Merindukan Pendidikan Inspiratif Ala Negeri Sakura

Siti MukaromahOleh:
Siti Mukaromah, SPd
Guru Mata Pelajaran Bahasa Jepang  SMA Negeri 2 Bojonegoro,

Jujur saya bangga bisa berkunjung di Negeri Sakura beberapa waktu lalu. Sebuah kebanggan sekaligus kesempatan langka. Semua itu berawal dari Hakuhou Foundation bekerjasama dengan Japan Foundation menawarkan progam untuk siswa SMP berkunjung ke negeri Sakura.
Kegiatan ini memberi angin segar kepada sekolah sekolah SMP untuk menyelenggarakan pembelajaran bahasa Jepang disekolahnya. Karena yang bisa melamar program ini hanya sekolah sekolah yang ada  pelajaran bahasa Jepang. Ini adalah tahun ke 7 diselenggarakan program ini, dan mungkin diselenggarakan tiap tahun. Program ini terdiri dari dua tahapan, yang pertama adalah program persiapan untuk guru guru di Jepang selama tiga minggu (Preparatory Traning in Japan for Overseas Teachers), sedangkan tahun berikutnya  empat siswa yang telah dipilih sekolah untuk  berkunjung ke Jepang bersama dengan guru bahasa Jepangnya (Experience Program for Overseas Children).
Setelah kunjungan di negeri Sakura saya pun, masih menyisakan pertanyaan. Bisakah sistem pendidikan di Indonesia seperti Negeri Sakura? Bagaimana seharusnya sikap masyarakat dan pemerintah?
Share Problematika
Tujuan diselenggarakan program ini adalah untuk meningkatkan persahabatan antar bangsa, meningkatkan pengetahuan tentang Jepang, baik bahasa maupun budayanya. Bagi guru bisa untuk meningkatkan kemampuan metodologi pengajaran bahasa Jepang. Banyak sekali kegiatan kegiatan yang sangat bermanfaat, karena melibatkan beberapa negara yang beda budaya, beda bahasa , beda sistem pendidikan dan lain lain .Dengan begitu peserta bisa sharing banyak hal tentang perbedaan perbedaan itu, yang nantinya bisa diambil segi segi positif dari negara lain untuk diterapkan di Indonesia.
Tahun ini program hakuhou ada 10 peserta dari 9 negara ( Indonesia, Thailan, Srilangka, India, Brazil, Mongol, India, Malaysia dan Australia ). Indonesia diwakili oleh SMP Negeri 2 Bojonegoro. “Preparatory Training in Japan for Overseas Teachers” diselenggarakan di Pusat Pembelajaran bahasa Jepang  Kita Urawa, Saitama pada tanggal 15 November sampai 4 Desember 2015. Tema yang ditentukan adalah (penemuan), sangat menarik sekali, karena menjadikan kita aktif dan kreatif untuk mencari hal hal yang baru yang kita temui di Jepang dan beda dengan negara kita.
Kegiatan kegiatan yang dilaksanakan meliputi perkuliahan (pembekalan materi, baik bahasa Jepang, metodologi maupun budaya), kunjungan ke tempat tempat yang akan disinggahi siswa nantinya ( semacam orientasi) yaitu, kunjungan sekolah, kunjungan tempat tempat bersejarah seperti kuil , pusat robot , pusat belanja ,kuliner dan lain lain, hotel Laforet yang ada rumah ala Jepang, kunjungan ke hotel Olimpic Sentaa (yang akan disinggahi siswa nantinya) dan tempat tempat lainnya. Selain itu dilibatkan dalam pengalaman budaya yaitu Shoudo dan chindonya. Kita (guru guru)  mencatat , memotret segala sesuatunya yang nanti sebagai materi untuk siswa siswa yang akan ke Jepang, sehingga mereka bisa lebih siap. Tidak hanya belajar tentang tempat tempat yang akan dikunjungi tetapi siswa diharap belajar banyak hal tentang bahasa dan budaya yang akan dialami mereka waktu berada di Jepang.
Kegiatan dilakukan sering dalam kelompok agar terbentuk diskusi/sharing , meskipun ada beberapa secara individu. Hampir semua kegiatan dalam bentuk presentasi dan berakhir dengan refleksi. Ada beberapa hal yang menarik dari kunjungan sekolah yang sangat perlu dicontoh oleh negara kita. Jepang yang terkenal dengan kedisiplinan nya , yaitu disiplin dalam banyak hal antara lain disiplin waktu, disiplin antrian, disiplin membuang sampah dan sebagainya. Selain itu dengan kepeduliannya yang luar biasa. Jiwa sosial ditanamkan sejak kecil hingga terbentuk saat berada di lingkungan  sekolah maupun masyarakat. Kejujuranya yang luar biasa membuat saya terkagum kagum untuk menshare karakter positif bangsa Jepang kepada generasi muda khususnya para siswa siswa di kota saya.
Beberapa catatan
Ada beberapa hal yang menjadi catatan saya pada saat kunjungan sekolah dan berkesempatan sharing dengan kepala sekolah, guru guru juga siswa. Pertama, Disiplin waktu sangat dipatuhi, bahkan dipergantian pelajaran ada jeda sepuluh menit untuk persiapan guru masuk kelas. Sehingga guru masuk tepat pada jam yang telah ditentukan. Siswa tidak merasa dirugikan sedikitpun. Ini dilaksanakan di Thailand. Jika guru tidak hadir , digantikan guru lain masuk dalam kelas, sehingga tidak ada tugas. Begitu juga di Australia. Mungkin di Indonesia beberapa sekolah sudah melaksanakannya.
Kedua, bersih bersih kelas dilakukan setelah pelajaran usai. Dan melibatkan seluruh siswa juga wali kelas. Dan semua warga sekolah membersihkan tidak hanya di dalam kelas, tapi juga di luar kelas. Sehingga di pagi hari sudah dalam kondisi bersih,
Ketiga, Siswa dilatih untuk kreatif di hampir setiap pelajaran. Karena mereka harus menghasilkan produk, atau portopolio yang dipajang dikelasnya. Tidak jarang menggunakan bahan bahan bekas. Di Indonesia sudah mulai digalakkan kegiatan pembelajaran semacam ini, dibeberapa sekolah.
Keempat, Frekwensi bertemu dengan wali kelas sangat sering. Misalnya pada saat makan siang (kyuushoku) selama setengah jam, di pagi hari sebelum belajar  ada beberapa hari untuk meeting dengan wali kelasnya, meskipun sekitar 15 menit, selain reading time.  Sehingga hubungan wali kelas dengan siswanya sangat akrab. Wali kelas tidak mengambil jam pelajaran untuk memberi motivasi motivasi khusus pada siswanya.
Kelima, Ada PTA (Parent Teacher Asosiation) semacam komite sekolah. Dimana hubungan antara sekolah dan wali murid sangan erat, bahkan ikut mendanai berbagai kegiatan . Kadang juga terlibat dalam kegiatan sekolah.
Keenam, Ada rolling guru guru, setiap empat atau enam tahun guru guru akan berpindah mengajar ke sekolah lain. Mungkin ini bertujuan untuk menambah wawasan  , karena pasti ada perbedaan antar sekolah satu dengan yang lainnya, baik siswa siswanya, guru guru nya ataupun proses pembelajarannya dan lain lain. Ini sangat bermanfaat bagi guru guru untuk menggali pengalaman pengalaman baru di tempat yang baru.
Nah, dalam konteks, demikiam, tentunya Program ini sangat banyak manfaatnya baik bagi guru maupun siswa. Karena kita tidak hanya dituntut untuk belajar bahasa dan budaya Jepang, tapi lebih dari itu mengenal karakter orang Jepang yang begitu hebat sehingga bisa menjadikan negara Jepang berkembang, maju dan memberi kenyamanan bagi semua warga dan pengunjungnya. Dengan belajar banyak dari mereka, semoga kita sebagai warga Indonesian  bisa menjadikan negara kita seperti negara Jepang yang begitu menginspirasi. Dengan demikian, saya pun berharap pendidikan kita maju bukan hanya semata-mata permasalahan kurikulum seperti negara kita akan tetapi pengarusutamaan pendidikan karakter sejak dini adalah sebuah hal yang mendesak.

                                                                                                    ———- *** ———–

Tags: