Mesin Cetak Braille Karya ITS Siap Dipasarkan

Rektor ITS Prof Ir Joni Hermana secara resmi meluncurkan mesin cetak Braille yang terbaru karya ITS di sekolah luar biasa (SLB) Yayasan Pendidikan Anak Buta (YPAB) di Jalan Gebang Putih, Surabaya, Kamis (23/11) kemarin. [Gegeh Bagus Setiadi]

Surabaya, Bhirawa
Para penyandang disabilitas akhirnya bisa bernafas lega. Pasalnya, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya mengujicobakan mesin cetak huruf Braille hasil karya tim dosen dari Fakultas Teknologi Elektro (FTE) di sekolah luar biasa (SLB) Yayasan Pendidikan Anak Buta (YPAB) di Jalan Gebang Putih, Surabaya, Kamis (23/11) kemarin.
Mesin cetak Braille) ini merupakan mesin pencetak huruf Braille, yakni aksara yang digunakan para penyandang tunanetra untuk membaca. Hasil cetakannya pun berbeda dengan printer pada umumnya karena huruf yang dicetak berbentuk timbul. Mesin yang dapat mencetak 1.200 halaman per jam ini dikembangkan oleh tim dosen dari FTE ITS dengan tim inti yang beranggotakan tiga orang, yakni Dr Tri Arief Sardjono ST MT (ketua tim), Ir Tasripan MT, dan Ir Hendra Kusuma MEngSc.
Tim ITS ini sebenarnya telah menggarap riset mesin cetak Braille ini sejak tahun 2012 lalu saat masih menjadi Jurusan Teknik Elektro di bawah Fakultas Teknologi Industri (FTI). Mesin cetak Braille ini merupakan pengembangan dari mesin cetak dari Norwegia yang telah dimiliki oleh sejumlah SLB di Indonesia yang kondisinya sudah tidak layak.
“Tim dari ITS saat itu diminta oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) untuk membantu memperbaikinya,” jelas Tri Arief Sardjono yang saat ini menjabat sebagai Dekan FTE.
Saat ini, kata Arief, ITS telah diamanahi oleh Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemristekdikti) dalam Program Pengembangan Teknologi Industri (PPTI) dan Pendidikan Khusus dan Layanan Khusus (PKLK) Dikdasmen Kemdikbud untuk membuatkan masing-masing satu prototipe dengan bantuan dana Rp 390 juta per mesin. Selain bertugas untuk membuat prototipe, ITS pun memperbaiki mesin dari Norwegia tersebut.
“Prototipe mesin cetak Braille karya tim kami ini telah mencapai TKT 7 (Tingkat Kesiapterapan Teknologi 7), sehingga sudah siap untuk hilirisasi ke industry,” ujar mantan Ketua Jurusan Teknik Elektro ITS ini.
Keberadaan Mesin Cetak Braille ini mendukung adanya gerakan literasi untuk para tuna netra. Menurut Kepala SLB YPAB, Drs Eko Purwanto, SLB YPAB ini merupakan sekolah luar biasa dengan siswa terbanyak di Jawa Timur dan satu-satunya SLB untuk tuna netra di Surabaya. “Siswa SLB YPAB tahun ajaran ini berjumlah sekitar 90 siswa, harapannya Mesin Cetak Braille ini dapat dihibahkan juga di sini (SLB YPAB, red) nantinya,” tuturnya yang disambut gembira oleh para siswa SLB YPAB. [geh]

Tags: