Minim Rasa Kebangsaan Perlu Solusi dari Semua Elemen

seminar tentang wawasan kebangsaan dengan mengundang sejumlah pakar, aparat keamanan, LSM, pondok pesantren serta lembaga pendidikan

seminar tentang wawasan kebangsaan dengan mengundang sejumlah pakar, aparat keamanan, LSM, pondok pesantren serta lembaga pendidikan

DPRD Jatim, Bhirawa
Minimnya rasa kebangsaan di masyarakat, khususnya ditingkatan generasi muda Indonesia membuat miris dikalangan anggota DPRD Jatim. Karenanya, dengan menggelar seminar tentang wawasan kebangsaan dengan mengundang sejumlah pakar, aparat keamanan, LSM, pondok pesantren serta lembaga pendidikan diharapkan ada solusi untuk mengatasi semua ini.
Ancaman masalah narkoba dan gagasan berdirinya serikat islam yang notaeben bisa merongrong keberadaan Negara Republik Indonesia (NKRI) diperlukan adanya solusi dan pemikiran dari semua pihak.  Eksploisasi kebangsaan kekinian dibutuhkan juga solusi nyata dari para perguruan tinggi bahwa radikalisme mengakar begitu cepat dengan mudahnya masuk di tatanan perguruan tinggi hingga profesionalisme dengan tingkat kreatifitasi sangat tinggi dan rapi.
“Jujur ancaman narkoba dan radikalisme menepati urutan pertama dalam merusak nilai luhur kebangsaan. Kita cobalihat contoh dilapangan, saat ini bahaya narkoba sudah menyentuh disemua lini. Mulai dari buruh hingga pejabat. Mulai dari anak-anak hingga orang tua. Begitu juga dengan faham radikalisme ternyata mereka yang terlibat bukan hanya dari tataran masyarakat ekonomi ke bawah, namun juga mereka yang hidupnya bekecukupan. Untuk menyelesaikan itu semua,maka dibutuhkan solusi dengan mendatangkan semua pihak,”tegas Anggota Komisi A DPRD Jatim, Bambang Juwono dengan nada intonasi tinggi.
Ditambahkan politisi asal PDIP ini jika tidak menutup kemungkinan persoalan tersebut diangkat secara nasional. Khususnya jika menyangkut sebuah kurikulum pendidikan. Mengingat dalam seminar tersebut muncul sebuah gagasan jika kurikulum yang ada sekarang ini minim adanya nilai kebangsaan. Untuk itu kedepannya nanatinya harus dihidupkan kembali nilai-nilai kebangsaan melalui sebuah mata pelajaranan.
Sementara itu, Wakil Ketua Komisi A DPRD Jatim, Miftahul Ulum mengaku merasa prihatim dengan maraknya kasus narkoba hingga faham radikelisme. Jika ini dibiarkan, maka akan berimbas pada NKRI. Apalagi dua persoalan tersebut seakan-akan seperti gunung es. Dimana yang tampak hanya sedikit,tapi yang dibawah sudah mengakar hingga pada sendi-sendi kehidupan manusia. Sayangnya masyarakat sekitar seperti cuek bebek. Dan ini menjadikan kasus narkoba dan radikalisme cukup tumbuh subur di Indonesia.  ”Hal-hal inilah yang harus diperhatikan secara serius oleh semua elemen. Paling tidak dilingkungan masyarakat yang merupakan kumpulan terkecil di masyarakat harus mampu meminimalisir adanya kasus narkoba dan radikalisme. Untuk itu perlu ditumbuhkan rasa saling menghormati dan gotongroyong di masyarakat yang sekarang ini mulai memudar,”papar politisi asal PKB ini.
Disisi lain, pihaknya tidak bisa membayangkan kondisi lima atau sepuluh tahun mendatang akan lebih parah. ”Hasilnya generasi muda kita ada pada ujung kerusakan. Untuk itu, dalam persoalan pendidikan, orangtua tidak saja menyerahkan pada sekolah, tapi orangtua juga bertanggungjawab atas nilai-nilai moral dan kebangsaan kepada anak,”paparnya.
Terpisah, Ketua Komisi A DPRD Jatim, Freddy Poernomo mengaku jika seminar wawasan kebangsaan tidak saja sebatas di Jatim saja. Namun pihaknya berharap hal ini ada kelanjutan dengan melibatkan sejumlah pejabat pengambil kebijakan atas menurunnya wawasan kebangsaan di masyarakat. Termasuk lunturnya nilai-nilai kebangsaan di tatanan masyarakat hingga pada maraknya kasus narkoba dan radikalisme, perlu kiranya untuk menjadi perhatian semua elemen. ”Karena permasalahan kebangsaan ini tidak bisa diselesaikan hanya satu pihak saja, tapi juga semua elemen harus ikut mencari solusi dan menyelesaikan persoalan tersebut,”akunya.
Sedang Guru Besar Sejarah Politik Universitas negeri Malang , Hariyono mengatakan dengan tercapainya kemerdekaan Indonesia yang diakui internasional, maka nasib kita ada dalam tangan kita sendiri. Begitupula dengan baik buruk nasib bangsa Indonesia merupakan tanggungjawab semua masyarakat ”Artinya tidak ada bangsa lain yang dapat disalahkan, bila keadaaan kitra tetap jelek,”akunya.
Yang sekarang ini dipertanyakan, mengapa negara Indonesia sangat lembek sehingga kasus narkoba dan radikalisme sangat marak tumbuh di bumi pertiwi ini. Jawabannya kara Hariyono ini karena pemerintah dan warga tidak memiliki ketegaran moral, khususnya moral sosial politik yang kuat. Termasuk etos kerja yang lembek dan korupsi yang akut yang bisa menyebabkan Indonesia menjadi halaman belakang di Asia Timur. ”Berikut tata kelola pemerintahan sering diwarnai oleh perilaku yang korupstif dan kolutif. Dimana pemilik modal sangat berkuasa,”tegasnya. [cty]

Tags: