Provinsi Jatim Alami Perlambatan Ekonomi

Foto: ilustrasi

Foto: ilustrasi

Pemprov Jatim, Bhirawa
IndeksTendensi Konsumen (ITK) Jatim pada Triwulan 1 – 2015 sebesar 100,51 artinya kondisi ekonomi relatif stagnan dibandingkan dengan Triwulan 4 – 2014 yang mencapai 110,23.  Kondisi tersebut disebabkan secara makro ekonomi triwulan 1-2015 tidak sebaik triwulan sebelumnya.
Secara umum, meskipun mengalami perlambatan ekonomi, tingkat optimisme konsumen Jatim pada Triwulan 1 – 2015 masih terjaga dengan baik. Angka di atas 100 mengindikasikan bahwa masyarakat Jatim masih tetap optimis dalam mengatur konsumsi rumah tangganya.
“Dengan indeks di atas 100, mengindikasikan bahwa roda perekonomian di Jawa Timur masih cukup dinamis di tengah makro ekonomi yang kurang menguntungkan. Konsumsi rumah tangga ini diperkirakan akan semakin meningkat pada triwulan berikutnya seiring mulai masuknya bulan Ramadhan dan musim liburan sekolah,” kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Jatim, Sairi Hasbullah, Selasa (12/5).
Dijelaskan pula, tingkat optimisme konsumen pada Triwulan 1 – 2015 mengalami penurunan 9,48 poin dibandingkan triwulan Triwulan 4 – 2014. Kenaikan harga beras memberikan andil melambatnya ITK di Triwulan 1 – 2015.
“Sebagian besar bagi masyarakat Jawa Timur merasa melambungnya harga beras pada awal tahun 2015 membawa dampak yang cukup berarti. Kenaikan harga beras cukup terasa di hampir semua wilayah,” katanya.
Selain itu, lanjutnya, berlakunya kenaikan BBM bersubsidi per 18 November 2014 juga masih terasa dampaknya terhadap kegiatan ekonomi di Jawa Timur, hal ini dapat dirasakan dengan masih tingginya harga kebutuhan pokok di pasar.
Dikatakannya, walaupun pada bulan Januari pemerintah menurunkan lagi harga BBM, hal ini tidak berdampak pada penurunan harga kebutuhan pokok di pasar. Nilai kurs rupiah yang cenderung melemah menyebabkan kegiatan ekonomi mengalami perlambatan.
“Terutama untuk kegiatan perdagangan barang-barang impor akan mengalami penurunan, karena masyarakat cenderung menunda untuk membeli barang yang sifatnya tidak urgen. Walaupun pada kenyataannya pelemahan rupiah ini terjadi juga karena adanya faktor eksternal yaitu perekonomian AS yang menguat,” katanya.
Pada Triwulan 1 – 2015 indeks pendapatan tercatat sebesar 97,83 tidak seoptimis kondisi Triwulan 4 – 2014 yang sebesar 108,97. Melambatnya indeks pendapatan karena aktivitas ekonomi belum banyak bergerak pada triwulan ini bahkan cenderung menurun dibanding Triwulan 4 – 2014 sehingga mempengaruhi pendapatan penduduk.
Berbeda dengan Triwulan 4 – 2014, yang kondisinya masih terdapat tambahan pendapatan berupa bonus akhir tahun dan tambahan pendapatan lain bagi karyawan/pegawai. Meskipun melambat, dua komponen pembentuk ITK pada Triwulan 1 – 2015 lainnya mempunyai persepsi tingkat optimisme masih di atas 100.
Indeks pengaruh inflasi terhadap tingkat pengeluaran rumah tangga Triwulan 1 – 2015 tercatat 106,74, meskipun lebih rendah dibanding Triwulan 4 – 2014 sebesar 111,52. Diduga angka inflasi yang rendah dan cenderung . Deflasi yang memberikan dampak positif pada indeks kaitan inflasi terhadap konsumsi barang dan jasa.
Sementara, indeks volume/frekuensi konsumsi rumah tangga tercatat sebesar 100,10. Indeks ini pada Triwulanan 1 – 2015 tidak seoptimis triwulan sebelumnya yang mencapai 111,60.
Hal ini disebabkan pada Triwulanan 1 – 2015 tidak ada momen khusus yang dapat meningkatkan konsumsi rumah tangga sehingga konsumsi pada Triwulanan 1 – 2015 relatif lebih rendah. [rac]

Tags: