Meretas Prestasi Olahraga Asia

Karikatur prestasi olahragaBurung cendrawasih (disingkat drawa) dijadikan maskot perhelatan Asian Games ke-18 di Indonesia. Peng-gambaran drawa dikonstruksi bagai bentuk karikatur. Tetapi potret drawa sangat jauh dari realita “cantiknya” cendrawasih. Banyak masyarakat meng-inginkan perbaikan ikon drawa. Namun konon, ini bagai pertanda, prestasi Indonesia tidak akan secantik pencapaian tuan-rumah Asian Games terdahulu.
Penggunaan drawa, digugat dengan berbagai pertanyaan. Misalnya, mengapa menggunakan burung cendrawasih, padahal Asian Games diselenggarakan di Jakarta (dan Palembang). Mengapa bukan badak cula satu (sebagai simbol Jakarta yang berdekatan dengan Ujung Kulon Banten)? Mengapa pula bukan singa (sebagai simbol Palembang)? Selain itu, terdapat pula spesies burung langka yang lebih indah khas Indonesia, merak?!
Menggugat maskot pada perhelatan even olahraga internasional, biasa dilakukan, terutama oleh tuan rumah. Masyarakat Inggris pernah memprotes maskot Olympiade London (2012), tetapi panitia memiki banyak argumentasi yang masuk akal. Pada Asian Games ke-18  di Jakarta, pe-maskot-an drawa dianggap terlalu banyak pesan. Termasuk aksen karikatur gerakan pencak silat pada drawa.
Boleh jadi, pencak Silat, dianggap sebagai ikon olahraga khas Indonesia. Namun secara keseluruhan, drawa tergambar sangat sederhana. Boleh jadi pula, kesederhanaan drawa mewakili kesederhanaan Asian Games ke-18. Sebab seharusnya, Hanoi (Vietnam) yang menjadi tuan rumah. Namun Hanoi mengundurkan diri, dengan alasan pembiayaan (sebesar US$ 500 juta, atau sekitar Rp 7 triliun).
Komite Olimpiade Asia (Olympic Council of Asia, OCA), dalam pertemuan di Kuwait, secara resmi “menggeser” Hanoi. Jakarta dan Palembang dipilih menjadi tuan rumah pengganti. Maka persiapan “mercu” Asian Games dikebut oleh Pemda DKI Jakarta. Diantaranya, dengan pengembangan dua jalan layang di sekeliling Jembatan Semanggi. Kawasan yang dibangun oleh Presiden Soekarno ini akan dilengkapi double track kereta rel ringan. Juga terdapat hotel atlet. Targetnya selesai saat pebukaan Asian Games.
Sedangkan kesiapan Palembang, telah dibuktikan setelah sukses menjadi tuan rumah SEA-Games. Infrastruktur ke-olahraga-an (venue dan wisma atlet berkelas hotel bintang 3) telah cukup terbangun. Biaya pembangunan infrastruktur ini akan balik modal dengan penyelenggaraan Asian Games. Pengalaman balik modal, juga telah dibuktikan Brasil dari Piala Dunia (sepakbola) 2014 lalu. Persiapan Brasil akan menjadi bekal untuk Olympiade 2016.
Sebagai tuan rumah Asian Games, Indonesia belum akan berjaya dalam prestasi. Pemerintah (Kementerian Keolahragaan dan Kepemudaan, Kemenpora) men-target capaian Indonesia pada posisi ke-10. Tidak muluk-muluk, tetapi juga tidak mudah diraih. Mengingat pada Asian Games ke-17 lalu, Indonesia. Namun sebenarnya, itulah peringkat terendah tuan-rumah, selama Asian Games diselenggarakan. Sebab hampir seluruh tuan rumah selalu menjadi runner-up.
Seperti dulu, Asian Games ke-4 di Jakarta (tahun 1962) Indonesia pada peringkat kedua. Saat itu diperoleh 77 medali (21 emas, 26 emas dan 30 perunggu). Jepang menjadi juara. Sebelumnya, Filipina juga menempati runner-up ketika menjadi tuan rumah. Begitu pula Korsel dan Iran, menjadi runner-up pada Asian Games  ke-6 (1970) dan ke-7 (1974). Masing-masing ketika menjadi tuan rumah.
Hanya dua negara  tuan rumah yang gagal menjadi runner-up. Yakni, Qatar, ketika Asian Games ke-15 diselenggarakan di Doha (2006). Sebelumnya terdapat Thailand (peringkat ke-5), ketika Asian Games ke-8 diselenggarakan di Bangkok. Thailand juga hanya menempati urutan ketiga pada Asian Games ke-6 (tahun 1966) ketika sebagai tuan rumah.
Setelah Asian Games, pemerintah seyogianya mulai meretas peta jalan prestasi keolahragaan internasional. Saat ini dunia meyakini, prestasi olahraga menjadi salahsatu pertanda tingkat kesejahteraan bangsa. China membuktikan kebangkitan prestasi ke-olahraga-an, seiring perekonomian negaranya yang paling kokoh di dunia.

                                                                                                          ——— 000 ———–

Rate this article!
Tags: