Mohammad Sholeh Maju Cawali Surabaya Dari Independent

Mohammad Sholeh

Surabaya, Bhirawa
Pilkada Surabaya 2020 mulai diramaikan oleh bursa Calon Wali Kota. Wakil Ketua DPD Partai Gerindra Jatim, Mohammad Sholeh mendeklarasikan diri maju sebagai calon walikota Surabaya lewat jalur independent.
Deklarasi ini digelar di pujasera Jalan Darmo Surabaya pada Kamis (4/7) yang dihadiri sejumlah mantan aktifis mahasiswa reformasi 98. Selain itu juga dihadiri sejumlah elemen masyarakat mulai dari advokat, para guru honorer, seniman, budayawan, lembaga swadaya masyarakat, pegiat sosial dan warga Surabaya. Mereka satu persatu memberikan testimoni terkait dukungan terhadap M. Sholeh.
Melalui jalur independen, M. Sholeh yang dikenal sebagai pengacara mendeklarasikan diri sebagai Calon Wali Kota Surabaya yang akan digelar pada September 2020 mendatang.
Alasan memilih jalur independent menurut Sholeh, karena sampai sekarang hampir semua partai belum jelas dalam pencalonan di Pilkada Surabaya 2020 karena perolehan kursi yang tidak signifikan.
”Hanya PDIP yang pasti bisa mengusung sendiri karena memiliki 15 kursi nantinya,” tegasnya. Mantan aktifis mahasiswa 98 ini mengaku, tidak mau menjadi korban pat gulipat partai politik.
”Biasanya injuri time ada pat gulipat oleh partai politik. Lebih baik jalur independen, kita tata dari awal, dapat dukungan konkret dari masyarakat, ya sudah lolos Wawali,” jelasnya.
Menurut dia, dengan memilih jalur cawali independen tersebut, bukan berarti dirinya anti terhadap partai, melainkan mengingatkan kepada publik bahwa ada pengalaman Pilkada Surabaya 2015, dimana banyak partai tapi tidak mengajukan calon.
Akibatnya pasangan Cawali-Cawawali Surabaya, Tri Rismaharini dan Whisnu Sakti Buana yang diusung PDI Perjuangan menjadi calon tunggal.
Baru setelah dibuka pendaftaran lagi, Partai Demokrat dan Partai Amanat Nasional yang awalnya tidak mengajukan calon, akhirnya mengusung Rasio-Lucy.
“Kami sejak awal ingin melibatkan masyarakat dengan adanya dukungan KTP ini. Jalur independen ini punya sisi positif karena bisa mendekatkan dengan masyarakat,” kata M. Sholeh kepada wartawan.
Selain itu, lanjut dia, maju melalui jalur partai tidak semudah yang dibayangkan karena transaksinya agak rumit dan agak susah diikuti. Ia mengingatkan siapapun calon yang mau pencitraan lewat partai agar tidak kecewa kalau nantinya tidak dapat rekomendasi partai.
“Saya tidak ngomong ada uang, lebih baik independen karena lebih mudah, yang penting KTP terpenuhi,” katanya. Pengacara yang beberapa kali memenangkan gugatan di Mahkamah Konstitusi ini membantah, kalau pilihannya untuk maju di Pilkada Surabaya 2020 lewat jalur independent, sebagai tindakan melawan partai.
“Ketua Partai Gerindra Jatim belum tahu tentang ini, tapi bagi saya itu bukan masalah, karena yang saya lakukan tidak melanggar hukum. Yang saya lakukan demi kebaikan Surabaya,” tegas Sholeh.
Sholeh menambahkan meskipun maju lewat jalur independent, tapi dirinya tetap membuka komunikasi dengan partai politik. “Hal ini penting dilakukan untuk menjaga keharmonisan dengan parlement,” pungkasnya.
Sholeh mencontohkan, jika dirinya maju melalui Partai Gerindra yang mendapat lima kursi di DPRD Surabaya, tentunya tidak bisa karena syarat maju Pilkada harus 10 kursi, sehingga harus koalisi dengan partai lain agar mendapatkan lima kursi lagi.
“Untuk mendapatkan lima kursi lagi, misalnya mengandeng PSI (Partai Solidaritas Indonesia) yang memiliki empat kursi. Ketika saya sudah menggandeng PSI, ternyata kurang satu kursi. Bayangkan jika satu kursi itu adalah PPP. Tentunya PPP akan bisa naik daun. Jadi kalau tidak siap sekian, ya, tidak jadi. Itu fakta, saya tidak ngomong soal uang. Saya juga tidak antipati terhadap partai,” katanya.
Untuk itu, lanjut dia, pihaknya berharap agar jangan sampai pesta demokrasi lima tahunan itu dibuat permainan partai politik. “Maka independen ini paling pas sebagai kendaraan antara calon dengan masyarakat. Ini tidak bisa dibuat mainan lagi,” katanya. [dre]

Tags: