MPR-RI : Pengusaha Nakal Timbulkan Devisit Rp 400 T

Anggota MPR RI, H Sungkono saat sosialisasi empat pilar di balai desa.

Anggota MPR RI, H Sungkono saat sosialisasi empat pilar di balai desa.

Sidoarjo, Bhirawa
Tanpa disadari selama ini banyak pengusaha hitam yang mencoba memanipulasi pajak dengan cara selalu melaporkan hutang perusahaannya, untuk membebaskan dari kewajiban membayar pajak. Akibatnya setiap tahun negara mengalami devisit dari penyalahgunaan ini sekitar Rp300 triliun hingga Rp400 triliun per tahun.
Anggota MPR/DPR RI, H Sungkono, saat melakukan sosialisasi empat pilar kehidupan berbangsa dan bernegara di Balai Desa Ketegan, Kec Tanggulangin, Minggu petang, mengatakan, modus pengusaha untuk menghindari pajak sudah bertahun-tahun tanpa ada tindakan preventif dari pemerintah, padahal kerugian yang diakibatkan sangat fantastis. Pengusaha ini selalu melaporkan posisi hutangnya yang sangat besar sehingga perusahaannya bisa lari dari kewajiban membayar pajak.
Sungkono menyebut, kini ada 300 pengusaha besar yang menguasai 80% aset swasta (di luar perusahaan asing). Kenapa bisa begini, karena pengusaha kecil UMKM dan koperasi tidak didorong untuk menjadi besar. Di Negara Cina, misalnya UMKM hanya membayar bunga pinjaman 2% per bulan. Sedangkan di Indonesia pihak bank mengenakan hingga 7,5%. Karena itu wajar di Cina mudah tumbuh pengusaha besar yang awalnya dari kecil. Gairah berbisnis di sana sangat kuat didorong  insentif bunga bank.
”Indonesia sebenarnya memiliki potensi sangat besar untuk menjadi macan asia. Memiliki potensi alam yang luar biasa. Masyarakatnya yang senang berbisnis. Tetapi pemerintah dan bank juga harus mendorong, bagaimana mengembangkan usaha mereka. Ketimpangan ekonomi yang tajam, sementara banyak pengusaha besar yang abai membantu yang lemah itulah yang menjadi faktor pelambat untuk memperbanyak bisnisman,” papar Sungkono.
Menurut Sungkono, negara harus kuat, jangan malah sebaliknya menjadi lemah karena banyak teknologinya yang tak dikelola dengan baik. Satelit Palapa juga sudah di jual, sebaliknya malah negara menyewa satelit dari negara lain. Australia memiliki kemampuan untuk mendeteksi gerakan militer Indonesia. Kapal perang Amerika juga sering mendekati perairan Indonesia, dengan menegaskan kalau mereka berada di zona bebas. Kedaulatan NKRI harus diperhatikan dengan serius.
Dalam ketahanan sosial, Sungkono, mengingatkan, orang tua untuk tidak abai melihat perkembangan anak. Teknologi informasi itu juga harus disaring, karena ada kecenderungannya banyak anak atau orang tua yang hanya memikirkan dirinya sendiri. Mengurung diri di kamar karena keranjingan game online.
Diakui atau tidak, saat ini semakin banyak generasi penerus bangsa yang sama sekali tak faham dengan empat pilar kebangsaan. Dengan sosialisasi empat pilar berbangsa dan bernegara ini, maka generasi bangsa akan memiliki kecintaan kepada bangsanya sendiri.
”Sudah menjadi kewajiban bagi kita, untuk memberikan pengetahuan kepada anak-anak kita tentang pentingnya memahami Pancasila secara utuh,” tutur Sungkono.
Jika empat pilar ini tak disosialisasikan secara terus menerus, dikhawatir empat pilar kebangsaan menjadi benda asing bagi rakyat Indonesia. ”Karenanya sebagai perwakilan rakyat, saya berkewajiban terus-menerus mensosialisasikan termasuk mendorong implementasinya agar kesadaran nasionalisme Bangsa Indonesia meningkat,” tegas Sungkono. [hds]

Tags: