Merdeka dari Ancaman Wabah

Oleh :
Oryz Setiawan
Alumni Fakultas Kesehatan Masyarakat (Public Health) Unair Surabaya

Lebih dari dua tahun negeri kita menghadapi tantangan dan ujian serba berat yang sangat dirasakan oleh masyarakat Indonesia di pelosok tanah air terutama kalangan menengah ke bawah. Mulai dari ancaman resesi ekonomi global, bencana kesehatan Covid-19 hingga saat belum sepenuhnya berakhir, diikuti hepatitis akut, PMK hingga terkini ancaman wabah cacar monyet (monkeypox) yang tengah melanda dunia. Kondisi tersebut belum termasuk bencana lingkungan seperti banjir, tanah longsor, gempa bumi hingga maraknya kecelakaan lalu lintas yang tak kalah memakan korban bahkan berujung kematian. Apapun jenis dan karakter bencana memang wajib diantisipasi dan dicarikan strategi penanganan secara komprehensif. Di sisi lain, akar penyebab masalah kesehatan juga benar-benar dicarikan jalan keluar yang tepat dan melibatkan stakeholder didalamnya. Secara karakteristik, bencana memang terjadi tiba-tiba namun saat ini sebagian besar sudah dapat diprediksi dan diantisipatif langkah tindak bila memang benar-benar terjadi agar tidak menimbulkan korban harta benda, jiwa, lingkungan dan meninggalkan rasa traumatik yang berkelanjutan. Dengan pendekatan teknologi informasi dan sistem digitalisasi saat ini diharapkan dampak buruk dan efek kerugian dapat dicegah setidaknya dapat diminimalisir.

Momentum peringatan 17 Agustus kali ini memberikan dampak besar dan perasaan nasib yang sama akan kondisi bangsa saat ini dan kedepan. Di tengah bangkit dari keterpurukan, semua elemen bangsa bergerak bersama, bersinergi dan bergotong royong untuk mewujudkan harapan dalam rangka mencapai percepatan pemulihan kondisi di berbagai lini kehidupan dan bangkit menghadapi tantangan global. Hari Kemerdekaan Indonesia ke-77 pada tahun ini, selain merupakan momentum merefleksikan nilai-nilai luhur bangsa dalam ikatan Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika mempersatukan semua dalam menghadapi tantangan yang serba tidak mudah dan tidak ringan. Dasar-dasar negara yang menuntun kita untuk bersama pulih lebih cepat agar siap menghadapi tantangan global dan bangkit lebih kuat dan maju. Filosofi inilah yang menjadi spirit kita bersama untuk “pulih lebih cepat dan bangkit lebih kuat”, seperti tema yang diusung dalam HUT RI ke-77 kali ini.

Antisipasi Monkeypox

Tren penyakit menular (communicable disease) diprediksi akan meningkat dari tahun ke tahun dengan berbagai perubahan genetik atau mutasi virus. Berbagai asumsi melatarbelakangi antara lain : perubahan iklim dan cuaca yang terjadi di berbagai belahan dunia yang kian tak sesuai ‘pakem’, faktor demografi kian meningkat yang diiringi dengan akselerasi mobilitas penduduk antar wilayah, antar negara bahkan antar benua dengan durasi singkat. Selain itu terjadi munculnya mutasi atau strain virus dari virus induk yang kemungkinan dipicu oleh maraknya penggunaan bahan kimiawi dan zat-zat unorganik serta penaruh sinar atau radiasi alam sehingga memungkinkan terjadi perubahan secara genetik virus. Hal ini dibuktikan dengan berbagai macam perubahan strain virus Covid-19 yang hingga saat ini masih terus diterjadi meski tingkat keparahan (mortalitas) tergolong rendah namun demikian daya penularan masih relatif tinggi di tengah-tengah masyarakat. Oleh karena itu kita semua tak boleh lengah dan kendor dalam menerapkan protokol kesehatan dan menerapkan hidup bersih dan sehat.

Belum reda Covid-19, akhir-akhir ini dihebohkan dengan meluarnya wabah cacar monyet. Dunia Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah menetapkan wabah cacar monyet (monkeypox) sebagai keadaan darurat kesehatan global pada Sabtu, 23 Juli 2022. WHO merilis bahwa meluasnya wabah cacar monyet di lebih dari 87 negara adalah situasi luar biasa yang sekarang memenuhi syarat sebagai keadaan darurat global. Keadaan darurat global adalah tingkat kewaspadaan tertinggi di dunia. WHO sebelumnya menyatakan keadaan darurat untuk krisis kesehatan masyarakat seperti pandemi Covid-19, wabah Ebola Afrika Barat 2014, virus Zika di Amerika Latin pada 2016 dan upaya berkelanjutan untuk memberantas polio. Kasus cacar monyet (monkeypox) di Eropa telah meningkat tiga kali lipat dalam beberapa pekan terakhir. Berdasarkan laporan WHO bahwa Per 3 Agustus 2022, jumlah kasus cacar monyet di dunia sebanyak 26.208 kasus di 87 negara.

Kasus cacar monyet terbanyak masih dipimpin oleh Amerika Serikat yakni sebanyak 6.616 kasus. Virus cacar jenis ini pertama kali ditemukan menjangkiti monyet pada tahun 1958, sedangkan kasus infeksi manusia pertama ditemukan pada 1970. Awalnya cacar monyet hanya ditemukan di wilayah Afrika bagian barat dan tengah. Namun penularan virus ini terus terjadi di luar wilayah asalnya hingga akhirnya jumlah kasusnya melonjak sejak Mei 2022. Pada umumnya gejala termasuk ruam, demam, kelelahan, nyeri otot, muntah, dan kedinginan. Risiko penularan kian meningkat bila melakukan kontak fisik dengan seseorang yang menderita cacar monyet. Potensi penularan melalui kontak erat seperti berpelukan, dan melalui barang-barang yang terkontaminasi virus seperti handuk dan seprai alas tidur. Salah satu bentuk pengendalian adalah vaksinasi. Dari sudut virologi virus penyebab cacar monyet masuk kelompok genus orthopoxvirus, bersama dengan virus smallpox penyebab penyakit cacar yang sebenarnya sudah dieradikasi di muka bumi pada 1980.

———- *** ———-

Rate this article!
Tags: