Muhibah Delegasi Saudi

Foto Ilustrasi

Dua negeri muslim terbesar di dunia, sedang memantapkan hubungan bilateral. Beberapa kali pejabat senior Indonesia (setingkat menteri) berkunjung ke Saudi Arabia. Kini berbalas kunjungan muhibah. “Jamaah” pertama pejabat kerajaan Arab Saudi, sudah tiba di Indonesia. Delegasi “jamaah” yang lebih besar akan dipimpin raja Salman bin Abdul Aziz al-Saud. Akan turut pula beberapa pangeran dan pejabat senior (menteri sekaligus kerabat raja).
“Jamaah” dari negara paling kaya (minyak) di dunia ini menjajaki potensi investasi berbagai bidang usaha. Pilihannya, usaha padat karya (untuk Indonesia), dan padat modal (untuk Saudi Arabia). Selain per-minyak-an, sedang dijajaki usaha pertanian. Juga  kemungkinan industri penerbangan, serta industri pariwisata. Hubungan perdagangan kedua negara (Indonesia – Saudi Arabia) mencatatkan nilai sebesar US$ 5,48 milyar. Indonesia masih tekor devisa sekitar US$ 1,36 milyar.
Sejak berabad-abad silam Indonesia dikenal sebagai negeri “sorga” oleh pedagang Arab. Karena lingkungan alamnya yang subur menghijau. Lebih dari 300 ribu spesies tanaman tumbuh di Indonesia, termasuk jenis tanaman obat. Berbagai buah (mangga, durian, apel, dan manggis) dapat menjadi andalan ekspor Indonesia. Begitu juga rotan serta berbagai jenis kayu untuk interior dan furnitur (mebel).
Bangsa Indonesia, berabad-abad pula mengenal negeri Arab sebagai pusat peribadatan dan keilmuan (Islam). Dua kota terbesar Saudi telah dikenal akrab bangsa Indonesia. Yakni, Makkah (al-Mukarromah), yang terdapat baitullah (Ka’bah). Serta Madinah (al-Munawaroh), yang terdapat masjid Nabawi dan rumah Nabi Muhammad SAW. Pada kedua kota ini dilakukan ibadah haji dan umroh, serta pe-ziarah-an.
Konon hubungan dagang antara kedua bangsa sudah terjalin sejak abad ke-10. Dibuktikan dengan pusara makam saudagar Arab di Surabaya, Gresik, dan Aceh. Hubungan dagang berlanjut dengan hubungan budaya. Banyak pemuda Indonesia berangkat menuntut ilmu ke Saudi Arabia. Diantaranya yang terkenal, adalah Syeh Nawawi al-Bantani (asal Serang, Banten), yang menulis 115 kitab syarah tafsir dan hadits. Lahir di Serang, tahun 1815, dan wafat di Makkah (tahun 1897).
Urusan ke-agama-an (dan budaya) tidak dapat disepelekan, karena berkonsekuensi dengan perekonomian kerakyatan. Misalnya, jumlah muslim Indonesia yang menunaikan ibadah umroh (dan haji) menempati urutan ketiga. Tahun 2016 lalu, diperkirakan sebanyak 636 ribu orang Indonesia menunaikan umroh, serta 178 ribu menunaikan ibadah haji. “Omzet” bisnis umroh per-tahun mencapai Rp 12,7 trilyun!
Bisnis umroh, merupakan usaha rakyat (di luar pemerintah). Melibatkan banyak unit: administrasi (paspor dan visa), kostum pakaian ihram, tas, jasa handling airport, sampai pertukaran uang. Bahkan kini sudah banyak pembiayaan “leasing” umroh, serta MLM (multi level marketing) yang sangat makmur. Animo umroh diperkirakan tumbuh sekitar 16% tiap tahun. Sehingga pada tahun 2020, bisnis umroh akan lebih dari  Rp 20 trilyun se-tahun.
Sedang haji (yang diurus pemerintah) juga tak kalah pesatnya. Andai tidak ada pembatasan kuota, setiap tahun bisa di-ikuti 250 ribu jamaah per-tahun. Saat ini antrean haji harus sabar menunggu (rata-rata) sampai 17 tahun (dengan kuota 178 ribu orang). Andai kuota dibuka lebih lebar (200 ribu), niscaya antrean akan berkurang. Itulah yang paling ditunggu rakyat Indonesia. Kunjungan Raja Salman (dan “jamaah” pejabat Arab Saudi), akan menambah kuota haji.
Tetapi urusan bilateral Indonesia – Arab saudi, bukan hanya cerita indahnya spiritual ibadah haji dan umroh. Bahkan seharusnya “dikembalikan” pada awal hubungan: perdagangan, barter kebutuhan sehari-hari, bahan sandang dan pangan. Nusantara (Indonesia) merupakan bagian dari rute “silk road.” Pada era moderen, silk road dapat memperluas jenis komoditas, terutama energi.

                                                                                                             ———- 000 ————

Rate this article!
Muhibah Delegasi Saudi,5 / 5 ( 1votes )
Tags: