Momen Sakral HJL Ke-453, Ziarah ke Makam Leluhur dan Pasamuan Agung

Momen sakral dan berbudaya di Hari Jadi Lamongan ke – 453 menjadi nilai – nilai penting yang tersampaikan kepada masyarakat Kab. Lamongan. (Alimun Hakim/ Bhirawa).

(Buku Wasiat Sunan Giri Jadi Kunci Peradaban)
Lamongan, Bhirawa
Momen sakral dalam memperingati Hari Jadi Lamongan (HJL) yang ke – 453 tahun 2022 masih menjadi tradisi dan budaya yang dijalani Bupati Yuhronur Efendi sebagai pemimpin daerah.

Ziarah ke Makam Leluhur Kab. Lamongan dan proses Pasamuan Agung memiliki nilai – nilai spiritualitas dalam merawat ke – Islaman dan Ke – Indonesiaan.

Bupati Lamongan Yuhronur Efendi didampingi Wakil Bupati Lamongan Abdul Rouf dan jajaran Forkopimda Kabupaten Lamongan mengawalinya dengan mengajak semua unsur berziarah dan merenungi sejenak nilai – nilai sejarah leluhur seperti Mbah Sabilan, Mbah Punuk, dan Mbah Lamong di Kelurahan Tumenggungan Kecamatan Lamongan.

Berdasarkan kisah sejarah, penentuan hari jadi Lamongan berbeda dengan daerah-daerah kabupaten lain, khususnya di Jawa Timur. Kebanyakan daerah mengambil sumber penentuan dari prasasti atau peninggalan sejarah lainnya, tetapi hari lahir Lamongan mengambil sumber dari buku wasiat Sunan Giri yang ditulis tangan dalam huruf jawa kuno dan disimpan oleh juru kunci makam Giri di Gresik.

Dalam buku wasiat tersebut ditulis bahwa diwisudanya Tumenggung Surajaya menjadi Adipati Lamongan dilakukan dalam pasamuan agung di tahun 976 H. Berdasarkan tahun tersebut, kemudian dilakukan penelusuran dan ditemukan bahwa wisuda tersebut terjadi pada Hari Kamis Pahing tanggal 10 Dzulhijjah 976 H atau bertepatan dengan 26 Mei 1569 M.

Hadi atau Mbah Lamong atau juga disebut Tumenggung Surajaya ini merupakan santri Kesultanan Giri yang terampil, cakap, dan menguasai ajaran agama Islam serta seluk beluk pemerintahan, yang oleh Sunan Griri ditunjuk menyebarkan ajaran agama, mengatur pemerintahan, dan kehidupan masyarakat di kawasan Kenduruan.

Ringkas sejarah, usaha Hadi berjalan lancar dan mudah. Karena keberhasilannya beliau mendapat julukan Lamong yang artinya among (ngemong) yang baik atau pengayom warga, dan dinobatkan sebagai Adipati pertama dengan gelar Tumenggung Surajaya. Sunan Giri IV atau Sunan Prapen juga mengumumkan wilayah Kranggan Lamongan menjadi Kadipaten Lamongan.

Tidak hanya Mbah Lamong, Mbah Punuk dan Mbah Sabilan juga merupakan tokoh penting dalam sejarah Lamongan. Mbah Sabilan yang hingga saat ini belum diketahui nama aslinya juga merupakan tokoh yang erat kaitannya dengan tradisi calon pengantin perempuan yang melamar calon pengantin laki-laki di Lamongan.

Mbah Sabila merupakan seorang patih/panglima perang dari adipati ke-3 Lamongan Raden Panji Puspa Kusuma ayah dari Raden Panji Laras dan Panji Liris sekitar tahun 1640-1665. Beliau diberi nama Mbah Sabilan karena meninggal sebagai sabilillah di medan perang.

“Melalui napak tilas ini, diharapkan dapat menambah semangat dan spirit untuk menjadikan Lamongan sebagai wilayah yang berjaya, yang dapat mempertahankan budaya, adat-istiadat, kegotong-royongan, dan kebersamaan. Dalam kesempatan ini kita dapat merefleksikan dan sebuah spirit untuk memajukan Kabupaten Lamongan,” tutur Bupati Yuhronur Efendi, Kamis (26/5).

Ditugaskan Bupati yang akrab disapa Pak Yes ini bahwa tidak akan ada kejayaan tanpa perjuangan. Perjuangan tersebut menurut beliau harus terus dijadikan sebuah komitmen untuk bersama berkolaborasi menjadikan Lamongan yang jaya, senagaimana tema HJL ke 453 yakni kolaborasi mewujudkan pembangunan inklusif.

“Kolaborasi yang dimaksud adalah kita semuanya bergandeng tangan, seluruh elemen masyarakat, siapa pun mempunyai kewajiban yang sama untuk memajukan wilayah Kabupaten Lamongan yang inklusif, yang terbuka, saling menghargai,” tambahnya.

Setelah Napak Tilas , Puncak peringatan Hari Jadi Lamongan (HJL) ke-453 tahun dilanjutkan dengan upacara dan proses Pasamuan Agung.

Pembukaan selubung pataka lambang daerah dan pemasangan oncer sesanti, kirab lambang daerah, penyemayaman lambang daerah dan pasamuan agung, lalu diahiri dengan pelepasan oncer sesanti dan penutupan selubung lambang daerah.

Pada proses pembukaan selubung pataka lambang daerah dan pemasangan oncer sesanti ini dilaksanakan di Gedung DPRD Kabupaten Lamongan.

Dibuka oleh Ketua DPRD Lamongan Abdul Ghofur dan diserahkan kepada Bupati Lamongan Yuhronur Efendi, untuk kemudian dilaksanakan kirab. Diiringi oleh Drumband Gentabuana SMA 5 Taruna Brawijaya Kediri, Lambang Daerah Kabupaten Lamongan tersebut kemudian dikirab menuju Pendopo Lokatantra Lamongan untuk disemayamkan dan dilakukan upacara pasamuan agung.

Dalam prosesi pasamuan agung, juga ditampilkan berbagai kisah dan budaya Lamongan dalam bentuk tarian, yakni Tari Bedoyo Amangku Bumi dan Sendra Tari Panji Laras Liris yang menceritakan kisah awal mula budaya calon mempelai wanita melamar calon mempelai pria di Lamongan.

Melalu serangkaian momen sakral tersebut, Bupati Yuhronur mengajak seluruh masyarakat Lamongan untuk turut menyemarakkan HJL ke – 453 tahun.

“Hari ini adalah puncak kegiatan HJL yang ke 453, untuk itu hari ini kita laksanakan kirab, dan kegiatannya sampai nanti malam. Nanti ada drama kolosal yang menyajikan kejayaan Lamongan mulai dari masa Majapahit sampai saat ini. Manfaatkan kesempatan ini, mari kita meriahkan bersama. Hari Jadi Lamongan ini adalah hari jadi milik kita semua, milik seluruh masyarakat Lamongan,” ajaknya.

Selain itu di usia Lamongan yang ke 453 tahun ini, Pak Yes berharap kedepannya Lamongan bisa menjadi lebih baik dalam segala hal, serta terus melaksanakan kolaborasi yang sudah menjadi budaya di Lamongan. Sebagaimana tertuang dalam tema HJL ke 453 yakni “Kolaborasi Mewujudkan Pembangunan Inklusif”, beliau juga mengajak untuk menjadikan kolaborasi ini sebagai role model pelaksanaan pemerintahan kedepannya.

“Kolaborasi di Lamongan ini sudah terbukti berhasil, buktinya saat berada dalam krisis pandemi, Lamongan dapat menjadi yang pertama dalam level 1 di Indonesia. Kata kuncinya adalah kolaborasi dan inklusi. Oleh karena itu kolaborasi kita gunakan sebagai tema HJL ke-453 ini, supaya menegaskan bahwa ini saatnya melaksanakan kolaborasi, bahwa pemerintah tidak bisa sendirian tanpa dukungan dari berbagai pihak, ini diperlukan dan terbukti berhasil diterapkan di Lamongan,” terang Pak Yes. [Aha.Yit.gat]

Tags: