Merayakan Pertanyaan

Oleh :
Aminul Arif

Merayakan Pertanyaan

Kehidupan telah tumbuh beriingan dengan rahasia
pintu kecemasan semakin menampakkan dirinya
sebagai tempat yang akan sering dikunjungi
Tuhan menuliskan kisah-kisah heroik maupun tragedi
dalam kitab yang tak akan dibaca manusia
namun takdir akan selalu menjadi perdebatan
antara keyakinan ataupun hal-hal yang menolak untuk diyakinkan

Kita begitu mudah terbakar
kering dan rapuh, mengabu dan menghilang. Apakah
segala sesuatu yang telah hilang akan berkumpul
di suatu tempat yang sama?

Barangkali langit akan menjadi benda padat
tempat segala makhluk kembali menopang dirinya sendiri
dan pertanyaan-pertanyaan kematian akan dilupakan
seiring rahasia yang terjelajahi dan hidup yang berpindah-pindah
tapi apa manusia akan terus melawan takdirnya?

Makassar, 2022

Seperti Laron

Hari kebangkitan, dari tanah yang berderai-derai
berputar mengepak sayap baru tumbuh
kemana, dan apa yang dia cari
cahaya, cahaya, nur

Malam pertama menjadikanya malam terakhir
kemungkinan-kemungkinan akan tiba dalam sekejap
pencarian mana lagi tak kau temukan
di akhir dan sisa-sisa yang membawamu ke langit
atau ke tanah adalah pertanyaan yang masih sulit ditebak
mengawang di atas air atau berserakah seperti pecahan
lampu neon yang habis kau dekap

Sebuah perjalan singkat mencari cahaya
hingga redup dan kembali diantara
kematian dan keabadian

Soppeng, 2021

Suatu Sore di Kafetaria

Pandanglah dinding kaca
yang membatasi para pejalan dan
seseorang yang memesan kenangan;
kopi aren ini adalah nira yang kita panjat
di kebun belakang rumah. Aku membelinya
lagi setelah kita menjualnya begitu murah
lagu-lagu bee gees mengelingi ruangan dingin ini
aku mendengar kembali massachusetts dan kusadari
aku tak berada di tempat yang kau idamkan
di tempat cengkeh dan pala tumbuh subur
tempat kita saling meneguk dan bagaiamana aku
menyeduhnya sendiri.

Makassar, 2021

Menjumpai Ingatan

Jalan setapak itu masih berbatu dan bisu
tak ada lagi yang mengiringnya dengan suara-suara
deru air, sungai kecil nampak kering
saban hari pejalan memanggul harapan membawanya
sampai ke tujuan dengan doa-doa yang menengadah
kenanglah aku pohon tabebuya yang kau kira
akan berganti warna mengurut warna pelangi
yang nampak sering jatuh di atas batu yang cadas
namun masihlah ia mekar dan berwarna sama
tak menyerupai rambutku kini yang sedikit dan menguban

Aku pulang dengan membawa sisa pergulatan panjang
kalimat-kalimat akhir masih terlipat dan tersimpan di saku
anak-anak sekitar tumbuh dan mengulang perasaan-perasaan pendahulu
namun jarak begitu jauh mendayu dan api yang padam di tubuh
mengulang serupa gunung terbentang sedia melumat matahari

Temaram kini, setapak ini masih tak memiliki tiang lampu
di belakang pantat sapi yang digiring mengusaikan perjamuan ini

Makassar, 2022

Tentang Penulis :
Aminul Arif
Lahir di Soppeng 1997 alumnus Universitas Muhammadiyah Makassar. Aktif di Forum Lingkar Pena Sulsel dan sedang belajar di Institut Sastra Makassar. No wa : 0821 5795 5202.

———– *** ————-

Rate this article!
Merayakan Pertanyaan,5 / 5 ( 1votes )
Tags: