung Negara Grahadi, Rabu (15/4).
Kode kasus berikutnya bergeser ke wilayah selatan. Luki menjelaskan, pada kode kasus 5 terjadi di sekitar Wonokromo, kemudian ke Simokerto hingga peningkatan terjadi signifikan pada kasus ke14 dengan jumlah 26 kasus. “Dan kami melakukan anev dengan Polrestasbes bahwa di daerah Jalan Gresik jumlahnya cukup banyak penyebarannya di atas 20 kasus,” tutur Luki.
Pada titik penyebaran yang tinggi tersebut, Luki mengatakan ke depan akan mengambil langkah melalui kordinasi dengan Pangdam untuk isolasi terbatas. “Kami sudah siapkan anggota TNI – Polri gabungan akan masuk menggunakan sepeda motor karena disitu masuk gang. Kita juga akan melakukan penyemprotan dan sebagainya dengan 60 anggota,” tutur Luki.
Terkait isolasi terbatas itu, pihaknya telah berkordinasi dengan Pemkot Surabaya yang akan memberi suplai makanan. Sementara ada bebera jalur yang akan ditetapkan sebagai zona merah karena yang telah dilakukan di Jalan Tunjungan dan Jalan Darmo yang awalnya data di situ cuku tinggi dan beberapa minggu terakhir telah menurun.
“Kami akan geser zona merah di Jalan Kenjeran, Jalan Gresik, Jalan Jepun, Jalan Veteran, Jalan Raya Simokerto, Jalan Raya Dupak, Jalan Jepara, Jalan Indrapura, Jalan Jakarta dan Jalan Sidotopo Wetan,” tutur Luki.
Jalan tersebut akan dilakukan mekanisme buka tutup dan beberapa tim telah melakukan sosialisasi. Maka ada tim yang akan mengatur peralihan arus. Termasuk di Jalan Pandegiling. “Pandegiling kita jadikan sasaran karena sudah mulai mendekat ke situ. Jangan sampai masuk wilayah situ karena wilayah tersebut sangat padat dan sampai saat ini masih nihil,” ungkap Luki.
Lebih lanjut, Luki menjelaskan bahwa peta tersebut merupakan peta operasi kerawanan daerah yang tidak bisa dipublish secara umum. Kami menggunakan peta ini dengan google earth untuk memastikan cara bertindak TNI – Polri serta Gugus Tugas Covid-19. “Kejadian-kejadian yang ada kita masukkan dalam peta ini dengan melibatkan Babinsa dan Babi kamtibmas,” pungkas Luki. [tam]

Tags: