Merawat Demokrasi dan Kebhinekaan

(Pasca Pilkada Srentak)

Oleh :
Umar Sholahudin
Dosen Sosiologi Hukum FH Unmuh Surabaya 

Syukur Alhamdulillah, kita patut bersyukur, hajatan politik elektoral Pilkada serentak di 171 daerah; Propinsi, Kabupaten/kota relatif berjalan dengan suasana yang kondusif, aman dan terkendali. Tidak ada gangguan sosial, politik, dan keamanan yang berarti selama proses tahapan Pilkada, mulai tahapan awal pendaftaran calon sampai penghitungan suara saat ini. Tidak ada persoalan yang cukup krusial yang dapat menganggu stabilitas sosial-politik daerah maupun nasional. Dan ini adalah salah satu prestasi politik masyarakat indonesia yang patut diapresiasi semua pihak.
Kualitas Pilkada akan berjalan dengan baik salah satunya diukur dengan tingkat partisipasi pemilih. Karena tingkat pertisipasi pemilih berhubungan dengan legimatisi kepala daerah terpilih. Semakin tinggi tingkat partisipasi pemilih, maka akan berpengaruh pada kuatnya legitimasi moral dan politik terhadap kepala daerah terpilih. Dan kita patut bersyukur dan memberikan apresiasi yang tinggi kepada masyarakat yang telah menggunakan hak politiknya di Pilkada serentak kali ini. Selain tingkat partisipasi pemilih, kualitas Pilkada serentak ini juga diukur sejauhmana kedewasaan politik elit dan masyarakat dalam melaksanakan demokrasi electoral ini secara sehat dan elegan.
Merawat Demokrasi dan Kebhinekaan
Momentum Pilkada serentak 2018 ini, setidaknya dapat dijadikan sebagai ajang untuk dua soal, yakni bagaimana Pilkada dapat merawat spirit dan prinsip demokrasi yang sehat dan tumbuh kembang secara berkelanjutan. Kedua, ditengah fragmentasi sosial-politik, baik di tingkat elit politik maupun di tingkat basis massa yang begitu cair, bagaimana Pilkada serentak dapat merekatkan kembali dan menjaga spirit kebhinekaan kita dalam wadah semangat persatuan dan kesatuan bangsa.
Pertama, Merawat spirit dan prinsip demokrasi. Dalam prinsip demokrasi elektoral, spirit dan komitmen harus ditumbuh-kembangkan pada diri elit dan massanya, yakni sikap “siap menang, juga siap kalah”, bersikap ksatria dan legowo mengakui dan menerima kekalahan. Kerapkali, seseorang siap menang, tapi tidak siap kalah yang kemudian berujung masalah. Kita bisa belajar dari Pilkada DKI Jakarta tahun lalu, khususnya dari Paslon Agus-Silvi, dimana Agus secara ksatria mengakui dan menerima kekalahan (legowo) dan mengucapkan selamat kepada dua Paslon yang lolos ke putaran dua.
Sebelum kontestasi politik elektoral digelar, para Paslon dan pendukungnya sudah berkomitmen dan menandatangani pakta integritas dalam proses Pilkada ini, yakni menjadikan Pilkada sebagai wahana pendidikan politik yang mencerdaskan dan mencerahkan, menjadikan Pilkada yang Luber dan Jurdil, dan pernyataan “Siap menang dan Siap kalah”. Sikap dan perolaku demokratis ini setidaknya akan menjadi modal politik berharga bagi bangsa kita dalam membangun demokrasi yang sehat, sejuk, dan berperadaban.
Kedua, menjaga kebhinekaan. Secara sosial-politik, kontestasi Pilkada Serentak, telah menimbulkan fragmentasi di tingkat elit dan massa akar rumput. Masyarakat terpolarisasi ke dalam politik-kepentingan masing-masing elit politik. Namun pasca Pilkada, kontestasi sudah selesai, dan menjadi tugas patron, yang dalam hal ini adalah para elite politik, tokoh masyarakat dan agama untuk merajut kembali semangat persaudaraan, kebersamaan, persatuan dan kesatuan di tengah masyarakat. Saatnya masyarakat bersatu untuk mengawal momentum Pilkada serentak ini yang sudah berjalan secara demokratis dan jalannya kepemimpinan baru yang lebih baik.
Perbedaan pandangan, pilihan politik jangan menjadikan masyarakat kita terpecah dan terbelah. Pilkada serentak sudah hampir selesai dan kita akan mendapatkan kepala daerah daerah baru. Tugas kita selanjutnya adalah kembali bersatu dan bagaimana mengawal kepala daerah yang baru dalam menjalankan pemerintahan dan pembangunannya lima tahun ke depan. Partisipasi politik masyarakat tidak berhenti pada saat pemilihan, tapi yang lebih penting juga partisipasi masyarakat dalam proses jalannya pemerintahan dan pembangunan daerah agar lebih baik dan berpihak pada kepentingan masyarakat.
Pilkada seretak -yang sarat dengan politik kepentingan- ini harus dijadikan sebagai momentum untuk terus menjaga dan merawat kebhinekaan kita. Keragaman pilihan politik menjadi warna demokrasi yang indah. Setiap orang saling menghormati pilihan politik masing-masing. Meskipun berbeda pilihan politik, namun memiliki semangat yang sama dalam menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indoensia.
Demokrasi Semakin Matang
Pelaksanaan Pilkada serentak yang berjalan dengan kondusif, aman, damai, dan terkendali, plus sikap demokratis dari para Paslon dan tim sukses dan Parpol pengusungnya, menjadi modal sosial-politik yang sangat berharga bagi bangsa ini dalam membangun iklim demokrasi yang lebih sehat dan matang. Pendidikan dan pencerahan politik yang mencerdaskan jauh lebih penting dari sekedar pemenangan kuasa politik. Sehingga proses dan praktik demokrasi (electoral) kita akan semakin matang dan berkualitas. Demokrasi yang semakin matang dan berkualitas akan menjadi landasan dan modal politik penting dalam menjalankan dan meneruskan jalannya pemerintahan dan pembangunan dearah.
Sungguh sangat indah kehidupan politik dan berdemokrasi kita, jika sikap, perilaku dan suasana politik yang sehat dan kondusif ditunjukkan para elit politik di Pilkada. Kedewasaan politik elit ini sangat dibutuhkan bangsa ini dalam membangun kehidupan politik dan demokrasi yang lebih baik dan berkualitas untuk kesejahteraan masyarakat. masing-masing Paslon, harus siap memang, juga siap kalah. walluhu ‘alam.

——— *** ———-

Rate this article!
Tags: