Model Tulungagung Pamer Masker Batik Modis di Hari Batik Nasional

Para model saat memamerkan masker kain batik modis di jalanan Bundaran TT Kota Tulungagung, Jumat (2/10).

Tulungagung, Bhirawa
Sejumlah model dari Batik Gajah Mada Tulungagung memamerkan pengenaan masker batik saat peragaan busana fashion on the street di jalan Bundaran Tulungagung Theatre (TT), Jumat (2/10). Acara yang sekaligus membagikan 3.000 masker modis dari bahan kain batik pada warga Kota Tulungagung tersebut dalam rangka Hari Batik Nasional.

Lenggak lenggok para model ini sempat menjadi pusat perhatian warga dan pengendara kendaraan yang lalu-lalang di sekitar Alun-Alun Kota Tulungagung. Apalagi mereka kemudian mendapatkan masker kain dari para model itu secara cuma-cuma.

Penyelenggara acara peragaan busana on the street dan bagi masker batik, Ike Yuliana Sari, mengungkapkan ditengah lesunya perekonomian saat pandemi Covid-19 diperlukan berbagai inovasi agar Batik Tulungagung tetap eksis. “Salah satunya pengenaan masker dari bahan batik. Masker ini bisa menunjang penampilan jika disesuaikan dengan motif baju batik yang dikenakan. Jadi lebih modis,” ujarnya.

Karena itu pula, lanjut dia, dalam acara tersebut juga dibagikan sebanyak 3.000 masker batik pada warga agar mereka bisa juga mengenakan masker dari kain batik tersebut, selain sebagai upaya menyukseskan program pemerintah agar masyarakat patuh pada penerapan protokol kesehatan.

Diakui Ike Yuliana, pandemi Covid-19 yang masih berlangsung hingga saat ini membuat minat masyarakat untuk membeli produk kain batik menjadi menurun. Penurunannya bisa dibilang cukup signifikan. “Penjualan Batik Gajah Mada sendiri turun sampai 80 persen,” akunya.

Ia menyebut para pembeli atau pelanggan dari luar Kota Tulungagung sekarang banyak yang menghentikan permintaan. Padahal 60 persen dari penjualan kain batik berasal dari luar Kota Tulungagung.

“Yang 40 persen penjualan untuk lokal Tulungagung. Sedang yang 60 persen untuk permintaan dari luar kota, seperti di antaranya Yogyakarta dan Solo,” terangnya.

Penurunan permintaan ini, lanjut Ike yuliana, berimbas pula pada keberlangsungan tenaga kerja. Meski belum melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK), namun para pekerja di rumah produksi batik miliknya kini bekerja secar shift (bergantian).

“Sekarang kami terus berusaha agar pengrajin batik di Tulungagung tetap eksis. Selain tetap melakukan penawaran ke instansi-instansi pemerintah, kami juga memproduksi masker batik. Peminat masker batik ini cukup tinggi,” ucapnya. (wed)

Tags: