Michael Mati Karena Terbunuh Sendiri

Surabaya, Bhirawa
Michael, singa jantan koleksi Kebun Binatang Surabaya (KBS) yang ditemukan mati terjerat tali sling, dinyatakan tidak dibunuh. Penyidik Polrestabes Surabaya  pada saat Gelar Perkara Internal yang digelar di Mapolrestabes Surabaya, Sabtu (15/2) lalu menyatakan mengentikan penyidikan.
Satuan Reserse Kriminal (Satreskrim) Polrestabes Surabaya yang menangani kasus ini memberikan kesimpulan bahwa saja kematian Singa itu merupakan hal yang wajar dan tidak ada indikasi maupun faktor kesengajaan untuk membunuh singa tersebut.

Kasatreskrim Polrestabes Surabaya AKBP Farman menjelaskan, pihaknya sebelumnya telah memeriksa saksi-saksi terkait kematian Singa itu. Setelah mengumpulkan bukti-bukti dan melihat hasil otopsi, diketahui Singa mati karena terjerat sling.
Lanjutnya, Singa dapat menjangkau sling tersebut karena kebiasaannya yang sering berdiri, dan memungkinkan singa untuk menjangkau sling tersebut.

“Penyelidikan dihentikan, mengingat kami melihat faktor-faktor di lapangan. Dimana posisi sling dalam kandang memungkinkan untuk singa tersebut menggapainya dengan posisi berdiri,” kata AKBP Farman kepada wartawan, Sabtu (15/2) lalu.

Menurutnya, kesimpulan itu diambil berdasar sejumlah bukti serta beberapa keterangan saksi yang telah dikumpulkan penyidik. Termasuk saksi ahli dari Kementrian Kehutanan (Kemenhut) dan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA). Serta pemeriksaan dari pihak KBS.

“Dari berbagai bukti dan keterangan para saksi, termasuk saksi ahli, dipastikan bahwa singa itu mati karena terbunuh. Bukan dibunuh,” tandas Farman.

Farman menambahkan, dari fakta di lapangan menyebutkan bahwa posisi seling di dalam kandang Singa Afrika itu yang mengakibatkan dia tewas terjerat. Pada saat berdiri, Singa itu bisa menggaet seling yang ada di kandangnya. Itulah yang mengakibatkan lehernya terjerat saat berdiri.

Disinggung mengapa Michael bisa berdiri? Menurut Farman, keeper singa itu biasa memberi makan dari atas. Dan dia harus berdiri untuk menjangkau makanan yang diberikan tersebut. Singa Afrika itu juga diketahui masih hiperaktif dan sangat agresif. Karena itulah, dia berada di kandang yang belum dipertontonkan ke pengunjung.

“Karena hiperaktif dan kebiasannya berdiri, terutama saat malam hari, singa itu terjerat tali seling di dalam kandangnya,” paparnya.

Farman mengaku, dengan berbagai alasan itulah, dalam gelar perkara disimpulkan bahwa Michael mati karena terbunuh. Dan diputuskan, penyelidikan atas perkara ini dihentikan.
Pada kesempatan Sabtu kemarin, Farman juga menginformasikan saat ini pihaknya  memfokuskan pada kasus pertukaran beberapa satwa di KBS. Yang menarik, Polisi menemukan unsur pidana dalam perkara ini. Bahkan, penyelidikan polisi bakal mengarah pada kasus korupsi dalam pertukaran satwa KBS tersebut.

“Saat ini penanganan perkara oleh penyidik, kita tingkatkan dari penyelidikan ke penyidikan,” terang Kasat Reskrim Polrestabes Surabaya AKBP Farman.

Dalam hal ini, penyidik sedang melakukan pendalaman untuk mencari tersangka atas perkara ini. Sebab, unsur pidananya sudah kuat. “Pertukaran satwa itu melanggar beberapa ketentuan. Indikasi pidananya cukup kuat. Tapi, untuk saat ini kita tidak bisa membeberkan dengan alasan kepentingan penyidikan. Tunggu hingga penyidikannya selesai,” jawab Farman.

Setelah ini, Farman mengaku bahwa pihaknya bakal menghadirkan sejumlah pihak untuk dimintai keterangan sebagai saksi. “Terutama, pihak-pihak yang terlibat dalam perjanjian tersebut,” tandasnya.

Disinggung terkait adanya dugaan korupsi, penyidik mengaku masih harus melibatkan ahli untuk menentukan kerugian negara. Dalam hal ini adalah BPKP.

“Arahnya ke sana (korupsi). Tapi, itu masih panjang. Masih butuh penghitungan kerugian negara dengan menggandeng pihak ahli, dan sebagainya. Yang jelas, saat ini kita memulai penyidikan atas perkara pidananya,” imbuhnya. [bed. hel]
Rate this article!