Merenungi Kehidupan

Judul Buku : Siapa yang Datang ke Pemakamanku Saat Aku Mati Nanti?
Penulis : Kim Sang-hyun
Penerjemah : Dewi Ayu Ambar Rani
Penerbit : Haru Media Sejahtera, ponorogo
Cetakan : I, Oktober 2020
Tebal : 165 halaman
ISBN : 978-623-7351-54-2
Peresensi : Ahmad Fatoni

Pendidik Universitas Muhammadiyah Malang
TIDAK ada yang salah dengan orang lain. Orang bicara, bersikap, dan bertindak berdasarkan pengetahuan yang dimilikinya. Jadilah orang baik, meskipun kau tak diperlakukan baik oleh orang lain. Demikian Kim Sang-hyun dalam catatan ringan ini ingin mengajak pembaca untuk ikut merenungkan apa itu kebaikan dan kebahagiaan sejati dengan cara kasual.

Penulis pemilik kedai kopi bernama Gongmyeong Café asal Korea ini mencoba menyampaikan pesan bahwa orang baik tidak memerlukan apapun untuk menunjukkan kebaikannya. Dengan narasi penuh kehangatan Kim Sang-hyun berhasil memompa kekuatan bagi pembaca dalam mengatasi kekecewaan dan berbagai perkara hidup sehari-hari.

Buku dengan judul asli If I Die Who Will Comes to My Funeral ini memiliki empat bab; Kesalahan, Hati yang Hilang, Sejarah, dan Semoga itu Kebahagiaan. Dari setiap bab itu dibagi lagi ke beberapa sub-bab. Hal tersebut memudahkan pembaca untuk bisa menentukan topik mana saja yang ingin dibaca terlebih duhulu.

Menurut Kim Sang-hyun sendiri, buku dengan sampul minimalis ini memiliki tiga pesan pokok. Pesan pertama adalah harapan agar kita bahagia. Pesan kedua, harapan untuk menjadi orang baik dan dikelilingi oleh orang-orang baik. Kemudian pesan terakhir bahwa kita semua hanyalah manusia biasa.

Pesan pertama menyiratkan renungan tentang sumber kebahagiaan. Kebahagiaan adalah mata air yang bersumber dari hati. Kendati bumi kering kerontang tanpa guyuran hujan, jiwa-jiwa yang bersih nan mulia senantiasa bahagia di manapun berada.

Pesan kedua mengisyaratkan pentingnya komitmen untuk selalu menjadi orang baik dengan segala keterbatasan sebagai manusia biasa. Manusia bukanlah malaikat yang tak pernah salah, bukan pula setan yang tak pernah benar. Maka manusia dalam pergaulannya dianjurkan saling mengingatkan, bukan saling menyalahkan

Pesan terakhir tentang “Kita Hanyalah Manusia Biasa”, menuntun pembaca agar merenungi ruang-ruang sunyi sebagai seorang manusia biasa. Aspek inilah yang membuat buku ini seperti memanusiakan kembali manusia yang kesehariannya kerap tersandra dalam kehidupan materialistik-mekanistik.

Terlepas dari beberapa kekurangan, buku setebal 165 halaman ini sarat makna dan enak dibaca tanpa sedikit pun kesan menggurui. Penulis seolah mengajak pembaca sebagai seorang teman, lalu ia memulai percakapan dengan “eh, tahu nggak, dulu saya pernah-“. Lalu sang teman tiba-tiba terhanyut menyimak cerita-cerita indah di taman bunga.

Lewat buku ini penulis menceritakan potongan kisah hidupnya dan menuliskan kembali perenungannya. Kim Sang-hyun tidak sekadar menyampaikan hidupnya secara statistik. Ia menuangkannya dengan bahasa menghibur untuk mengilustrasikan tentang kelahiran, kelaparan, pernikahan, perceraian, kematian dan banyak kejadian normal lainnya.

Judul Siapa yang Datang ke Pemakamanku Saat Aku Mati Nanti? tentu memberikan sebuah pertanyaan besar bagi pembaca. Apakah kita sudah melakoni hidup secara pantas sehingga akan ada orang yang mau datang? Atau, malah orang yang selama ini diberi label “lawan” menangis paling kencang saat kematian kita? Sekali lagi, buku ini menawarkan banyak perenungan.

Tak pelak, melalui buku ini Kim Sang-hyun mengajak pembaca untuk selalu merenungi kehidupan, mencintai pekerjaan, mengisi hari-hari, dan menyayangi orang-orang di sekitar kita tanpa melihat perbedaan.

———— *** ————-

Rate this article!
Merenungi Kehidupan,5 / 5 ( 1votes )
Tags: