Miliki 96 Kandang, Sebulan Habiskan Rp 7 Juta untuk Pakan

 Djunaedi sedang bercengkerama dengan aneka perkutut peliharaannya di kediamannya.


Djunaedi sedang bercengkerama dengan aneka perkutut peliharaannya di kediamannya.

Djunaedi Setyawan Pemilik 600 Perkutut
Mojokerto, Bhirawa
Memiliki hobo bagi seorang laki-laki itu seperti memiliki istri kedua. Kadang demi hobi, seseorang tidak berpikir berapapun yang harus dia korbankan. Waktu hingga puluhan juta uang yang harus keluar dari kocek pribadinya.
Djunaedi Setyawan (65) warga lingkungan Miji Baru, Kelurahan Miji Kota Mojokerto ini memiliki hobi unik. Bapak empat orang putera ini memiliki hobi mengurus 600 ekor burung perkutut.
Setiap pagi, pria keturunan Tionghua ini memeriksa keliling kandang yang dibangun di belakang rumahnya. Bangunan berukuran empat kali dua meter itu diisi puluhan burung yang diyakini banyak orang memiliki nilai mistis ini.
“Kalau sudah mendengar suara burung perkutut, rasanya tenang. Dan jadi malas keluar rumah,” ujar Djunaedi memulai ceritanya kepada Bhirawa kemarin.
Padahal butuh waktu dan kemauan khusus untuk merawat hewan unik ini. Selain kandangnya yang harus terus dalam kondisi lembab, setiap pagi burung-burung itu harus dijemur dalam sangkar yang digantungkan di atas gantungan.
“Saya memulai hobi ini sejak 1987 lalu. Awalnya hanya beberapa ekor, sekarang sudah ada 600 an burung perkutut. Kalau ada yang berminat untuk membeli, ya saya jual,” tambah pria yang juga Bendahara P3SI (Pecinta Pemelihara Perkutut Seluruh indonesia) Kota Mojokerto ini.
Setiap bulan, Djunaedi harus merogoh kocek yang tidak kecil untuk biaya pakan burung perkututnya. Sedikitnya Rp 6 hingga Rp 7 juta harus ia keluarkan untuk biaya pakan. Di antaranya untuk membeli gabah kecil, vitamin dan pasir laut.
“Namanya juga hobi, keluar biaya juga tetep kita geluti. Karena kepuasannya melihat perkutut-perkut ini  tak terhingga,” imbuhnya.
Bhirawa berkesempatan melihat langsung peliharaan Djunaedi. Kandang-kandang tertata rapi. Di bawah kandang terdapat kolam untuk pembatas agar hewan serangga tidak bisa naik ke kandang perkutut.
Bersebelahan dengan kandang terdapat 90 gantungan yang terbuat dari pipa besi setinggi hampir sepuluh meter. Di tiang-tiang itulah tempat perkutut berjemur di pagi hari.
Di dalam ruangan juga terdapat ratusan gantungan sangkar burung tempat memanjakan perkutut. “Kalau malam hari perkutut-perkutut ini bersenandung. Anehnya dari ratusan perkutut ini, tak satupun suaranya  sama,” imbuh Djunaedi.
Ketua P3SI Kota Mojokerto Moh Ali Imron mengaku bangga di Kota Mojokerto memiliki penghobi perkutut kelas nasional. “Namanya bisa mengangkat Kota Mojokerto ke kancah nasional. Bahkan penggemar perkutut asal Thailand tertarik dengan perkutut dari Kota Mojokerto ini,” ujar pria yang juga Kepala Badan Pemberdayaan Masyarakat Pemkot Mojokerto ini. [kariyadi]

Tags: