Mudik Lebaran Menggerakkan Ekonomi Pedesaan

Agus SamiadjiOleh :
Agus Samiadji
Wartawan Senior Anggota PWI Jatim

Tradisi mudik lebaran dalam merayakan Hari Raya Idul Fitri yang setiap tahun sekali dilakukan oleh rakyat Indonesia merupakan tradisi turun menurun. Tradisi mudik lebaran seakan-akan merupakan suatu kewajiban bagi rakyat Indonesia. Mungkin tak ada duanya dilakukan oleh negara lain.
Perayaan Hari Raya Idul Fitri yang merupakan hari kemenangan bagi umat Islam setelah menjalani kewajiban berpuasa selama satu bulan penuh. Perayaan Hari Raya Idul Fitri dikenal lebaran bagi rakyat Indonesia tidak saja dimensi religius, tetapi juga sangat kental dengan dimensi sosial, budaya dan silahturahmi. Bisa saja mudik lebaran itu sebagai suatu kewajiban pulang kampung setahun sekali dan saling memaafkan kepada sanak saudara, handai taulan dan yang paling penting adalah sungkem kepada orang tua. Bagi masyarakat dari desa ataupun dari kota yang bekerja merantau ke daerah lain, bila saat lebaran tidak mudik terasa malu dan menjadi perbincangan para handai taulan maupun keluarga. Saja saya yang bekerja di dalam negeri, bagi para tenaga kerja Indonesia (TKI) yang bekerja di luar negeri seperti Timur Tengah, Malaysia, Singapura, Hongkong, Jepang dan negara lainnya selalu berusaha minta cuti mudik lebaran.
Bayangkan untuk biaya mudik tersebut sangat besar namun mereka tetap berusaha untuk mudik lebaran. Saya mempunyai teman dari desa Gudo Jombang yang bekerja di daerah Sulawesi Tengah di bidang pertanian, berusaha setiap tahun pulang, tetapi karena suatu hal karena dana kurang terpaksa dua tahun sekali mudik lebaran. Kalau sudah bisa melaksanakan mudik lebaran rasanya senang sekali, bisa bertemu dengan keluarga, handai taulan dan bisa silaturahmi rasanya gembira sekali.
Teman saya yang juga berasal dari Keras Kediri setiap tahun selalu mudik lebaran dari Kota Surabaya dengan menggunakan sepeda motor. Mudik lebaran sangat menyenangkan sekali bertemu keluarga, handai taulan dan bisa menghilangkan kepenatan selama setahun bekerja di Surabaya. Sementara itu, bagi masyarakat daerah maupun di kota juga bersiap-siap menyediakan makanan dan minuman serta jajanan yang khas untuk suguhan para tamu.
Karena itu, tak heran kalau harga sembako di pasaran mulai ramadhan sampai menjelang lebaran harganya naik. Bagi para pengusaha sembako maupun pakaian jadi kain dan batik menjelang lebaran juga laris manis, karena para pemudik maupun masyarakat pada umumnya memakai pakaian baru.
Tradisi mudik lebaran yang turun temurun tersebut seakan-akan suatu kewajiban yang masyarakat Indonesia. Mudik lebaran tahun 2015 diprediksi sekitar 25 juta orang. Dapat dibayangkan bagaimana lalu lang moda transportasi darat, laut, udara selalu dipadati para pemudik lebaran. Kementerian Perhubungan telah menyiapkan sarana angkutan laut, darat dan udara yang naik sekitar 20% dari angkutan regular setiap harinya. Beruntung sekali, bahwa Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Timur yang mempelopori angkutan gratis mudik bareng dengan menyediakan angkutan bus, kereta api. Tradisi mudik bareng gratis tersebut akhirnya dilaksanakan secara nasional oleh pemerintah, diikuti mudik gratis bareng di perusahaan oleh swasta dan BUMN. Bahkan pada tahun 2015 ini, kesempatan untuk mudik bareng gratis juga dilaksanakan oleh Partai Politik “Demokrat”. Kejelian Partai Demokrat tersebut diharapkan bisa diikuti oleh parpol lainnya di tanah air. Dengan adanya mudik bareng “gratis” yang dilakukan oleh pemerintah, perusahaan swasta dan BUMN serta partai politik tersebut akan meringankan beban pemudik lebaran. Sekalipun sudah diadakan mudik gratis tersebut tetapi masih kurang. Karena pemudik lebaran jumlahnya puluhan juta orang. Karena itu, tak heran mudik lebaran masih banyak menggunakan sepeda maupun mobil pribadi. Karena itu sudah pasti terjadi kepadatan di jalan raya, utamanya di jalur pantura maupun lewat jalur tengah jurusan Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat ke Jakarta. Maka diharapkan pemerintah selalu melakukan perbaikan dan pelebaran infrastruktur jalan agar para pemudik bisa lancar dan aman.
Disediakan Rp 125,2 Triliun
Pemerintah dalam hal ini Bank Indonesia (BI) sudah menyiapkan dana untuk keperluan lebaran, mulai dari Ramadhan sampai Hari Raya Idul Fitri uang baru pecahan Rp 2000, Rp 5.000, Rp 10.000, Rp 50.000, dan Rp 100.000 sebesar Rp 125,2 trilyun. Setiap tahun dana kebutuhan mudik lebaran selalu meningkat, tahun 2013 Rp 103,2 triliun, tahun 2014 menjadi Rp 124,8 trilyun dan tahun 2015 Bank Indonesia menyiapkan Rp 125,2 trilyun.
Dana mudik lebaran tersebut sebagian besar digunakan untuk keperluan konsumtif antara lain membeli barang elektronik, HP baru, perhiasan emas, sepeda motor, mobil, dibagikan kepada keluarga dan handai taulan. Selain itu, untuk biaya membeli BBM bagi pemudik yang menggunakan sepeda motor, mobil, transportasi, pesta, ke tempat wisata dan hiburan selalu dikunjungi pemudik lebaran. Momentum dana mudik lebaran yang jumlahnya ratusan trilyun rupiah tersebut bisa untuk menggerakkan perekonomian rakyat di pedesaan. Antara lain untuk membeli ternak sapi, kerbau, kambing, ternak ayam, tanah, ladang dan digunakan yang produktif. Bagi putra dan putri daerah yang berhasil di kota besar dan di luar negeri agar kembali ke kampung halamannya dengan membangun industri, pertanian, peternakan, penggalengan ikan, industri makanan dan minuman dan usaha lainnya yang bisa menggerakkan perekonomian di pedesaan. Dengan majunya dunia usaha di pedesaan, maka akan bisa menampung tenaga kerja dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Dengan demikian akan mengurangi kesenjangan antara kota dan desa serta dapat mengurangi “urbanisasi” orang desa ke kota.
Dunia usaha UMKM dan koperasi yang kini mulai berkembang sudah saatnya membangun usaha ritel, membangun toko swalayan yang besar dan megah bisa menjadi kebanggaan rakyat di daerah. Sedangkan pemerintah agar meningkatkan sarana pendidikan membangun gedung sekolah tingkat SD, menengah dan perguruan tinggi. Bidang kesehatan meningkatkan status rumah sakit tipe “B” menjadi tipe “A” yang dilengkapi fasilitas serta tenaga medis dokter umum dan spesialis, sehingga pasien dapat dilayani dengan baik dan tidak perlu harus ke RSUD Dr. Soetomo Surabaya terkecuali yang urgen. Puskesmas yang merupakan ujung tombak bidang kesehatan perlu ditingkatkan fasilitas peralatan dan polinya, serta tenaga medis dokter umum dan spesialis, sehingga peran puskesmas sangat penting bagi masyarakat. Sebagaimana diketahui bahwa penduduk Indonesia 240 juta orang sekitar 60 persen tinggal di pedesaan. Semoga sukses pemudik lebaran pulang dan balik, selamat di tempat tujuan.

                                                                                          ———————– *** ————————

Tags: