Merintis Batik Menembus Pasar Nasional

Para kades saat melihat proses pembuatan batik tulis dan cap di Desa Sumbergung Kecamatan Tuban.

Para kades saat melihat proses pembuatan batik tulis dan cap di Desa Sumbergung Kecamatan Tuban.

Pemprov, Bhirawa
Gencarnya pemerintah mempromosikan batik agar di kenal masyarakat internasional menjadi angin segar bagi pengusaha. Apalagi saat ini hampir seluruh provinsi di Indonesia berupaya untuk memasarkan  batik dengan corak maupun motif khas daerah.
Salah satu upaya menembus persaingan di bisnis garmen ini, biasanya setiap daerah memilki motif dan corak yang khas agar bisa di kenal oleh konsumen. Selain itu penentuan harga dan kualitas sangat berperngaruh untuk menarik minat pembeli baik dari kalangan ekonomi atas, menengah maupun bawah.
Melihat peluang bisnis ini, beberapa warga Desa Sumbergung Kecamatan Tuban, Kabupaten Tuban, Jawa Timur saat ini tengah berupaya agar produksinya bisa menembus pasar nasional dan bersaing dengan daerah lain.
Desa yang memiliki luas 229.792 hektar dan  terletak tidak jauh dari pusat kota Tuban itu juga memilki motif maupun corak yang tidak kalah dengan daerah lain, diantaranya  duri, lung-lungan, namkathe maupun kelabang angkrem.  Dulunya batik Sumurgung ini terkenal nama Batik Bongkol yang diproduksi secara manual seperti batik gedong dengan motif cepothot, beton, pari kesit, sido mukti dan lain-lain yang saat ini masih digemari dan dicari oleh kolektor batik. “Sampai sekarangpun masih ada konsumen yang memesan motif batik itu,” kata salah satu pengusaha batik di Desa Sumbergung, H Rusdi saat ditemui diktempat kerjanya, Kamis (12/3).
Ia mengakui saat ini persaingan di bisnis ini sangat ketat, namun pria yang mengaku sudah belasan tahun menekuni batik ini tetap optimis Batik Sumbergung masih mendapat tempat di hati konsumen.
Terbukti hasil produksinya saat ini sudah tersebar di seluruh Pulau Jawa, termasuk Pekalongan maupun Yogjakarta. Bahkan setiap bulan ia harus melayani pesanan dari Sulawesi, Ternate, Banjarmasin dan beberapa kota di Luar Jawa. “Setiap bulan terjual sekitar 20 ribu lebih kain maupun baju batik,” katanya saat memberikan penjelasan kepada para kepala desa yang melakukan visitasi ke Desa Sumbergung.
Ia berharap pemerintah Tuban bisa memasarkan dan mempromosikan batik Desa Sumbergung ke seluruh Indonesia, karena usaha ini sudah mampu menyerap tenaga kerja. “Secara kualitas dan corak kita tidak kalah dengan daerah lain,” kata Rusdi.
Keberadaan batik Desa Sumbergung ini juga menarik perhatian para kepala desa (Kades) yang saat ini tengah menjalani pendidikan dan pelatihan (Diklat) di Badiklat Jatim. Bahkan saat mereka melakukan visitasi ke daerah tersebut kemarin, Kamis (12/3), beberapa kepala desa mengaku tertarik untuk mengembangkan batik di daerahnya.
Seperti Abdul Rochim Kades Kembangbilo, Kecamatan Tuban yang saat ini tengah mencari usaha yang tepat bagi warganya. Ia mengaku tertarik untuk mengembangkan usaha batik di desanya. “Dulu warga saya banyak yang membuat kerajinan tas dari lontar, tapi kini sudah tidak ada lagi karena sulitnya bahan baku. Sekarang saya mau mencari usaha yang tepat agar mereka mendapat penghasilan selain dari bertani,” katanya.
Sebelumnya Kepala Badiklat Jatim, Dr Saiful Rachman berharap para kades ini bisa mendapat tambahan ilmu pengetahuan selama menjalani Diklat dan visitasi. “Salah satu tujuan diklat itu agar kades bisa menyusun manajemen untuk membangun desa. Sedangkan saat visitasi agar bisa menambah wawasan untuk mengembangkan produk unggulan di desa yang dipimpinya,” katanya.
Selain di Desa Sumbergung, peserta lainnya mengunjungi beberapa desa, seperti Desa Karangagung , Gesekhardjo, Kradenan, Tasekmadu (Kecamatan Palang), Nagdirejo Kecamatan Rengel, Desa Ngadirejo, Ngadipuro, Patihan dan Compreng (Kecamatan Widang). [wwn]

Tags: