Merger Perguruan Tinggi Swasta Terus Bertambah

Surabaya, Bhirawa
Target Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) untuk menggabung seribu perguruan tinggi hingga 2019 terus dijalankan. Itu berlaku khususnya untuk perguruan tinggi yang memiliki mahasiswa kurang dari 1.000.
Salah satu perguruan tinggi di Surabaya yang terimbas program Kemenristekdikti itu adalah Politeknik 17 Agustus 1945 (Politag). Kampus di bawah Yayasan Perguruan 17 Agustus 1945 (YPTA) Surabaya ini diminta merger atau bergabung dengan Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Surabaya yang masih satu yayasan.
Rektor Untag Surabaya Mulyanto Nugroho mengatakan, sekitar tiga minggu yang lalu saat masih menjabat sebagai Direktur Politag, pihaknya menerima surat undangan dari Direktorat Jenderal Kelembagaan Iptek dan Dikti Kemenristekdikti. Dia bersama pihak yayasan kemudian memenuhi panggilan tersebut. “Poinnya meminta Politag merger dengan Untag,” kata rektor yang baru dilantik awal November ini.
Saat ini proses merger terus berjalan. Pada 2 Januari 2018 diharapkan sudah mengisi surat ke Dikti. Setelah surat itu masuk selanjutnya dipanelkan. Pihak Dikti kemudian akan turun ke kampus. Proses tersebut, lanjut Nugroho, disebut mudah. Sebab, Politag dengan Untag masih satu yayasan. “Kalau yayasan sama bisa gampang. Yang susah itu beda yayasan karena terkait perpindahan aset,” tutur mantan Direktur Politag ini.
Nugroho mengelaskan, dengan bergabung ke Untag, Politag rencananya berubah menjadi fakultas vokasi. Dengan begitu, pengelolaan bakal lebih efisien bila menjadi satu dengan Untag. “Mudah-mudahan tahun ajaran 2018/2019 fakultas vokasi sudah menerima mahasiswa baru,” jelasnya.
Dia menyatakan, Politag berdiri tahun 2014. Namun, jumlah mahasiswanya sampai saat ini masih kurang dari 500 dan baru meluluskan satu angkatan. “Kalau merger nanti yang berubah hanya bentuknya, politeknik ke fakultas. Tapi, mahasiswanya tetap sama, dosen tetap sama, dan tempatnya juga sama,” tandasnya.
Salah satu fasilitas yang diberikan pemerintah bila Politag merger dengan Untag adalah diizinkannya menambah program studi (prodi). Nugroho mengatakan, workshop manufaktur yang sebelumnya hanya berbentuk kursus di Politag akan ditingkatkan menjadi D1. “Ini akan kita ajukan bersamaan dengan rencana merger,” tandasnya.
Direktur Poltag Surabaya Gatut Budiono membenarkan adanya merger dengan Untag. Menurut dia, ini salah satu kebijakan pemerintah yang ingin merampingkan jumlah perguruan tinggi di Indonesia. Saat ini jumlah perguruan tinggi secara nasional lebih dari 4.000 lembaga, baik negeri dan swasta. “Rencananya sama pemerintah dirampingkang menjadi sekitar 2.000 perguruan tinggi,” katanya.
Pengurangan itu, kata Gatut, dapat melalui merger kampus. Karena Poltag dan Untag satu yayasan, maka dipilih untuk bergabung menjadi satu. Dengan begitu, koordinasi menjadi lebih mudah. Poltag sendiri memiliki tiga jurusan, yakni D3 teknik listrik industri, teknologi industri pertanian, dan teknik manufaktur.
“Ada juga workshop manufaktur. Itu program 1 tahun, yang 6 bulan magang di pabrik. Ini sementara kerjasama dengan Korea, Jepang, dan lain-lain untuk soft course atau program-program pendek. Rencananya dijadikan D1 manufaktur,” ungkapnya. Soft course ini, lanjut Gatut, belum terdaftar di Dikti. Bila berubah D1 baru masuk ke kementerian.
Disinggung masalah akreditasi institusi, Gatut mengaku sedang melakukan proses pengajuan. Dalam waktu dekat diperkirakan akan divisitasi. “Posisi berkas akreditasi saya lihat sudah di asesor. Kira-kira bulan depan visitasi. Kalau nanti berubah jadi fakultas,ya, tetap pakai akreditasi itu. Tidak masalah,” pungkasnya. [tam]

Tags: