MUI Bentuk Pengurus hingga Tingkat Desa

Bupati Bojonegoro Suyoto saat membacakan ikrar sumpah janji kepada pengurus MUI Bojonegoro. (achmad basir/bhirawa)

Bupati Bojonegoro Suyoto saat membacakan ikrar sumpah janji kepada pengurus MUI Bojonegoro. (achmad basir/bhirawa)

Bojonegoro, Bhirawa
Majelis Ulama Indonesia (MUI) di Bojonegoro menggelar pelantikan pengurus MUI Kecamatan dan Desa Se Kabupaten Bojonegoro periode 2016-2021, Rabu (6/4), kemarin di Pendopo Kabupaten Bojonegoro. Pelantikan pengurus MUI ini diawali dengan pembacaan surat keputusan Dewan Perwakilan Daerah (DPD) MUI Bojonegoro, Nomor 001-027/MUI/Bjn/12/2016 tentang pengukuhan pengurus MUI Kecamatan dan Desa se Kabupaten Bojonegoro periode 2016-2021.
Pelantikan dilakukan oleh Bupati Bojonegoro, Drs. H. Suyoto, Msi yang kemudian diikuti dengan penandatangan berita acara pelantikan dan pengukuhan pengurus MUI tingkat kecamatan dan desa. Menurut Bupati Bojonegoro, Suyoto  dalam sambutannya menyampaikan tentang tanggung jawab sosial kemasyarakatan yang diemban pengurus MUI baik Kabupaten, Kecamatan bahkan di tingkat Desa. MUI mempunyai tugas mulia yakni membawa umat hidup lebih maju. “Maju dan mundurnya desa atau kecamatan tergantung ulama,” ungkapnya.
Bupati juga menyebutkan bahwa tipikal karakteriktik Bojonegoro terbagi dalam dua klasfikasi dimana Bojonegoro ke timur roda penggerak pembangunan terdiri dari pemerintah, pengusaha dan ulama, sedangkan untuk Bojonegoro ke barat pemerintah, ulama dan sedikit sentuhan pengusaha. “Pertumbuhan kedua titik yang jauh berbeda, untuk Bojonegoro barat cenderung stagnan dan lamban jika dibandingkan Bojonegoro timur,” ujarnya.
Dia mencontohkan banyak kearifan lokal yang diprakarsai oleh ulama dan kyai di Bojonegoro. Dan hal tersebut terbukti memiliki dampak yang luar biasa. Setidaknya ada tiga wilayah di Bojonegoro yang mememiliki kearifan lokal yang didukung oleh para ulama.
Yang pertama adalah rukun kematian di Desa Pajeng Kecamatan Gondang. Di tempat itu, lanjut Bupati, kematian yang identik dengan kesusahan dan mengeluarkan biaya banyak disulap menjadi berkah. “Uang iuran kematian oleh para tokoh diubah menjadi dana pinjaman bergulir baik untuk permodalan usaha atau pinjaman pembuatan sanitasi dan air bersih,” ucapnya.
Berangkat dari folosofi bahwa uang yang digunakan merupakan uang ‘Si Mayat atau orang Meninggal’, jadi tak ada yang berani ngemplang. Yang lebih membanggakan, pinjaman sapi bergulir itu mampu untuk biaya anak anak warga dusun tersebut hingga jenjang pendidikan tinggi. Pinjaman sapi bergulir ini berawal dari sebuah pohon di pemakaman yang hampir roboh kemudian ditebang dan dijual lalu dibelikan sapi. “Dari seekor sapi kini telah menjadi ratusan sapi yang bisa dinikmati oleh seluruh warga,” pungkasnya.
Sementara itu, Ketua Panitia acara ini, Drs. Hanafi, MM menyampaikan jumlah pengurus yang dilantik mencapai 1.300 orang yang merupakan pengurus MUI di 27 kecamatan dan 430 desa dan kelurahan di seluruh wilayah Bojonegoro.
Pelantikan ini dihadiri perwakilan MUI Jawa Timur, utusan MUI Kabupaten Tuban dan Lamongan, Forum Pimpinan Daerah serta pengurus MUI Kabupaten Bojonegoro serta menghadirkan orasi ilmiah yang dibawakan oleh Ustadz Imam Mawardi dari Surabaya. [bas]

Tags: