Merasa Tersesat di “Jalan yang Benar”

Moh Mahrus Hasan

Moh Mahrus Hasan
Menulis dipilih menjadi salah satu media untuk menuangkan isi hatinya. Meskipun tidak banyak yang menjalaninya, tetapi inilah yang dijalani Mohammad Mahrus Hasan seorang guru yang juga Pengasuh Pesantren Nurul Ma’rifah Poncogati Curahdami di Bondowoso. Sampai saat ini hampir seratus tulisan yang dikliping rapi yang dimuat di berbagai media.
“Saya bisa menulis sebanyak ini karena punya basic jurnalis, yaitu saat saya belajar di fakultas dakwah jurusan komunikasi penyiaran Islam di UIN Sunan Kalijaga Jogjakarta,” tutur Mahrus mengisahkan awal mulanya menulis. Saat diketahui ayahnya dia sedang kuliah di Fakultas Dakwah, dia di marahi karena ayahnay berharap dia menjadi guru dengan kuliah di Fakultas Tarbiyah.
“Disini ini Pesantren dan banyak lembaga pendidikan, kalau Fakultas Dakwah mau jadi apa?”, katanya menirukan abahnya KH Hasai Baisuni yang juga pengasuh PP Nurul Ma’rifah.
Mahrus yang kadung seneng dengan dunia jurnalistik beralasan bisa pindah, tapi ternyata itu dijalaninya sampai lulus. Dan saat lulus itulah dia langsung disuruh pulang oleh ayahnya dan tidak boleh melanjutkan S 2.
“Rencana saya itu mau S-2 di Jogja yaitu di UIN Sunan Kalijaga atau UGM,” katanya
Sebulan saat pulang dia kalut, kemudian mendapat tawaran dari YIMA Islamic School dengan mengajar Bahasa Arab, maka abahnya senang dan melanjutkan pendidikan akta 4 untuk menjadi guru Di Genggong. Kemudian ikut mendirikan SMP NU 01 bersama pengurus NU dan tahun 2009 diangkat menjadi PNS menjadi Guru di lingkungan Kemenag.
“Saya sudah sangat lupa menulis karena sudah kadung asyik menjadi guru, jadi dunia jurnalistik sudah benar-benar hilang dari dunia saya,” katanya.
Ternyata, pada tahun 2015 Mahrus diangkat menjadi Waka Humas pada MTsN Bondowoso 2. Mahrus merasa tertantang agar jabatan Waka Humas ini menjadi jabatan yang strategis dengan brand baru sehingga menjadi bergengsi.
Saat ini menurut Mahrus berbagai media sudah pernah menjadi curahan tulisannya diantaranya harian Bhirawa, Jawa Pos Radar Jember, Memo Timur, Bharata dan Mimbar pembangunan Agama milik Kemenag. Tetapi yang paling terkesan menurutnya saat tulisannya juga diterima dalam kumpulan Presentator Pesantren yang digelar di UIN Malang dengan nama ICP (International Conference of Pesantren).
“Jadi pemikiran tentang pesantren yang saya tulis juga diterima dan menjadi presentator dengan tema Kopontren,” katanya.
Tahun 2017, dirinya yang saat ini mengabdi MAN dirinya mengikuti guru berprestasi dilingkungan Kemenag dan dirinya menjadi Juara satu tingkat Kabupaten, kemudian naik ke tingkat Propinsi Jawa Timur. Ditingkat Jawa Timur inilah harus mengumpulkan berbagai karya termasuk tulisan dan dirinya lolos.
“Saat uji presentasi menuju tingkat Nasional saya dianggap salah kamar, banyak yang menyayangkan dengan banyaknya tulisan seharusnya masuk dari pintu Kepala sekolah atau pengawas bukan dari guru. Ini dianggap bagus karena guru sudah jarang menulis,” ceritanya. Selanjutnya Mahrus berharap ada banyak guru yang menulis dengan harapan nanti akan jadi buku dengan, saat ini menurut Mahrus seluruh tulisan yang di-laminating akan dikumpulkan dengan diberi figur dan ditempatkan dikamar khusus. [har]

Tags: