Meriahkan HPN, Unusa Gelar Sarasehan Bangun Pencitraan

Sapto Anggoro, praktisi media online dan Ceo Tirto.Id ketika memberikan paparannya dihadapan civitas akademika Univeritas Nahdlatul Ulama Surabaya. [sufendhi dimyati]

Surabaya, Bhirawa
Maraknya informasi hoax menginspirasi Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa) ikut memeriahkan Hari Pers Nasional (HPN) 2019 yang dipusatkan di Kota Surabaya. Unusa menggelar sarasehan bertema Membangun Pencitraan Institusi Melalui Pers di Era Revolusi Industri 4.0, Kamis (7/2) kemarin.
Bertempat di Kafe Fastron, Unusa Tower lantai 3, sarasehan menghadirkan keynote speaker Prof Muhammad Nuh EDA (anggota dewan terlipih), Sapto Anggoro (praktisi media online dan Ceo Tirto.Id) dan Zainal Arifin Emka (Dewan Penasihat PWI Jatim).
Menurut Prof Nuh, sejatinya informasi itu netral adanya, hanya saja di tangan-tangan orang yang tidak bertanggungjawab informasi diolah sedemikian rupa dan disalahgunakan sehingga menjadi hoax. Maka sesuai tema sarasehan, institusi harus siap dalam memasuki era industri media yang tentu berbeda dari era sebelumnya.
“Saya melihat dalam era revolusi industri 4.0 yang membedakan sesungguhnya hanya pada cara penyampaian atau media yang digunakan, sedang informasinya tetap. Sehingga bagimana memilih informasi dengan cermat sehingga tidak menjadikan hoax oleh pihak-pihak yang tidak bertanggungjawab,” jelas Prof Nuh.
Sementara itu, Rektor Unusa, Prof Dr Ir Achmad Jazidie M Eng mengatakan, kemajuan teknologi saat ini membawa berbagai dampak positif dan negatif dalam kehidupan sehari-hari, tidak terkecuali dengan informasi masyarakat makin mudah dalam mendapatkan informasi, tetapi dituntut untuk cerdas dalam memahami. Apakah berita yang didapatkan berita hoax atau bukan.
Menurut Prof Jazidie, berita hoax sekarang sudah dibuat sedemikian rupa agar menyerupai dan terkesan seperti berita yang sebenarnya. Sebab dilengkapi foto, data dan keterangan yang membuat seolah-olah berita itu adalah fakta dan benar adanya.
“Maka dibutuhkan wawasan dan pengetahuan dalam memahami sebuah informasi yang ada, sehingga kita tidak terjebak dan tidak mengkonsumsi berita hoax,” katanya.
Sedangkan nara sumber Sapto Anggoro yang banyak berkecimpung di media online memaparkan, disiplin verifikasi membedakan jurnalisme dengan hiburan, propaganda, fiksi, infotainment atau Sosmed. Sebab disiplin melakukan verifikasi membuat wartawan menyaring gossip, desas -desus dan berguna dan berguna mendapatkan informasi akurat.
“Pada akhirnya media tak bisa jauh dengan urusan kredibilitas, yang membedakan membedakan media kredibel dengan media social adalah terkait kedisiplinan melakukan verifikasi berita. Sedangkan publik meningkatkan budaya literasi, mengasah logika dan menurunkan sikap fanatismenya untuk menghasilkan kesimpulan yang obyektif,” jelasnya.
Sebab, jelas Sapto, berita hoax sangat membahayakan, perang dunia kedua dipicu berita hoax , yakni Hitler terprovokasi karena adanya berita tentara Jerman dihabisi tentara Polandia. Ternyata tentara Polandia itu membunuh kawannya sendiri. Contoh lain, Nayirah pidato di depan Konggres AS, soal pembantaian ratusan bayi oleh tentara Irak di RS Kuwait. Sehingga AS menyerang Irak dan 20 ribu tentara Irak meninggal. Ternyata hasil investigasi ABC dan Amnesti Internasional, anak Dubes Kuwait itu meracau.
Narasumber lainnya, Zainal Arifin Emka menegaskan, jangan pernah berbohong, dan pencintraan Institusi seperti Unusa harus dibangun di internal lembaga, mulai dari dosen, mahasiswa hingga semua karyawan. Dengan cara membangun persepsi yang baik di masyarakat. Citra bisa dibangun melalui Publik Relation (PR) atau Humas. Sebab PR menjadi ujung tombak dalam pencintraan dan perlakukan sebagai lembaga Penting. Selain itu, juga mengajak para mahasiswa untuk belajar menulis berita dengan baik dan benar.
“Humas bisa mengajak dan membuat pelatihan jurnalistik kepada para mahasiswa. Sehingga mahasiswa bisa menulis semua prestasi yang diraih kemudian dishare kepada masyarakat. Agar masyarakat bisa mengetahui prestasi yang telah diraih Unusa, dan hal ini merupakan bentuk branding bagi Unusa. [fen]

Tags: