Merpati Airlines Bisa Terbang Jika Pemerintah Tegas

22-merpatiJakarta, Bhirawa
Pengamat penerbangan CSE Aviation Samudra Sukardi menilai maskapai Merpati Nusantara Airlines bisa terbang kembali dengan potensi yang masih dimiliki serta ketegasan dari pemerintah untuk menghidupkan maskapai tersebut.
“Masih bisa dihidupkan asalkan ada ketegasan pemerintah, karena sahamnya ini ada di Kementerian BUMN,” kata Samudra saat “media gathering” yang bertajuk “Tinjauan Industri Penerbangan di Indonesia terkait dengan Karut Marut Penerbangan Penerbangan Nasional” di Wisma Antara, Jakarta, Rabu (21/1) kemarin.
Samudra mengatakan untuk menerbangkan kembali maskapai pelat merah tersebut, diperlukan investor untuk modal awal, karena selama ini Merpati terus merugi hingga menanggung utang senilai Rp7 triliun, padahal aset yang dimiliki jika dilikuidasi hanya sekitar Rp2,6 triliun.
“Kalau ditenderkan paling laku juga Rp1 triliun, karena ada ‘maintenance dan training’ (perawatan dan pelatihan,” ujarnya.
Untuk itu, dia menawarkan solusi kepada pemerintah untuk membekukan terlebih dahulu utang tersebut, misalkan, dalam jangka waktu lima tahun, agar Merpati bisa hidup kembali, kemudian pembayaran dicicil dalam jangka waktu 20 tahun.
“Mau tidak mau utang tersebut harus dibayar oleh pemerintah, lebih baik seperti itu ‘freeze’ (bekukan) dulu utangnya, daripada sekarang (biarkan mati suri), tapi dibayar tidak, penghasilan pun tidak ada,” tukasnya.
Samudra juga mengusulkan agar kepemilikian saham diserahkan kepada pemerintah daerah, karena dinilai tertarik dalam memiliki maskapai seiring dengan pertumbuhan ekonomi di daerah.
Menurut dia, sejumlah pemda setuju dengan kepemilikan saham Merpati melalui skema BUMN Holding, karena maskapai yang merambah “remote area” masih dibutuhkan.
“Dari 34 provinsi, beberapa pemda dan DPD sudah setuju, misalkan, ‘Kaltim Air operated by Merpati’, mereka segera mendanai perusahaan ini, pesawatnya bisa kita carikan, krunya semua bisa jalan, mereka merasa perlu karena itu adalah jembatan udara bagi mereka,” tuturnya. Dengan demikian, lanjut dia, arus pendapatan atau (“revenue stream”) akan terus mengalir untuk menutupi utang tersebut.
“Selama puluhan tahun kalap terus, kalau tidak memikirkan ke depannya ya sudah buat maskapai baru saja, tidak habis sampai 20 juta dolar AS, itu sudah punya 10 pesawat,” ucapnya.
Meskipun, saat ini Merpati bersaing dengan Susi Air atau pun Citilink, namun ia menilai Merpati masih memiliki potensi, selain aset berwujud (tangible) senilai Rp2,6 triliun, yakni aset tak berwujud berupa “air operation certificate” (AOC) yang masih berlaku hingga Februari 2015, dan masih bisa diperpanjang serta izin rute ke seluruh daerah.
Dalam kesempatan yang sama, Sekretaris Jenderal Perhimpunan Perusahaan Penerbangan Sipil Indonesia (Inaca) Tengku Burhanuddin mengatakan harus ada kejelasan dari pemegang saham, yakni pemerintah.
“Pemegang saham harus bisa mengambil keputusan, mau dihidupkan atau dimatikan, kalau dimatikan tanggung jawab ke karyawannya harus diperhatikan, jangan diombang-ambing seperti ombak,” katanya, menegaskan.
Menurut dia, penerbangan perintis yang dilayani Merpati masih diperlukan di berbagai daerah selama kesempatan bisnis penerbangan masih terbuka.
“Kalau sudah tidak ada lagi yang mau buat bisnis penerbangan itu baru kesempatannya sudah tidak berpotensi,” tambahnya. [ant.ira]

Keterangan Foto : Merpati Nusantara Airlines bisa terbang kembali dengan potensi yang masih dimiliki serta ada ketegasan dari pemerintah untuk menghidupkan maskapai tersebut.

Tags: