Momentum Wujudkan Generasi Sehat Berkualitas

Oleh :
Yunita Putri Wulansari
Penyuluh Kesehatan Masyarakat Prov. Jatim

Selama pandemi COVID-19 yang berlangsung selama 2 tahun lebih telah membuat cakupan imunisasi dasar lengkap pada bayi dan anak turun drastis dan tidak mencapai target imunisasi dasar lengkap.

Berdasarkan data dari Kemenkes RI terdapat 1.7 juta bayi yang tidak diimunisasi lengkap selama periode 2019 – 2021. Secara rata – rata terjadi penurunan 11.27% pada cakupan imunisasi campak bayi, Polio 4, DPT-HB-HIB 3 dan BCG di Indonesia. Banyaknya bayi yang tidak mendapatkan imunisasi lengkap akan mengakibatkan tidak terbentuknya Herd Immunity dan berpotensi terjadi Kejadian Luar Biasa (KLB) sampai wabah.

Berdasarkan data surveilans Penyakit Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I) Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur, sampai dengan bulan Mei 2022 telah dilaporkan kenaikan kasus PD3I jika dibandingkan dengan bulan Mei 2021 di antaranya: (1). Kasus suspek difteri sebanyak 39 kasus (naik 1.7 kali lipat) diantaranya 6 kasus positif C.diphtheriae dengan 1 kasus meninggal dunia dan 1 kasus positif memiliki Hubungan Epidemiologis meninggal dunia. (2). Kasus campak konfirmasi laboratorium sebanyak 19 kasus (naik 6 kali lipat), dan 79 kasus rubela konfirmasi laboratorium (naik 26 kali lipat) dengan 1 Kejadian Luar Biasa (KLB) mix Campak-Rubela di Kota Batu.

Melihat kondisi tersebut, pemerintah pusat melalui Kementrian Kesehatan bergerak cepat mengkoordinasikan bersama pemerintah daerah baik provinsi/ kabupaten/ kota dalam mengantisipasi terhadap seluruh perubahan yang sedang terjadi.

Guna mengejar cakupan imunisasi yang rendah, pemerintah menggelar Bulan Imunisasi Anak Nasional (BIAN) yang akan berlangsung dua tahap. Adapun imunisasi yang diberikan berupa imunisasi tambahan campak rubela untuk usia 9 sampai 59 bulan. Jumlah sasaran penerima imunisasi tambahan campak rubela mencapai 2.399.159 anak. Pemberian tambahan imunisasi campak rubella ini untuk mengejar target eliminas campak rubella 2023. Selain imunisasi tambahan campak rubella pemerintah juga memberikan imunisasi kejar untuk anak yang tidak lengkap imunisasi OPV, IPV, dan DPT-HB-Hib. Imunisasi kejar diberikan untuk menutup kesenjangan imunitas terutama pada anak kurang dari 5 tahun. Dengan demikian maka seorang anak bisa menerima 2x suntikan saat proses imunisasi.

Pemberian imunisasi ganda yang telah dirancang oleh pemerintah ternyata tidak serta merta diterima oleh masyarakat. Berdasar hasil survey mayoritas orang tua di Jawa Timur merasa khawatir bila anaknya menerima imunisasi ganda. Namun setelah diberi penjelasan tentang keamanan imunisasi ganda oleh tenaga kesehatan maka 90% dari para orang tua mengijinkan anaknya untuk menerima imunisasi ganda.

Hal ini menunjukkan perlu adanya kolaborasi sehingga terkoordinir, terstruktur dan masiv semua bergerak dari berbagai sektor mulai dari pemerintah pusat, daerah, tenaga kesehatan, akademisi, masyarakat, swasta dan media untuk mensukseskan pelaksanaan BIAN ini. Selain itu edukasi kepada masyarakat juga hasus terus diberikan bahwa vaksin yang digunakan dalam pelaksanaan BIAN ini aman dan berkualitas serta telah mendapat rekomendasi dari WHO dan mendapat ijin edar dari BPOM.

Edukasi terkait dampak imunisasi juga perlu terus disampaikan pada masyarakat. Karena capaian imunisasi yang tinggi akan membentuk kekebalan kelompok dan melindungi anggota kelompok masyarakat yang tidak bisa atau belum bisa mendapat imunisasi. Selain itu pemberian vaksinasi pada usia tertentu seperti pada anak akan dapat membatasi penularan pada kelompok usia dewasa/ orang tua.

BIAN adalah upaya nyata untuk menyelamatkan generasi penerus bangsa. Untuk itu perlu dukungan masyarakat untuk menaruh perhatian penuh dalam melengkapi inimunisasi anak-anaknya.

Penyiapan SDM berkualitas juga merupakan suatu hal utama yang harus diwujudkan dalam mencapai pembangunan kesehatan di Indonesia. Kesehatan juga menjadi salah satu sektor prioritas demi mencapai Indonesia Unggul di masa mendatang.

Menyongsong bangkitnya generasi emas Indonesia tahun 2045, diperlukan pembangunan kesehatan dan pendidikan dalam perspektif masa depan, yaitu mewujudkan masyarakat Indonesia yang berkualitas, maju, mandiri, dan modern, serta meningkatkan harkat dan martabat bangsa. Keberhasilan dalam membangun dan memberikan layanan kesehatan secara inklusif akan memberikan kontribusi besar pada pencapaian tujuan pembangunan nasional secara keseluruhan.

Imunisasi yang diberikan kepada anak dapat melindungi anak-anak dari penyakit berbahaya sehingga anak lebih sehat dan lebih produktif. Tak hanya itu, manfaat dari imunisasi juga jauh lebih besar dibandingkan dampak yang ditimbulkan di masa depan.

Kepala Dinas Kesehatan Prov. Jatim dr. Erwin Astha menyatakan, bahwa Pemprov Jatim dibawah kepemimpinan Ibu Gubernur akan berupaya memenuhi kebutuhan dasar dan memberikan layanan kesehatan secara komperhensif dan holistik. “BIAN menjadi momentum dalam mewujudkan generasi sehat dan berkualitas khususnya menyongsong generasi emas tahun 2045 mendatang,” ungkapnya.

Sesuai visi dan misi Gubernur Jatim Tahun 2019-2024 disebutkan, bahwa Dinkes Prov. Jatim berupaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dengan fokus pada tiga sasaran diantaranya meningkatnya status kesehatan keluarga, meningkatnya kualitas pelayanan kesehatan hingga meningkatnya akuntabilitas kinerja Dinas Kesehatan.

Semoga dengan pelaksanaan BIAN akan menjadikan generasi Indonesia sehat, unggul dan berdaya saing. Menjadi generasi berkarakter memiliki kemampuan ilmu teknologi serta akhlak yang berkepribadian nasionalis terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

——– *** ———

Tags: