Morula Bertekad Buktikan Laki laki dan Perempuan Tak Mandul


Fertility Awareness Car Free Day Jalan Raya Darmo Tgl 3 November 20l9 “YOU ARE NOT ALONE”

Surabaya,Bhirawa
Kita sering dengan cepat menyebut perempuan atau laki-laki mandul ketika pasangan ini belum juga punya anak setelah beberapa waktu menikah. Padahal, selain istilah ini menyakitkan dan membunuh seketika harapan pasangan, masalah yang menimpa sebagian besar pasangan tersebut sebenamya adalah infertilitas (tidak subur), bukan sterilitas. Artinya pasanganpasangan ini sebenamya ada kemungkinan istri akan mengandung, hanya saja lebih kecil djbandingkan pasangan lain, dan membutuhkan bantuan ahli. lnfertilitas didetinisikan sebagai kegagalan mencapai kehamilan setelah 12 bulan melakukan hubungan suami istri secara teratur
tanpa kontrasepsi. Batasan waktu 12 bulan im’ relatif, artinya pada wanita yang menikah di atas usia 35 tahun, sudah disebut infertil apabila belum mencapai kehamilan setelah 6 bulan.
Demikian, Dr. Nikolas Dwi Susanto, M.Kes General Manager Morula IVF didampingi Dr.dr. Amang Surya P. SpOG, F-MAS
Direktur Morula IVF Sby saat dijumpai di sela sela acara Car Friday di muka hotel Mercure dalam rangka memperingayi HUT MoMorula yang ke 7 Minggu (3/11) kemarin.
Menurut dia, kesuburan adalah fungsi biologis yang peka terhadap stres dan kecemasan. Kondisi stres dan cemas secara kronis akan menurunkan kemungkinan program kesuburan untuk dapat berhasil. Persoalannya adalah ketika kita divonis memiliki masalah kesuburan, siapa yang tidak cemas dan stres? Belum lagi ketika upaya-upaya untuk mengandung tidak kunjung menghadirkan si buah hati, sedangkan tuntutan dari lingkungan sekitar semakin besar. Pada kelompok tertentu kehadiran buah hati akan sangat diharapkan, dengan berbagai alasan. Untuk membawa nama keluarga, melanj utkan bisnis orang tua, merawat di saat masa tua nanti, dan lain-lain. Yang ada adalah seperti lingkaran setan. Semakin stres, semakin kecil kemungkinan program kehamilan akan berhasil. Mereka yang pemah menunggu lama untuk memiliki buah hati sampai harus mengikuti program kehamilan pasti mengenal masa-masa yang menekan itu.
Morula IVF Surabaya dalam memperingati ulang tahunnya yang ke-7, menggunakan momen ini untuk menggugah kesadaran masyarakat luas bahwa ketidaksuburan bukan akhir dari segalanya dan mengajak bagi pasangan yang mengalami masalah ini untuk tidak berhenti berusaha karena masalah im’ bukan masalah kita sendiri. Tema yang diangkat pada tahun ini adalah “You are not alone” atau Anda tidak sendiri. “Tidak sendiri” di sini dapat dimaknai dari
beberapa dimensi yaitu,
l.“Tidak sendiri” berarti masalah ketidaksuburan bukan hanya masalah dari sisi wanita Stigma di masyarakat luas masih banyak yang menyalahkan wanita (istri) apabila tidak segera hamil. Stigma ini menyebabkan istri akan merasa rendah diri ketika bertemu dengan keluarga suami, bahkan banyak dapat menyebabkan gangguan komunikasi antara pasangan suami istri yang dapat berujung pada perpisahan.
Masyarakat perlu mengetahui bahwa sebenamya faktor pria dan faktor wanita memiliki proporsi yan g sama sebagai penyebab ketidaksuburan. Dalam usaha untuk mewuj udkan impian memiliki buah hati, baik suami maupun istri memiliki peran yang sama besar. Sehingga bagi para wanita diharapkan tidak malu lagi untuk berkomunikasi dengan pasangannya apabila memiliki masalah yang terkait ketidaksuburan. Bagi para suami juga diharapkan mendampingi dan mendukung istri dalam usaha mendapatkan buah hati. Dukungan im’ paling sederhana dapat diwujudkan dalam bentuk tidak malu untuk berkunjung ke klinik fertilitas dan memeriksakan kondisi spermanya.
2.“Tidak sendiri” berarti banyak pasangan usia subur di Indonesia yang mengalami ketidaksuburan Ketika mengalami ketidaksuburan banyak pasangan justru menutup diri dan “minder” dalam hubungan sosial mereka, baik dan’ teman sebaya, lingkungan sekitar maupun keluarga besar. Padahal sebenamya ketidaksuburan adalah kondisi medis yang sama seperti kita sakit pada umumnya. Dengan berkonsultasi dengan ahli fertilitas dan mengenali penyebabnya dengan tepat, kondisi im’ dapat diperbaiki. Ketidaksuburan dialami oleh 10-15% pasangan usia subur di Indonesia. Artinya apabila dalam satu ruangan ada 7-10 orang yang dalam usia subur (19~45 tahun), salah satu dari orang tersebut mengalami kondisi ketidaksuburan. Hanya saja mungkin orang yang mengalami ketidaksuburan itu belum menyadari masalahnya, bisa karena dia belum menikah atau sudah menikah tetapi memutuskan untuk menunda kehamilan dan belum memeariksakan did.
3.“Tidak sendiri” berarti ada klinik fertilitas yang siap menemani dan membantu mewujudkan impian mendapatkan buah hati Banyak pasangan yang mengalami ketidaksuburan cenderung putus asa dan menyalahkan takdir bahwa mereka tidak dipercaya oleh Yang Maha Kuasa untuk mendapatkan buah hati. Padahal sebenamya di sekitar mereka ada klinik fertilitas yang dapat membantu mengenali penyebab ketidaksuburannya. Dengan mengetahui penyebabnya, diharapkan dapat melakukan program kehamilan yang sesuai dengan kondisi pasangan tersebut. Program kehamilan dapat berupa cara alami dengan menghitung masa subur untuk mendapatkan waktu yang tepat berhubungan suami istri, inseminasi dalam rahim, atau bayi tabung. Program kehamilan mana yang akan dijalani sebaiknya diputuskan secara rasional oleh pasangan suami istri dengan pertimbangan dokter ahli fertilitas sesuai penyebab ketidaksuburannya, agar waktu dan biaya yang dikeluarkan dapat digunakan secara efektif dan efisien.
Kegiatanfertility awareness ini diharapkan dapat dilakukan secara rutin setiap tahun di masa yang akan datang. Kita perlu menyadari bahwa masalah ketidaksuburan bukan hanya masalah medis bagi pasangan yang mengalaminya. Masalah ini juga memiliki dampak psikologis dan sosial yang cukup besar. “Seyogyanya seluruh masyarakat luas dapat mengerti dengan benar apa itu infertilitas dan dapat memberikan dukungan apabila di sekitar kita terdapat pasangan yang mengalami infertilitas. Karena infertilitas adalah masalah kita bersama dan bagi pasangan yang mengalami infertilitas, tetap ingat bahwa Anda tidak sendiri. YOU ARE NOT ALONE.” Pungkas Dr. Nikolas Dwi Susanto, M.Kes (ma)

Tags: