Meruwat Keberagaman, Merawat NKRI

(Refleksi Hari Kebangkitan Nasional 20 Mei 2017)
0leh:
Susanto , M. Pd.
Sekretaris MGMP Bahasa Indonesia Provinsi Jawa Timur, guru SMAN 3 Bojonegoro.

Berita di media massa akhir-akhir ini menyajikan berbagai fakta tentang keberagaman dalam ancaman.   Perdebatan seakan tak akan pernah habis bahkan cenderung menonjolkan rasa primordial. Semua mengaku yang paling super dan yang lain dalam bentuk minoritas. Padahal kalau didasari sikap yang demikian, justru akan menguras energi karena sikap itu kontraproduktif. Sebagai makhluk diciptakan tidak jauh dari kata perbedaan dan  harus bisa menyikapi lebih positif terhadap perbedaan yang ada. Perbedaan bukanlah  hal yang membuat hancur  jika tidak bisa mengakhiri perbedaan-perbedaan.
Menjaga Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) adalah sebuah kewajiban di tengah keberagaman. Megapa demikian? Karena keberagaman merupakan bentuk situasi atau kondisi dinamika kehidupan yang ada di masyarakat yang banyak dijumpai dengan beraneka jenis perbedaan.  Indonesia negara yang sangat kaya baik dari suku, ras, budaya, agama, gender dan bahasa dan masih banyak yang lainnya. Dalam konteks yang demikian, menjadikan kehidupan bangsa Indonesia dengan segala potensi luar biasa merupakan aset negara yang sangat ternilai harganya.
Tentunya, perlu ada komitmen bersama untuk menjaga perbedaan dan keberagaman itu. Bila tidak, niscaya rasa saling menghargai dan semangat dalam kebersamaan akan menjadi konflik yang berkelanjutan. Dengan kata lain,  karena  rasa ingin menjadi yang terbaik atau lebih cenderung menonjolkan rasa primordial (SARA) justru akan menjadi potensi konflik yang merugikan semangat keindonesiaan.
Lantas bagaimana menjaga NKRI tetap kokoh tegak ditengah keberagaman yang akhir-akir ini sedang menjadi “keprihatinan” bangsa Indonesia? Apa yang harus dilakukan seiring dengan momen kebangkitan nasional 20 Mei tahun ini?
Inspirasi Kaum Muda
Banyak hal yang harus dilakukan agar kehidupan bangsa Indonesia selalu harmonis di tengah keberagaman. Pertama,  kaum muda harus mempunyai memainkan peran yang inspiratif. Artinya, kaum muda yang  pasti dibutuhkan oleh bangsa kita baik lingkungan lingkup atau negara Indonesia tercinta ini. Hal itu, karena kaum muda adalah jiwa sesesorang yang secara fisik mengalami perkembangan secara psikis dan mengalami perkembangan secara emosional. Tetapi yang muda pun juga pemuda emas dan generasi penerus yang akan melanjutkan perjuangan para pahlawan yang telah gugur mendahului kita. Banyak  yang telah kita ketahui bahwa perbedaan yang harus kita hadapi untuk menjadikan satu dalam penerus perjuangan ini tentu tidaklah  mudah .
Kedua, keberagaman bangsa Indonesia dapat dibentuk oleh banyaknya jumlah suku bangsa yang tinggal di wilayah Indonesia dan tersebar di berbagai pulau dan daerah. Artinya bangsa memiliki ciri khas dan karakteristik sendiri pada aspek sosial dan budaya yang sangat kompleks. Keberagaman yang ada pada masyarakat, bisa saja menjadi tantangan kalau salah kelola dan menyikapinya. Munculnya perasaan kedaerahan dan kesukuan yang berlebihan dan dibarengi tindakan yang dapat merusak persatuan dan  mengancam keutuhan NKRI yang telah diabngun oleh pendiri bangsa ini. Dengan demikian,  mewujudkan kerukunan bisa dilakukan dengan menggunakan dialog dan kerjasama dengan prinsip kebersamaan, kesetaraan, toleransi dan juga saling menghormati satu sama lain.
Ketiga, memaknai Bhineka Tunggal Ika secara total dalam kehidupan yang beragam.  Jika bisa mendalami arti itu dan dilandasi dengan lima dasar isi Pancasila tentu kita dapat hidup dengan nyaman, tenteram dan tidak ada problematika. Adanya perbedaan harus bisa ditumbuhkan dalam rasa kebanggaan terhadap negara ini. Bangga dengan adanya keindahan dan kekayaan yang telah ada. Dengan demikian, makna keberagaman akan menjadi perekat menjaga NKRI.
Komitmen Pemimpin
Kenyataan menunjukkan, bangsa Indonesia sering terjadi konflik antarkelompok masyarakat pada masa lalu. Kenyataan semacam itu, tentunya perlu menjadikan perhatian semua pihak agar dapat mempertahankan NKRI. Dalam konteks saat ini, semua elemen masyarakat perlu ada konsistensi pola pikir.  Para pemimpin partai tetap bisa memberikan pencerahan dan pendidikan politik kepada masyarakat bahwa negara ini berdiri karena perjuangan dalam kebersamaan. Begitu juga para pemimpin mulai Presiden, DPR, Gubernur, Bupati, Walikota, Camat bahkan Kepala desa harus menjadi figur perekat kesatuan dan rasa aman bagi masyarakat tanpa diskriminatif. Tentunya tak kalah pentingnya para pemimpin agama untuk selalu menjaga rasa toleransi dan meminimalkan rasa intoleransi.
Momentum Harkitnas tahun ini harus bisa menjadi spirit dalam mengelola NKRI dalam keberagaman. Sudah saatnya bangkit untuk merajut kembali toleransi dalam berbagai aspek kehidupan. Jangan sampai ada egoisme dalam dalam bermasyarakat. Sebab sikap yang mengedepankan kekerasan justru menjadi titik konflik yang berdampak negatif. Sudah menjadi kewajiban agar  pemerintah, tokoh masyarakat, agama dan para politisi  untuk mendorong keberagaman. Belajar dari masa lalu dan  menatap hari esok dengan semangat keberagaman adalah sebuah kekuatan yang  tiada tara.
Nah, menjaga NKRI diperlukan jiwa kenegarawanan bukan sikap primordial sempit. Semangat kebangkitan yang telah digelora puluhan tahun lalu oleh para pendahulu  harus tetap dijaga. Bangsa Indonesia harus bergandengan tangan dengan keterbukaan hati untuk bangkit dari rasa curiga dan ingin menang sendiri. Sudah saatnya, membangun komitmen dan bangkit dari sikap ego.  NKRI menjadi milik bersama rakyat seluruh Indonesia.

                                                                                           ————– *** ——————

Rate this article!
Tags: