MGMP, Second Home Guru Mengasah Empati

Koodinator Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) Bahasa Inggris Kab. Pasuruan, M. Khoiron, MPd saat memberi pengarahan dalam sebuah pertemuan

Kabupaten Pasuruan, Bhirawa
Kenapa kamu di sini, nak?
“Saya disuruh bu guru belajar di sini Pak?”
Kenapa?
“Soalnya nggak punya buku Pak?”
Besok bapak kamu diajak ke sekolah, ya !
“Nggih Pak, akan saya sampaikan.”
Setelah pemanggilan orang tuanya, si anak pun dapat belajar bersama teman-temannya lagi. Lantaran buku penunjang yang dimaksud dibeli bapaknya. Kisah lain, sebut saja si Fulan yang kerapkali terlambat datang ke sekolah. Bahkan sudah dianggap langganan terlambat. Belum lagi, saat di kelas si anak lebih sering tertidur. Beberapa guru mengeluhkan kedisiplinannya tersebut. Lalu, wali kelasnya mendekati dan meminta penjelasan apa masalah dan kendalanya. Si anak pun bercerita kalau harus mengantar ibunya berjualan di pasar mulai jam dua malam. Pulang dari pasar paling cepat setelah adzan Subuh. Terkadang pula jam lima baru sampai rumah. Bapaknya meninggal sehingga dia menggantikan perannya, karena anak paling tua. Apalagi, ibunya tidak bisa naik sepeda motor.
“Memahami latar belakang sosial dan lingkungan peserta didik menjadi keharusan lain yang harus dimiliki seorang pendidik,” kata Koodinator Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) Bahasa Inggris Kab. Pasuruan, M. Khoiron, M.Pd saat memberi pengarahan . Tidak hanya mentransfer pengetahuan kepada mereka, tetapi juga mendampingi mereka menikmati proses pembelajaran dengan nyaman. Memang tidak mudah mempraktikkan hal tersebut, namun peserta didik dapat merasakannya jika dilakukan sepenuh hati. Sentuhan-sentuhan dua cerita tersebut menjadi satu pengejewantahan dari kemampuan memahami perbedaan karakteristik individu mereka.
MGMP sebagai forum kegiatan kolektif guru itu dapat saling mengasah kemampuan dan keterampilan masing-masing untuk menfasilitasi mereka. Pasalnya MGMP, menurut Kepala SMPN 3 Purwodadi tersebut, bisa juga disebut sebagai second home bagi guru-guru untuk mengembangkan diri dan meningkatkan potensi. Terbukti, dalam kurun sepuluh tahun terakhir, forum tersebut tidak pernah sepi dari guru yang berpartisipasi. Pertemuan perdana (23/3/2019) lalu, misalnya, tidak juga kekurangan peminat yang hadir. Kuota 40 utusan sekolah negeri dan swasta sekabupaten ditambah 40 lebih guru non kuota pun ikut bergabung. Artinya, 80 persen lebih yang confirmed bisa mengikuti kegiatan.
“Sekitar 60-an lebih yang hadir,” ujar salah satu pengurus, Mauludiyah, M.Pd.
Daya tarik terhadap wadah tersebut tidak muncul tiba-tiba. Salah satu tips yang dilakukan Guru Inti MGMP, Khumi Laila, M.Pd adalah menawarkan program yang diminati selama satu semester. Apa yang menjadi kebutuhan para peserta kegiatan. Kali ini, contohnya, usulan untuk mendalami practice teaching dan best practice (praktik pembelajaran terbaik) dari teman-teman.
“Itulah cara kita untuk saling berbagi, sharing bersama. Mana yang dapat kita perbaiki dan kembangkan,” jelas guru yang juga instruktur nasional tersebut.
[Saifi Yunianto, Guru SMPN 2 Rembang, Kab Pasuruan]

Tags: