Misteri Rakaat Shalat Fardhu

cover buku-2_Mukjizat Rakaat SholatJudul Buku  : Dahsyatnya Mukjizat Rakaat-rakaat Shalat Fardhu
Penulis    : Iwan Fahri Cahyadi
Penerbit  : Sabil
Terbit    : I, Mei 2014
Tebal    : 232 halaman
ISBN    : 978-602-255-576-6
Peresensi  : Imron Mustofa
Pustakawan di Paradigma FITK UIN Sunan Kalijaga

Dalam sejarah, Nabi Muhammad Saw pernah melakukan tawar menawar dengan Allah Swt. Kejadian tersebut terjadi sewaktu Nabi Muhammad Saw melakukan Mi’roj ke Sidroh al-Muntaha. Ketika itu, Allah Swt memerintahkan nabi untuk melaksanakan shalat lima puluh waktu dalam sehari. Namun, karena Nabi Muhammad Saw pesimistis umatnya mampu melakukan shalat lima puluh waktu itu, maka ia memberanikan diri untuk menawar kepada Allah swt, supaya berkenan untuk mengurangi. Karena kemurahan Allah Swt, maka dikabulkanlah permintaan nabi dan shalat lima puluh waktu pun dipangkas menjadi lima waktu. Inilah awal disyariatkannya shalat fardhu lima kali sehari.
Shalat lima waktu, bagi umat Islam, merupakan sebuah kewajiban yang tak boleh ditinggalkan. Bahkan, kelak di akhirat, hal pertama yang dimintai pertanggungjawaban adalah ihwal shalat. Dalam pelaksanaannya pun tak boleh serampangan. Ada aturan yang harus dipatuhi jika ingin shalatnya berkualitas.
Jika dicermati, tiap shalat memiliki jumlah rakaat yang berbeda (kecuali shalat Zuhur, Ashar, dan Isya’). Meski kita tiap hari telah menjalankan shalat fardhu, belum tentu memahami maksud dari perbedaan jumlah rakaat. Kehadiran buku ini memberi pemahaman kepada kita bahwa di setiap rakaat shalat fardhu, terdapat misteri yang tidak semua orang tahu.
Iwan Fahri Cahyadi, penulis buku ini, mengulas tentang mukjizat yang terkandung dalam rakaat-rakaat shalat fardhu. Dijelaskan, tiap rakaat shalat memiliki hubungan dengan perjalanan hidup manusia. Seperti shalat Isya’ yang terdiri dari empat rakaat. Dalam buku ini dijelaskan bahwa empat rakaat dalam shalat Isya’ melambangkan komponen dasar manusia. Manusia terdiri dari empat komponen dasar, yaitu air, tanah, api, dan udara.
Syekh Abdul Qadir Jailani dalam bukunya, Rahasia Sufi, menuliskan sabda Nabi Muhammad Saw: Apakah seseorang akan menjadi baik atau jahat sudah diketahui ketika ia berada di dalam rahim ibu. Makna rahim di sini adalah empat unsur sumber utama kekuatan dan daya material. Dua di antaranya adalah tanah dan air yang berfungsi menumbuhkan iman dan ilmu, menghidupkan, dan mewujud dalam hati sebagai sikap rendah hati. Lawan keduanya adalah api dan udara, yang bersifat membakar, merusak dan membinasakan. Allah Swt telah menjadikan keempat unsur yang berlawanan ini dalam sebuah wujud dalam diri manusia. (halaman 43)
Sementara jumlah rakaat shalat Subuh melambangkan bahwa alam semesta diciptakan berpasang-pasangan. Ada panas dan dingin, siang dan malam, baik dan buruk, yin dan yang, keras dan lunak, dll. Kenyataan ini merupakan sebuah bentuk keseimbangan, keselarasan, dan keharmonisan. Bayangkan jika dunia ini diciptakan tidak berpasang-pasangan!
Filosofi empat rakaat pada shalat Zuhur juga tidak kalah menariknya. Dijelaskan, jumlah rakaat ini menggambarkan tentang fase-fase kehidupan yang harus dilalui  manusia. Berawal dari fase alam rahim (kandungan), alam dunia, alam barzakh (kubur), dan alam akhirat. Keempat fase ini dipaparkan bukan hanya berdasar pada dalil-dalil al-Qur’an dan hadits saja. Melainkan diperkuat dengan hasil-hasil penelitian para ilmuan di berbagai belahan dunia.
Begitu juga dengan jumlah rakaat shalat Ashar. Empat rakaat shalat Ashar, menurut buku ini, merupakan gambaran tentang iman, Islam, ihsan, dan sabar. Ketika kehidupan seorang muslim diwarnai dengan empat elemen ini, maka bisa dipastikan (orang tersebut) selalu mendapat kemudahan dalam hidunya.
Selain rakaat, nama “Ashar” juga memiliki makna yang mendalam. Kata “Ashr” digunakan untuk menamai sebuah surat dalam al-Qur’an. Surat al-Ashr memuat tentang kerugian seseorang ketika tidak mau memanfaatkan waktu. Karena waktu bagaikan pedang, bisa memotong apa saja. Dengan begitu, seseorang harus dapat mengendalikan (memanajemen) waktu agar tidak “memotong” keberuntungannya.
Yang terahkir adalah shalat Maghrib. Tiga rakaat shalat Maghrib melambangkan tentang rahmat, ridho, dan surga. Untuk menjelaskan ketiga elemen tersebut, penulis buku ini menganalogikan dengan kegiatan silaturahmi. Ketika bersilaturahmi ke rumah saudara/teman, kita tak akan bisa masuk ke dalam rumahnya jika pemilik rumah tidak membukakan pagar dan pintu. Jika pemilik rumah telah membukakan pagar dan pintu rumah, dipastikan akan menyambut tamu dengan jamuan. Hal ini sama seperti konsep rahmat, ridha, dan surga. Pagar rumah adalah rahmat, pintu rumah adalah ridha, sementara jamuan yang diberikan pemilik rumah adalah surga.
Masih banyak misteri rakaat shalat fardhu yang belum diketahui banyak orang. Buku ini coba menyadarkan kita agar tidak meremehkan shalat fardhu, dengan jalan memaparkan seabrek mukjizat yang terkandung dalam rakaat-rakaatnya. Selamat membaca!

Rate this article!
Tags: