Momen Canda Tawa Rasulullah SAW

Canda NabiJudul Buku    : Senyum Indah Kanjeng Nabi
Penulis      : Dr. H. Abdul Wahid
Penerbit      : DIVA Press
Cetakan      : I, 2016
Tebal      : 264 halaman
ISBN        : 978-602-296-197-0
Peresensi  : Hendra Sugiantoro
Pegiat Pena Profetik Yogyakarta

Sisi kehidupan Nabi Muhammad SAW yang mengungkap momen kebahagiaan, tawa ria, dan senda gurau jarang dikupas panjang lebar. Buku ini mengungkap beberapa peristiwa saat beliau tersenyum bahagia, termasuk saat sedang bercanda dengan segala humornya.
Salah satu canda Rasulullah SAW terjadi dalam sebuah kesempatan memakan kurma bersama para sahabat. Selesai makan sebuah kurma, biji yang tersisa disisihkan. Ali bin Abi Thalib tersadar kalau biji-biji kurmanya lebih banyak dibandingkan biji-biji kurma yang disisihkan Rasulullah SAW. Itu artinya, Ali bin Abi Thalib lebih banyak makan kurma. Diam-diam, Ali bin Abi Thalib memindahkan biji-biji kurmanya ke sisi Rasulullah SAW.
Ali bin Abi Thalib berkata, “Wahai Rasulullah, engkau makan kurma lebih banyak daripada aku. Lihatlah, biji-biji kurma menumpuk di tempatmu.” Mengetahui hal itu, Rasulullah SAW tersenyum dan menjawab tenang, “Ya Ali, kamulah yang makan kurma lebih banyak. Aku hanya makan kurma dan menyisakan biji-bijinya, sedangkan kamu makan kurma beserta biji-bijinya.”(HR. Bukhari).
Peristiwa lainnya saat Rasulullah SAW kedatangan seorang sabahat yang meminta bantuan menyediakan seekor unta untuk melakukan perjalanan. Mendengar permohonan tersebut, Rasulullah SAW berkata, “Aku akan memberikanmu seekor anak unta untuk ditunggangi.” Sahabat itu bingung. Bagaimana mungkin seekor anak unta dapat membawanya dalam perjalanan dengan membawa banyak bekal.
Sahabat itu pun bertanya, “Ya Rasulullah, apa yang bisa aku lakukan dengan seekor anak unta?” Rasulullah SAW menjawab, “Aku tak berkata anak unta itu masih kecil. Bukankah unta yang sudah besar juga masih dikatakan anak unta?” (HR. Tirmidzi dan Abu Daud). Sahabat itu tersenyum dan mengerti candaan Rasulullah SAW (hlm. 33).
Rasulullah SAW diberi kemampuan oleh Allah SWT melihat makhluk-makhluk ghaib. Suatu saat ada seorang laki-laki sedang makan tak membaca basmalah, sehingga setan turut dalam makannya. Ketika suapan terakhir, laki-laki itu berkata, “Dengan menyebut nama Allah di awal dan di akhir.” Tiba-tiba Rasulullah SAW tertawa dan bersabda, “Setan terus makan bersama dia. Tetapi, saat dia ingat kepada Allah (dengan membaca basmalah), setan itu memuntahkan makanan yang sudah ditelannya dari dalam perutnya.”(HR. Ahmad dan An-Nasa’i).
Momen tawa Rasulullah SAW juga terjadi saat melakukan perjalanan bersama Aisyah dan beberapa sahabat. Beliau berkata agar para sahabat berjalan terlebih dahulu. Ketika jarak dengan para sahabat sudah jauh, Rasulullah SAW berkata kepada Aisyah, “Ayo kita berlomba lari.” Aisyah pun menyambut ajakan tersebut. Saat itu tubuh Aisyah masih ramping dan mampu mendahului Rasulullah SAW dalam berlari.
Waktu terus berlalu dalam rentang lama. Suatu hari Aisyah mendapatkan kesempatan lagi untuk bepergian bersama Rasulullah SAW. Di perjalanan, beliau menyuruh beberapa sahabatnya berjalan terlebih dahulu. Rasulullah SAW menantang Aisyah untuk lomba lari lagi. Saat itu tubuh Aisyah tumbuh gemuk, sehingga kalah. Beliau tertawa seraya berkata, “Kemenangan ini untuk menebus kekalahanku dalam adu lari yang dahulu.”(HR. Ahmad dan Abu Daud).
Peristiwa Rasulullah SAW tertawa pernah juga terjadi saat suatu malam beliau bangun dari tidurnya untuk buang air kecil. Karena hawa di luar dingin, beliau pun buang air kecil di sebuah kendi. Selang beberapa lama, Ummu Aiman, ibu asuh Rasulullah SAW, terbangun di malam hari itu. Rasa haus menyengat kerongkongannya. Tanpa pikir panjang, Ummu Aiman meminum air di dalam kendi.
Saat pagi, Rasulullah SAW meminta tolong Ummu Aiman agar membuang air di dalam kendi. “Aduh, demi Allah, aku sudah meminum air di dalamnya,” jawab Ummu Aiman. Setelah mendengar apa yang dilakukan Ummu Aiman, Rasulullah SAW tertawa sampai tampak gigi gerahamnya. Beliau lantas bersabda, “Sejak sekarang engkau tidak akan pernah sakit perut selamanya.”(HR. Hakim dan Daru Quthni).
Dalam kesempatan lain, Rasulullah SAW yang sedang sakit kepala bercanda dengan Aisyah. Ternyata, pada saat yang sama, Aisyah juga mengeluhkan sakit kepala. “Hai Aisyah, demi Allah, aku pun merasakan sakit kepala yang sangat berat. Namun, jika kau meninggal dunia terlebih dahulu, kau tak perlu khawatir. Aku akan mengurusmu, menshalatimu, dan mengiringi jenazahmu,” kata Rasulullah SAW dengan bercanda.
“Demi Allah, sungguh aku dapat menebak. Jika hal itu benar-benar terjadi, engkau akan berduaan dengan salah seorang istrimu di rumahku ini pada sore harinya,” kata Aisyah dengan nada merajuk. Mendengar jawaban istrinya yang tampak cemburu, Rasulullah SAW hanya tertawa (hlm. 147-148).
Ada sekitar empat puluh momen Rasulullah SAW saat tertawa, tersenyum, dan bercanda dikupas buku ini. Sisi kemanusiaan beliau ini menarik disimak, sekaligus pelajaran bagi kita untuk menebarkan senyum tawa pada tempatnya dan berhumor dengan penuh makna. Selamat membaca.

                                                                                                               ————– *** ————–

Rate this article!
Tags: