Mobil KaCa UMM Kenalkan Asyiknya Bermain Rangku Alu

Kota Malang, Bhirawa
Mobil Kamis Membaca (KaCa) Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) kembali mengaspal untuk menggaungkan gerakan literasi kepada masyarakat umum. Berbeda dengan biasanya, kali ini mobil KaCa mengunjungi Car Free Day jalan Ijen, tepatnya di depan Perpustakaan Kota Malang, Ahad 13/1 kemarin.
“Ini kali pertama Mobil KaCa mengaspal di Car Free Day. Lain dari biasanya, di tahun 2019 ini kami ingin berbagi kepada masyarakat yang lebih luas. Mobil pintar ini memberikan alternatif bacaan yang mudah dengan pilihan yang banyak. Masyarakat bisa bebas memilih buku yang disenangi,” ujar Maharina Novia Zahro selaku koordinator Mobil KaCA.
Targetnya tahun 2019 ini, Mobil KaCa UMM akan menjangkau ke tempat yang lebih luas lagi. Jika biasanya mobil KaCa UMM mengunjungi sekolah dan tempat tertentu yang tersegmentasi, kali ini akan menjangkau semua usia dan kalangan.
“Sekarang lebih luas jangkauannya. Tidak hanya di tempat yang segmented, Mobil KaCa akan menyapa korban bencana di Lombok, Kampung Pank, Kelompok Tani, perkumpulan Ibu-Ibu dan juga ke daerah bekas prostitusi,” terang Maharina.
Kehadiran mobil KaCa UMM langsung menjadi serbuan pengunjung di sekitar Car Free Day. Ada sekitar 456 koleksi buku yang terdiri dari ensiklopedi, cerita, novel dan literasi lainnya. Di belakang mobil juga dilengkapi LED monitor yang dapat menampilkan film-film edukatif.
Tidak hanya membaca dan menonton saja, pengunjung yang hadir juga dapat belajar mengenali berbagai macam permainan tradisional. Sebagai upaya melestarikan kebudayaan tradisional, mobil KaCA mengajak pengunjung untuk ikut serta bermain, Rangku Alu atau tarian tongkat.
Permainan asal Manggarai, Nusa Tenggara Timur ini dimainkan oleh 2 tim. Tim pertama berisi empat orang yang berjaga menggerak-gerakkan bambu. Mereka duduk membentuk bidang persegi dan memegang dua bambu. Sementara tim lain menjadi pemain yang mendapat giliran menghindari jepitan bambu.
Sejumlah pengunjung terlihat sangat antusias memainkan Rangku Alu. Tidak hanya anak-anak yang meminkan, remaja hingga dewasa juga ikut bermain bersama. Dengan lincah, pemain masuk dalam bidang persegi dan melompat-lompat sesuai ayunan dan irama ketukan bambu.
“Kita mesti pahami bersama, bahwa kegiatan literasi tidak hanya berhenti pada membaca buku. Kegiatan literasi banyak macamnya. Rangku Alu, kami kenalkan ke kemasyarakat untuk mengembalikan kejayaan permainan tradisional sebagai media penguatan interaksi sosial antar masyarakat. Anak-anak juga menjadi tidak melulu disibukkan dengan gadgetnya,” tukasnya. [mut]

Tags: