Merekonstruksi Kehidupan dalam Gerak Tarian

Mirna Arfianti (Mengenakan batik) memberi contoh gerakan tari yang disiapkan tim SMKN 12 Surabaya menuju FLS2N 2017 di Kupang, NTT.

Siswa SMKN 12 Bersiap Menuju FLS2N
Surabaya, bhirawa
Apa yang dapat dilihat dari seni, tari misalnya. Keelokan gerak, keindahan tata artistik atau koreografi yang unik. Yah, demikianlah tari tatkala sudah diracik menjadi sebuah pertunjukkan panggung. Namun, tari tidak hanya tentang apa yang bisa dilihat. Dari balik panggung, ada rekonstruksi kehidupan nyata yang sedang diuraikan para penampilnya.
Adalah siswa SMKN 12 Surabaya yang kini tengah berjuang menuju panggung Festival Lomba Seni Siswa Nasional (FLS2N) 2017 di Kupang, Nusa Tenggara Timur. Mereka berlima, Agung Prasetyo, Priyo Bekti, Nada Salsabila, Tria Safitri dan Ivanalia adalah siswa yang terpilih sebagai delegasi sekolah. Sebuah konsep tari akan disuguhkan dengan menceritakan interaksi kehidupan di pasar ikan asap, Surabaya.
“Belum sempurna, masih berusaha mengeksplorasi gerakan dari apa yang sudah kita lihat secara langsung di pasar,” tutur Tria Safitri saat ditemui di sela sesi latihannya.
Dalam festival ini, Tria dan rekannya harus tampil dengan sebuah karya baru. Bukan tari jiplakan yang sudah pernah ada kemudian ditirukan. Di sinilah tantangannya, Tria harus melihat secar detail apa yang terjadi di pasar ikan asap. Interaksi pedagang dan pembeli, ikan dan asap yang mengepul serta apapun yang terjadi dalam ruang lingkup pasar tersebut.
“Properti yang digunakan juga harus mendukung, sesuai dengan apa yang kita ceritakan dalam tari,” tutur siswa yang kini duduk di bangku kelas XII itu.
Tria mengaku, menari bukan menjadi hal baru dalam dirinya. Selain mengambil program keahlian seni tari, Tria sudah punya pengalaman menjadi pemenang lomba tari. Terakhir, dia memberi hadiah sekolah kesayangannya berupa Juara I lomba menari pada Pekan Seni Pelajar (PSP) Jatim 2017 di Kota Kediri.
“Ini sudah kedua kalinya terlibat membuat karya tari baru,” tutur dia.
Agung Prasetyo menambahkan, selain berlatih timnya juga harus disiplin waktu. Karena tari ini harus rampung dalam tempo satu bulan. “Tanggal 11 September mendatang sudah harus selesai. Kita peragakan dan direkam. Kemudian videonya diserahkan ke panitia lebih dulu,” tutur dia.
Seorang guru koreografi, Mirna Arfianti telaten mendampingi sesi latihan mereka. Beberapa kali dia berusaha memberi contoh dan membenarkan gerakan peserta didik yang dilatihnya. “Untuk membuat karya tari, peserta didik kita libatkan penuh. Mereka juga harus bisa mengonsep tarian,” tutur Mirna.

Tags: