Meriah Oklik Penggugah Sahur Ramadan

Salah satu peserta oklik dengan membawa keranda mati bertuliskan oklik dan siskampling jangan sampai mati.

Salah satu peserta oklik dengan membawa keranda mati bertuliskan oklik dan siskampling jangan sampai mati.

Bojonegoro, Bhirawa
Mendekati jelang lebaran, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Bojonegoro bekerja sama Sanggar Sayap Jendela Art Laboratorium meggelar Festival Oklik Ramadan 2015. Festival Oklik ini dibuka dengan persembahan oklik dari Komunitas Sandur Kembang Desa.
Sebanyak 113 kelompok oklik yang terdaftar untuk mengikuti festifal yang terdiri dari tingkat pelajar dan umum. Komunitas Sandur Kembang Desa dalam membuka acara membawakan dua buah lagu untuk menghibur para penonton yang sudah memadati area depan Pendopo Malowopati.
Seni Oklik adalah kesenian tradisional yang menggunakan peralatan sederhana yaitu kentongan dari bambu yang dibunyikan dengan irama yang teratur sehingga membangun musik kreatif berunsur akustik dengan suara yang enak di dengar.
Sejarah Oklik ini awalnya dipergunakan untuk jaga malam ( ronda ) untuk membangunkan masyarakat yang sedang tidur agar terjaga dan mengontrol keamanan rumahnya masing-masing. Dengan adanya perkembangan zaman oklik dijadikan kesenian yang dapat dinikmati semua orang. Selain itu, melestarikan budaya dan juga tradisi oklik sebagai penggugah sahur Ramadan.
Direktur Presidium Sanggar Sayap Jendela Art Laboratory, Ekopeye mengatakan, tahun peserta sebanyak 113 group yang terdiri dari pelajar dan umum. Dimana kriteria Penilaian, Musikal (alat), Musikalitas (Teknik memainkan alat) dan Musikalisasi (arasemen/tatanan musik). Performance/penampilan, Kekompakan dan ketertiban. “Perebutan beberapa juara itupun dinilai oleh dewan juri melalui beberapa aspek diantaranya penilaian organologi atau alat, penilaian terhadap teknik memainkan alat, dan penilaian terhadap musik atau aransemen,” jelasnya.
Kepala Seksi Pengembangan Budaya dan Pariwisata Disbudpar Kabupaten Bojonegoro, Suyanto  mengatakan, secara kualitas Festival Oklik tahun ini memang lebih baik dan bagus. Hal itu dilihat dari aran semen musik yang lebih baik dibandingkan tahun lalu.
“Kegiatan ini bertujuan untuk memperingati bulan suci Ramadan sekaligus melestarikan budaya dan tradisi oklik yang sudah mulai luntur. Dengan ini diharapkan oklik mampu menjadi tradisi khas Bojonegoro ditambah dengan bahasa khas Jonegoroan,” kata Suyanto, kepada Bhirawa Minggu (12/7) malam.
Dimana kegiatan seperti ini dilakukan rutin setiap tahun tepatnya pada bulan Ramadan. Selain karena ada pawai dari para peserta festival, kepadatan juga terjadi karena bertepatan dengan malam Minggu. “Alhamdulillah pesertanya, membludak lebih banyak dari tahun lalu,” ujarnya.
Ratusan peserta oklik ini akan melewati rute mulai start dari depan Pendopo Jalan Mastumapel, Imam Bonjol, Mastrip, MH Tamrin, Panglima Sudirman, AKBPM Soeroko dan di finish di Jalan Mastumapel. [bas]

Rate this article!
Tags: