Mewaspadai Para Munafik

PriyambodoOleh :
Priyambodo
Peneliti Alumni Rijks Universiteit Centrum Antwerpen Belgia dan L’Universite de Nantes Perancis

Said I remember when we used to sit
In the government yard in Trenchtown
Observing the hypocrites
As they would mingle with the good people we meet
Good friends we have had, oh good friends we’ve lost along the way
In this bright future you can’t forget your past
So dry your tears I say
No woman, no cry
No woman, no cry
———- Bob Marley———-

Bait-bait di atas merupakan penggalan dari sebuah lagu berjudul “No Woman, No Cry”,  yang sangat terkenal pada tahun 1979-an karya Bob Marley sang legenda yang bergenre reggae. Banyak dari kita yang mengartikan judul lagu “No Woman, No Cry” secara harafiah sehingga maknanya pun keliru.
Hampir setiap orang menghibur diri ketika sedang patah hati dengan lagu ini, kita dan mereka mengira bahwa “No Woman, No Cry” berarti “Ora Onok Wedokan, Ora Nangis – Gak Patkek-en” Atau dalam pengertiannya, tidak ada cewek pun tidak usah bersedih. Sebenarnya, artinya tidak begitu.
Lagu ini sebenarnya bukan mengisahkan tentang percintaan tetapi mengisahkan tentang kepahitan hidup para gelandangan, anak jalanan, dan orang-orang miskin, Konon, lagu ini di tulis oleh Bob Marley, untuk menghibur seorang cewek jalanan yang bohay, korban pelecehan seksual, di wilayah Trenchtown Jamaica.
Dalam sebuah situs internet diuraikan bahwa, kata-kata “No, Woman, No Cry” dalam dialek slang Jamaica, sebenarnya di ucapkan, “No, Woman, Nuh Cry”, yang  berarti “No, Woman, Don’t Cry”, atau yang bisa di artikan, “Jangan, Gadis, Janganlah Menangis”. Jadi lagu ini sebenarnya untuk menghibur para wanita yang sedang kesusahan, bukan para laki-laki cengeng dan mbelgedes yang lagi patah hati. Jadi jauh…. jauh sekali.
Lantas apa hubungan lagu di atas dengan tulisan ini ? Yaa… ada sesuatu yang menarik dan perlu disimak bait demi bait dalam lirik lagu tersebut. Ada tiga bait yang maknanya menggambarkan sifat dan karakter manusia yang selalu ada sejak zaman Nabi Adam sampai nanti di Yaumil Akhir yang termaktub dalam bait-bait “……Observing the hypocrites……As they would mingle with the good people we meet…… Good friends we have had, oh good friends we’ve lost along the way…..”. Yang artinya “…..memerhatikan para munafik…….yang mencoba berbaur dengan orang-orang baik yang kita kenal………teman-teman baik yang kita miliki yang telah hilang/meninggal (masuk penjara) di dalam kehidupan ini………”. Dari tiga bait lirik tersebut kita temukan tiga kata kunci, yakni munafik – hypocrites. Berbaur dengan – mingle with. Dan teman-teman baik – good friends.
Yaa… dalam kehidupan sehari-hari kita harus ekstra hati-hati terhadap orang-orang disekeliling kita terutama jika kita masih aktif bekerja di kantor. Kita harus tetap waspada kepada siapapun. Zaman sekarang siapapun tidak boleh lengah sedetikpun terhadap orang-orang munafik yang berbaur – mingle with – dengan kita dan teman-teman kita yang kita anggap baik – good friends. Jangan sampai teman baik kita terjerumus dalam perangkap orang-orang munafik tersebut.
Manusia ditakdirkan tercipta sebagai makhluk sosial yang senantiasa selalu berinteraksi satu sama lain dan harus berbaur – mingle with. Saling berhubungan, dan harus diingat dalam pembauran disana ada canda, ada tawa, ada persahabatan, ada permusuhan, ada kerjasama, ada persaingan, ada kecurigaian, ada keikhlasan, ada keculasan, dan lain sebagainya. Berkelindan dengan tipu menipu, fitnah memfitnah. Sifat manusia baik, buruk, iri, dengki, dan culas bercampur aduk jadi satu dan sulit membedakannya. Oleh sebab itu sekali lagi kita harus hati-hati dan waspada. Setiap manusia hidup didunia pasti punya tujuan. Banyak orang mengatakan bahwa hidup itu ibadah. Seperti yang difirmankan oleh Allah SWT, “tidaklah aku ciptakan manusia dan jin kecuali untuk beribadah kepadaKu”.
Mengerti dan paham bahwa hidup itu ibadah, tetapi masih banyak juga diantara kita yang hobi ngentit, ngutil, dan mengadu domba. Ibarat “gajah diblangkoni” iso kojah ora iso nglakoni. Atau “jarkoni” iso ujar ora iso nglakoni. Mereka itu adalah ciri-ciri manusia munafik – hypocrites. Seperti yang tertera dalam bait lagu di atas – observing the hypocrites – kita harus senantiasa memerhatikan para munafik tersebut. Kita harus mewasdai mereka, karena antara congor dan kelakuan tidak sama. Manusia munafik pada umumnya kurang dekat dengan Allah SWT, tetapi mengaku dekat dengan Allah SWT. Mereka menghalalkan segala cara, suka mengadu domba, memfitnah, memutarbalikkan fakta, dan berkarakter iblis,
Seseorang yang berkarakter iblis mudah sekali dideteksi dan dikenali dari perilakunya sehari-hari. Misalnya dalam menggapai sesuatu (jabatan), tidak segan-segan menyogok sana sogok ini dengan uang hasil korupsi, memfitnah sana fitnah sini, menelikung sana telikung sini, membungkuk sana mbungkuk sini sembari memberi laporan culas dengan menjelek-njelekkan teman sendiri. Jika ada masalah tidak segan-segan pula menyalahkan dan mengorbankan orang lain, teman, atau anak buah. Sadis !!
Namun setelah berhasil meraih apa yang mereka inginkan dengan cara-cara iblis, tanpa malu-malu seorang munafikpun bilang ….. “alhamdullilah semua ini memang sudah rezeki buat saya…….” Masya Allah …. seorang munafik menyebut “segala puji bagi Allah” atas kenikmatan duniawi yang didapatnya dengan cara menjilat dan culas serta menipu. Dan jika ketahuan belangnya, tak segan-segan mereka pun langsung membaliknya dengan mengatakan bahwa orang yang tidak suka dengan dirinya adalah orang-orang yang iri dan dengki. Astaghfirlloh.
Bahwa menjilat pantat pimpinan sampai mengkilap dan culas dalam meraih jabatan adalah hal yang biasa dan lumrah. Merasa mendapat restu dari Allah SWT dan selalu menyebut “alhamdullilah” bukan hal yang tabu lagi bagi orang-orang munafik. Tidak peduli bahwa ungkapan “alhamdullilah”seharusnya diucapkan dengan tidak sembarangan. Mulut orang munafik berkata “segala puji bagi Allah” tetapi berperilaku bak embahnya iblis sudah merupakan kelaziman. Diwolak-walik sak enak-e dewe demi sejumput kenikmatan duniawi yang menipu. Banyak diantara kita yang belum mampu memahami dan menghayati bahwa dunia itu benar-benar menipu. Hati dan pikiran orang munafik tidak akan pernah mampu memahami dan nglakoni laku hakekat apalagi makrifat. Alam kubur, padang maksar, dan akherat dianggap gombal belaka. Hanya angan-angan saja, kosong melompong seperti batang kangkung tidak ada artinya.
Oleh sebab itu wahai orang-orang munafik segeralah bertobat!! Janganlah bertindak adigang, adigung, dan adiguna. Janganlah mensyukuri teman – good friends, ketika yang bersangkutan tersangkut kasus hukum, apalagi menyengsarakan dan menjerumuskannya. Berdoalah demi kebaikan seorang teman, bersikaplah rendah hati dan kesatria. Jangan sombong dan arogan. Renungkanlah apakah engkau dan kita lebih baik dibandingkan dengan teman kita ? Sekali lagi janganlah mensyukuri kesengsaraan orang lain. Meskipun mulutmu diam dan tekunci tetapi Allah SWT tahu isi hatimu. Berlarilah kembali kepada Allah SWT – Fafirruu Ilallooh, sebelum semuanya terlambat. Karena sejatinya alam kubur, padang maksar, dan akherat itu benar-benar ada untuk engkau dan kita. Di alam sanalah nantinya engkau dan kita akan kekal abadi selamanya, entah di neraka apa di surga.
Wallahu a’lam bish-shawabi.

                                                                                            ———————– *** ———————–

Rate this article!
Mewaspadai Para Munafik,5 / 5 ( 2votes )
Tags: