Mobil Listrik dengan Rem Otomatis Anti Laka

Akhmad Muhammad mencoba karyanya berupa mobil listrik yang dilengkapi dengan sistem pengereman otomatis. [adit hananta utama/bhirawa]

Akhmad Muhammad mencoba karyanya berupa mobil listrik yang dilengkapi dengan sistem pengereman otomatis. [adit hananta utama/bhirawa]

Keselamatan adalah hal yang paling penting bagi pengguna mobil. Itulah alasannya safety belt dan air bag diciptakan agar risiko benturan saat kecelakaan dapat diminimalisir. Namun faktanya, kecelakaan berakibat fatal masih kerap terjadi. Maka inilah saatnya, teknologi keselamatan mobil dikembangkan menjadi lebih canggih. Seperti karya Akhmad Muhammad berupa mobil listrik dengan rem otomatis.

Adit Hananta Utama, Kota Surabaya

Di akhir masa kuliahnya, Akhmad ingin meninggalkan sesuatu yang bisa memberi manfaat untuk masyarakat banyak. Sebuah karya yang lahir atas keresahannya melihat sejumlah kecelakaan lalu lintas. Khususnya kecelakaan mobil yang tak jarang sampai merenggut korban jiwa.
“Niat utama saya karena ingin mengurangi kecelakaan yang sering terjadi. Karena itu saya buat mobil listrik ini menggunakan sensor ultrasonik,” tutur mahasiswa prodi Teknik Elektronika, Politeknik Elektronika Negeri Surabaya (PENS) itu kemarin.
Akhmad menciptakan mobil listrik dengan sistem pengereman otomatis. Ia memberinya nama  EEPIS Electric Vehicle. Sembari mengutak-atik mobil listrik yang masih berbentuk prototype ini, ia pun menjelaskan sistem yang ada di mobil ini. Mobil listrik ini memiliki kecepatan 50 km/jam. Karena menggunakan tenaga listrik, untuk mengisi baterai dengan jenis Lithium Polimer 36 Volt 20 AH paling lama maksimal 10 jam. Dari situ, dengan sistem auto brake, mobil ini mampu menempuh jarak 300 km lamanya.
Sedangkan untuk sistem pengereman otomatis, mobil ini menggunakan dua jenis sensor. Yakni sensor jarak dan sensor kecepatan. Sensor jarak untuk mengatur laju ketika mendekati sasaran benturan dengan jarak 10 meter. “Kendaraan pun mulai mengurangi kecepatan dan melakukan pengereman secara bertahap hingga terhenti secara otomatis pada jarak kurang lebih 0,5 m,” papar mahasiswa asal Sidoarjo ini.
Untuk project ini, Akhmad mengaku telah menghabiskan uang sebesar Rp 10 juta.  Tapi anggaran sebesar itu tidaklah berat baginya. Sebab, semua kebutuhan dalam pembuatan karya itu telah dibiayai oleh Dikti.
Jenis rem yang digunakan adalah rem hidrolik sepeda. Ini lantaran kendaraan yang dibuatnya menggunakan tiga buah ban seukuran ban sepeda. Meski demikian sistem ini dapat diaplikasikan pada kendaraan yang berukuran lebih besar lagi. “Sistem ini bisa diaplikasikan untuk mobil yang ukurannya lebih besar, karena sensor bisa disesuaikan dengan lebar mobil. Misalnya mobil dengan lebar 150 cm, maka sensor yang dibutuhkan sekitar 2-3 buah. Mikro kontrolernya pun juga harus diganti,” terangnya.
Ia juga menerangkan, mobil listrik prototype ini telah diuji. Namun, masih perlu diperbaiki dan dikembangkan. Terutama untuk respon sensor jarak dan mikrokontrolernya yang masih kurang cepat. “Jika sekarang mikro kontroler nya masih menggunakan AT Mega 328, ke depan bisa diganti dengan yang baru seperti ARM,” ujar alumni SMA YPM 1 Taman itu.
Bentuk mobil listrik prototype yang dibuat Akhmad ini mirip dengan kendaraan balap dan hanya diperuntukkan bagi single person. Dengan kata lain, pengemudi harus setengah tidur untuk mengendarainya. Beberapa panel dan monitor pengontrol kecepatan, jarak, dan lain sebagainya tersusun berjajar di dekat setir kendaraan berbentuk lonjong ini.
Sementara itu, Ardik Wijayanto selaku dosen pembimbing Akhmad mengungkapkan keyakinannya untuk mengembangkan prototype mobil ini. Salah satunya dengan memaksimalkan kombinasi kinerja mesin dan remnya. “Perkembangan ke depannya akan kita tambahkan mekanik lagi agar lebih menarik serta pengemudinya tidak kepanasan dan kehujanan,” papar Ardik.*

Tags: