Merebut Masa Depan Pertanian

Ani Sri Rahayu

Oleh :
Ani Sri Rahayu
Pengajar Civic Hukum (PPKn) Universitas Muhammadiyah Malang 

Krisis pangan akan selalu menjadi ancaman bagi setiap negara apabila produksi pangan negara tersebut jauh di bawah kebutuhan nasionalnya. Oleh sebab itulah, wajar adanya jika negeri ini harus bisa mengantisipasi sejak dini soal produktivitas pertanian. Bicara soal pangan, ada hal yang tak bisa kita pungkiri adalah produksi dari pangan itu sendiri, yakni pertanian. Sektor pertanian perlu mendapat perhatian khusus karena berkaitan dengan hajat hidup orang banyak. Sebagaimana yang kita cita-citakan bersama, yakni mewujudkan swasembada pangan.
Memang tidak semudah membalikkan telapak tangan untuk mewujudkan sebuah kedaulatan pangan bagi sebuah negara, karena banyak faktor yang mempengaruhinya, baik dari dalam negeri itu sendiri maupun luar negeri. Faktor yang perlu diperhatikan dalam mewujudkan kedaulatan pangan serta ketahanan pangan yaitu faktor produksi karena ketersediaan produksi pangan yang cukup bagi seluruh rakyat merupakan syarat mutlak pemenuhan kebutuhan pokok rakyat.
Upaya mewujudkan ketersediaan produksi pangan inilah yang kerap menjadi masalah dalam usaha tani kita. Problem di kita petani Indonesia belum mampu memberikan hasil produksi pertanian secara maksimal. Oleh sebab itu, inovasi di sektor pertanian akan sangat mendukung naiknya produktivitas hasil pertanian di Indonesia. Kata kunci suksesnya pertanian harus mendorong inovasi. Harus mendorong bibit, mekanjsasi kemudian pengolaan pascapanen. Intinya, berbagai upaya mendorong serta menampilkan inovasi di sektor pertanian perlu terus dilakukan.
Inovasi baru
Swasembada akan terjadi bahkan kedaulatan akan terjadi manakala kita kembangkan terus inovasi pertanian tanah air. Oleh sebab itulah, besar harapan pemerintah perlu terus mendorong juga mendukung peningkatan produksi petani. Yang tentu saja dukungan tersebut, diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan petani. Jadi, tidak ada salahnya, jika dulu Belanda, Spanyol datang karena rempah-rempah bukan tambang. Sekarang saatnya pemerintah kembangkan rempah-rempah. Kembalikan kejayaan 500 tahun yg lalu. Tahun 1602 Indonesia jaya akan rempah-rempahnya.
Untuk merangsang tumbuhnya inovasi di Indonesia. Pemeritah melalui meteri pertanian Amran Sulaiman, akan terus mendorong juga mendukung peningkatan produksi petani. Dukungan tersebut, diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan petani. Salah satu tindakan kongkretnya pemerintah saat ini telah menyiapkan anggaran Rp 5 triliun lebih untuk beli bibit dan pupuk gratis masyarakat Indonesia. Bahkan, seperti bisa kita ketahui bersama pemerintah Indonesia di sektor pertanian mendapat penghargaan dari. Asisten Direktur Jenderal dan Kepala Perwakilan Regional Badan Pangan Dunia (FAO) untuk Asia dan Pasifik, terkait pelaksanaan program asuransi pertanian dan sistem informasi pemantauan pertanian.
Asuransi pertanian, khususnya crop insurance, Indonesia dapat diterapkan dengan baik. Berbeda halnya dengan negara lain yang tidak mudah menerapkan program asuransi semacam itu. Badan Pangan Dunia juga mengapresiasi penerapan sistem informasi kalender tanam berbasis teknologi yang dapat diakses secara cepat oleh petani dan penyuluh melalui smartphone. Ia pun mendorong diaplikasikannya e-agricultural secara lebih luas. Sebelumnya, Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman, memaparkan capaian pemerintah di sektor pertanian melalui program upaya khusus (UPSUS).
Program tersebut mencakup semua aspek yang berkontribusi untuk menciptakan sebuah kondisi pertanian yang sehat. Aspek tersebut meliputi perubahan mendasar atas kebijakan-kebijakan yang menghambat pelaksanaan program, perbaikan infrastruktur, penguatan peran peran industri hilir, introduksi asuransi pertanian, dan memperpendek rantai pasok komoditas pertanian.
Optimalisasi sumber daya
Meruju dari data upaya khusus (UPSUS) pemerintah melalui menteri pertanian, pada tahap pelaksanaannya, program UPSUS mencakup berbagai macam terobosan yang revolusioner. Pada 2017, produksi padi meningkat sebesar 10,5 juta ton Gabah Kering Giling (GKG) yang setara dengan 3,23 miliar dollar AS. Kenaikan produksi yang dramatis tersebut juga tercatat pada 43 komoditas pertanian lainnya, termasuk bawang merah dan cabai yang nilai kumulatifnya berjumlah sekitar 27,08 miliar dollar AS. Angka tersebut merupakan angka tertinggi dalam 10 tahun terakhir. Meskipun El Nino yang menghancurkan wilayah pertanian skala luas pasokan domestik dari beberapa komoditas pangan strategis dapat terjaga dengan baik.
Selain itu, masih mengeplorasi program UPSUS dikatakan Indonesia mengekspor beras khusus sejumlah 4 ribu ton, bawang merah 7,7 ribu ton, dan jagung 57 ribu ton. Secara kumulatif, nilai ekspor pertanian 2017 naik 24 persen dibandingkan 2016. Melihat kenyataan yang demikian ada beberapa kesimpulan terkait upaya kita dalam merebut masa depan pertanian.
Pertama, melihat kondisi geografi dan hasil program upaya khusus kementerian selama ini bisa kita katakana Indonesia sangat berpeluang untuk mengekspor produk pertaniannya dengan adanya kenaikan produksi. Sehingga, besar harapan pemerintah perlu memperhatikan agar produk pertanian harus berdaya saing, efisien, dan spesifik, misalnya produk pertanian organik.
Kedua, Indonesia dapat menjadi promotor sistem pertanian Low External Input Sustainable Agriculture (LEISA) dan Organik. LEISA adalah sistem pertanian berkelanjutan dengan input luar yang rendah dan mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya lokal dengan efisien. Besarnya sumberdaya yang ada di Indonesia termasuk besarnya keanekaragaman hayati dan ekosistem pertanian, luasnya potensi lahan subur untuk pertanian, melimpahnya tenaga kerja, tersedianya inovasi dan teknologi, serta besarnya potensi pasar dalam negeri dan internasional menjadi dasar penetapan target itu.
Ketiga, kebijakan penataan SDM pertanian lainnya yang tidak kalah pentingnya yaitu monitoring dan evaluasi harian. Kongkretnya, melakukan penataan Sumber Daya Manusia (SDM) pertanian dan manajemen meliputi lelang jabatan berbasis kompetensi dan kinerja secara transparan dan kompetitif. Misalnya, dengan membentuk Tim Sapu bersih pungli atau menerapkan reward dan punishment kepada daerah terkait kemampuan penyerapan anggaran dan pencapaian target produksi, melepaskan ego-sektoral dan Satuan Tugas (Satgas) Komisi Pemberantasan Korupsi, Kejaksaan Agung, Polri dan Badan Pengawas Keuangan, sehingga kinerja ke depan meningkat, kalau ketahuan melakukan pungli, tanpa kompromi kami akan copot bisa langsung dicopot atau pecat.
Melalui ketiga upaya tersebut, sekiranya perlu kita dukung bersama. Apalagi pemeritah melalui menteri pertanian Amran Sulaiman, telah menetapkan target Indonesia sebagai pemasok bahan pangan utama di dunia pada 2045. Rencana inovasi ini harus diupayakan semaksimal mungkin. Optimisme dan dukungan perlu kita berikan pada pemerintah. Semua itu, demi merebut masa depan pertanian. Optimisme dan dukungan perlu kita berikan pada pemerintah. Indonesia bisa, Indonesia mampu.

———- *** ———-

Rate this article!
Tags: