Mochamad Soleh: 60 Persen Aplikator Konstruksi dan Bangunan Menganggur

Ketua Umum Himpunan Aplikator Indonesia (HAPI), Mochamad Soleh saat memberikan materi pengenalan HAPI.

Surabaya, Bhirawa
Ditengah pandemi Covid-19 membuat para aplikator kontruksi dan bangunan atau tukang banyak yang terdampak, khususnya yang bekerja untuk proyek-proyek pemerintah.
“Proyek pemerintah saat pandemi sekitar 90 persen berhenti. Kecuali sektor kesehatan yang terkait dengan pandemi,” terang Ketua Umum Himpunan Aplikator Indonesia (HAPI), Mochamad Soleh, Senin (15/6).
Soleh menambahkan menurut informasi yang didapat di lapangan, sekitar 60 persen Sumber Daya Manusia (SDM) di sektor kontruksi dan bangunan ini menganggur. “Hanya 40 persen yang masih dipakai untuk proyek-proyek terkait infrastruktur, terutama sektor kesehatan yang saat dipakai untuk penanganan Covid 19. Untuk proyek swasta dan pribadi, masih banyak yang jjala,” ujarnya.
Menurut Soleh, proyek swasta yang jalan adalah proyek pengembang perumahan atau kontruksi yang masih memiliki modal besar. Sementara pribadi, juga masih jalan, karena terdorong kebutuhan saat Ramadan dan Idul Fitri di April dan Mei 2020 ini.
“Tapi karena kontribusi proyek pemerintah besar, sehingga jumlah yang terdampak besar. Pengguna jasa aplikator di proyek pemerintah itu mencapai 50 persen, swasta 30 persen, pribadi 10-20 persen,” jelas Soleh.
Sementara itu, dalam pelatihan aplikator pemasang atap baja ringan yang digelar di kawasan Mastrip merupakan kegiatan perdana setelah vakum akibat Covid 19. Dijelaskan Soleh, biasanya pelatihan aplikator yang berujung dengan pemberian sertifikat ketrampilan profesi, dilakukan dalam jumlah yang banyak.
“Tapi kali ini hanya 20 orang, sesuai dengan protokol kesehatan yang diwajibkan,” kata Soleh.
Karena baru pertama, pihaknya masih akan melakukan review dan evaluasi terhadap kegiatan ini. Mengingat protokol kesehatan, mulai dari cuci tangan sebelum masuk gedung, pakai masker, penggunaan desifektan, hingga kapasitas ruangan yang hanya 50 persen, karena wajib social distancing atau jaga jarak.
“Nah, kalau di SMK bisa sampai 100 orang pesertanya. Kami tetap wajib menggelar pelatihan ini karena banyak peminatnya dan bisa meningkatkan nilai dari para aplikator ini dalam menjalani profesinya di lapangan,” pungkas Soleh.
Apalagi program kerja HAPI hingga akhir tahun, bisa memberikan sertifikasi SDM aplikator antara 20 ribu- 30 ribu orang.
“Kami menggelar pelatihan sebelum pandemi sekitar akhir Februari 2020 lalu. Sebenarnya bisa melakukan pelatihan secara online, dengan peserta yang bisa lebih banyak dan berada di berbagai daerah di seluruh Indonesia, tapi masih sedang kami pikirkan,” tandas Soleh.
Hal itu karena dalam pelatihan ini ada praktek. Praktek tentunya bisa dilakukan secara online tapi perlu inspeksi secara langsung sebagai bentuk pertanggungjawaban atas sertifikat yang akan dikeluarkan.
Bila secara online, sertifikat bisa dilakukan secara e-sertifikat, tapi hasil praktek, tetap harus ada asisten yang mengawasi dan memberi penilaian terhadap hasil.
Saat pelatihan, selain Soleh yang memberikan materi pengenalan HAPI, hadir Bambang Ronny yang memberikan materi pelatihan pemasangan rangka atap baja ringan. Juga Dani, yang menyampaikan produck knowledge Zenimu dan Tri, produck knowledge Kencana. [riq]

Tags: