Millenial dan Generasi Z, Tantangan Humas Pemerintah

Oleh :
I Gede Alfian Septamiarsa
Pranata Humas Ahli Pertama Biro Administrasi Pimpinan Sekretariat Daerah Provinsi Jawa Timur

Sensus Penduduk (SP) yang berlangsung pada Februari hingga Maret dan diperpanjang Mei 2020, telah selesai dilakukan. Badan Pusat Stastistik (BPS) pun mengumumkan hasil SP kepada publik pada Bulan Januari 2021. Beragam data muncul berdasarkan hasil SP tersebut. Antara lain, jumlah penduduk, lanjut pertumbuhan penduduk, jenis kelamin, hingga penyebaran penduduk.

Sebagai contoh di Jawa Timur, pada bagian komposisi usia jumlah penduduk, proporsi penduduk usia 15 sampai 64 tahun paling tinggi. Yakni 71,65 persen, meningkat dibanding pada hasil survei 2010 yang hanya 68,34 persen.

Peningkatan juga terjadi pada proporsi penduduk usia 65 tahun ke atas. Sensus penduduk 2020, proporsi penduduk usia tersebut 8,20 persen. Meningkat dibanding 10 tahun lalu yang hanya 7,07 persen.

Proporsi jumlah penduduk berdasarkan usia turun pada kategori usia 0 sampai 14 tahun. Proporsi hasil sensus kali ini 20,15 persen. Pada 2020, proporsi jumlah penduduk pada usia tersebut berada di angka 24,59 persen. Data tersebut menunjukkan bahwa struktur penduduk di Jawa Timur didominasi millenial dan Generasi Z. Millenial merupakan penduduk yang lahir kurun waktu 1981 hingga 1996. Usia sekarang diperkirakan 24 sampai 39 tahun. Persentasenya mencapai 24,32 persen.

Sementara Generasi Z adalah penduduk lahir tahun 1997 hingga 2012. Usia sekarang diperkirakan 8 sampai 23 tahun. Persentasenya 24,80 persen. Data tersebut menunjukkan gambaran penduduk di Jawa Timur.

Sementara data dari indonesiabaik.id, tahun 2020, generasi milenial akan mendominasi populasi di Indonesia dengan porsi sekitar 34 persen, diikuti 20 persen generasi X, dan 13 persen generasi baby boomers (kelahiran 1946 hingga 1964).

Generasi millenial saat ini telah mendapatkan perhatian yang tinggi. Mulai dari segi pendidikan, teknologi, maupun moral dan budaya. Selain mereka merupakan orang-orang di usia produktif, tetapi juga lebih suka berkomunikasi melalui pesan teks atau juga mengobrol di dunia maya.

Hampir semua Generasi Millenial memiliki akun media sosial sebagai tempat untuk berkomunikasi terutama antar teman, kekasih, ataupun untuk sekedar mengekspresikan hasil kreativitas. Bahkan banyak dari mereka juga berjualan melalui media sosial.

Sementara Generasi Z dikenal lahir pada saat era internet berkembang dengan pesatnya. Atau bisa dikatakan generasi ini muncul di era digital.

Berdasarkan buku karya Psikolog Elizabeth T. Santos yang berjudul “Raising Children in Digital Era”, terdapat 7 karakteristik Generasi Z. Diantaranya memiliki ambisi besar untuk sukses, berperilaku instan, cinta kebebasan, percaya diri, menyukai hal detail, keinginan untuk mendapatkan pengakuan, serta digital dan teknologi informasi.

Kehadiran generasi millenial dan Z yang lebih responsif terhadap teknologi informasi dan digital ini memberikan tantangan tersendiri bagi humas pemerintah. Hasil penelitian respons generasi millenial terhadap pemberitaan kebijakan pemerintah melalui media sosial mencatat, generasi millenial mendapatkan informasi terkait pemerintah melalui media sosial terutama Twitter (56,90%) dan Facebook (53,80%).

Berdasarkan data Puslitbang Aptika dan IKP, Badan Litbang SDM, Kementerian Komunikasi dan Informatika, Tahun 2018, generasi millenial cukuk aktif menggunakan media sosial bahkan mereka mengikutinakun media sosial milik instansi pemerintah. Sebanyak 56,9% responden mengikuti Twitter resmi pemerintah, 53,8% mengikuti akun Facebook resmi pemerintah.

Sementara untuk Instagram milik pemerintah diikuti sebanyak 78,5% responden. Hal ini menandakan bahwa Instagram merupakan media sosial yang sangat popular di kalangan generasi millenial.

Humas pemerintah sendiri memiliki peran penting untuk meningkatkan kesadaran publik terhadap tugas-tugas pembangunan dari pemerintah. Berdasarkan fungsinya, humas pemerintah menjalankan praktik komunimasi kehumasan, menjadi penghubung atau jembatan antara instansi pemerintah dengan publiknya. Sehingga dapat tercipta pandangan atau citra yang baik terhadap institusi. Dengan semakin berkembangnya pemanfaatan internet, maka mulai tumbuh gagasan untuk mempengaruhi publik dengan media sosial yang intensif. Humas pemerintah pun semakin bersaing memanfaatkan internet dengan platform media sosial dalam menyebarkan informasi publik.

Berbagai tampilan infografis, videografis, video kegiatan dikemas semenarik dan seinformatif mungkin agar dapat dipahami oleh masyarakat. Misalkan membuat konten video mengenai himbauan untuk menerapkan protokol kesehatan, humas pemerintah bisa membuatnya dengan melibatkan tokoh-tokoh anak muda, influencer yang dikenal generasi millenial dan Z. Untuk pesannya sendiri dapat menggunakan bahasa yang kekinian dan mudah dipahami.

Begitu juga konten infografis, buatlah dengan kalimat yang semenarik mungkin, singkat namun informatif. Visualisasi bisa berupa gambar, simbol, diagram, dan lain sebagainya. Perhatikan ukuran teks. Jangan terlalu kecil dan juga terlalu besar, yang penting bisa terbaca dengan jelas. Pilih font yang sederhana dan profesional. Apalagi sebagai kaum yang paling banyak mengkonsumsi informasi, generasi millenial kerap kali dijadikan acuan dalam membuat desain infografis. Karena itu, kinerja humas pemerintah harus diubah dengan lebih memanfaatkan internet dengan berbagai fitur yang tersedia. Kalau dulu humas pemerintah hanya monolog, satu komunikasi, sekarang sudah tidak bisa dilakukan. Humas pemerintah harus melakukan komunikasi dua arah ataupun interaktif dalam berbagai kanal termasuk media sosial.

Humas pemerintah ini harus memanfaatkan berbagai multi kanal, melakukan sinergi dan networking dengan media online lembaga-lembaga pemerintah dan komunitas, atau pihak swasta. Sehingga mereka bisa

menyebarkan konten mengenai program-program pemerintahan secara cepat, tepat, efektif dan efisien. Pemahaman terhadap kinerja humas pemerintah mutlak dilakukan oleh sumber daya manusia yang ada dan harus memandang generasi millenial serta Z merupakan sebagain besar populasi penduduk Indonesia yang akrab dengan internet.

Sasaran humas pemerintah pun dalam menyebarkan informasi harus lebih ditujukan pada dua generasi ini. Dengan kata lain, humas pemerintah harus memiliki sikap millenial. Bersikap millenial itu harus mampu mengakses dan membuat akun pada media sosial untjm menjaring publik millenial dan generasi Z.

Dalam era serba digital dan terjaringi internet seperti saat ini, maka humas pemerintah harus memiliki media sosial dan rajin memposting konten-konten tentang instansinya. Humas pemerintah harus mengimbangi serbuan informasi yang bersumber dari media sosial. Meskipun serbuan media sosial semakin kencang, humas pemerintah jangan meninggalkan media konvensional sepenuhnya. Karena media cetak dan media elektronik masih tetap diakses oleh pemangku kepentingan (stakeholder) humas pemerintah.

——— *** ———-

Tags: