Mulai Menggeliat, Wisata Gunung Bromo Lebih Aman dan Nyaman

Di Pananjakan, sudah ada tanda khusus untuk physical distance bagi wisatawan yang ingin menikmati terbitnya matahari pagi.

Pemprov Jatim, Bhirawa
Gunung Bromo, merupakan objek wisata nomor satu di Jawa Timur yang kini sudah membuka kembali kunjungan wisatawan sejak Agustus 2020 lalu. Seperti apakah kondisi wisata Gunung Bromo terkini ditengah menggeliat kembali di masa pandemi Covid-19.

Untuk mengetahui lebih jauh, usai Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) RI mensosialisasikan panduan protokol berbasis CHSE yaitu singkatan dari cleanliness (kebersihan), healty (kesehatan), safety (keselamatan) dan enviromental sustainbility) kelestarian lingkungan.

Pada saat itu juga, Jumat (2/10) Kemenparekraf RI langsung dengan mensimulasikan perjalanan insentif dengan melibatkan beberapa media, agar bisa mengetahui sejauhmana penerapan protokol kesehatan berbasis CHSE ini diberlakukan.

Mulai dari keberangkatan menggunakan bus pariwisata, bermalam di hotel, menyewa kendaraan jeep untuk ke beberapa spot wisata, melihat kondisi yang ada spot wisata, maupun melihat dari dekat pelaku produk ekonomi kreatif lainnya,

Sebelum berangkat, penerapan protokol kesehatan diterapkan di bus pariwisata, diantaranya penyemprotan disinfektan, Selanjutnya peserta yang berangkat mengawali mencuci tangan dengan sabun, dan pihak bus pariwisata melakukan pengecekan suhu tubuh, dan menyemprotkan handsanitazier ke tangan peserta.

Begitujuga saat di dalam bus pariwisata, nampak kursi juga ditempelkan stiker untuk penerapan physical distancing. Ketika peserta di dalam bus juga diberikan paket tisu basah dan 1 botol kecil handsanitazier.

Untuk hotel yang akan menjadi jujugan peserta telah menerapkan protokol kesehatan, diantaranya penyemprotan disinfektan di setiap kamar. Setibanya peserta di hotel, diwajibkan untuk cuci tangan, lalu pihak hotel mengecek suhu tubuh, menyemprotkan handsanitizier ke tangan peserta.

Sebelum memasuki kamar hotel, disediakan juga di pintu kamar sebotol handsanitazier. Didalam kamar hotel juga nampak begitu bersih dan tertata dengan rapi, dan dipersiapkan juga seperangkat perlengkapan untuk mandi.

Pada Sabtu dini hari (3/10), pukul 2.00 Wib, berdatangan kendaraan jeep pariwisata yang siap mengantarkan peserta ke beberapa spot wisata Gunung Bromo. Kendaraan jeep itu langsung dilakukan penyemprotan disinfektan, Didalam kendaraan jeep juga terdapat sekat plastik sebagai wujud physical distancing.

Setibanya di spot wisata Pananjakan kawasan Gunung Bromo, nampak sudah mulai ramai dengan wisatawan yang masih didominasi dengan wisatawan domestik, Begitupula saat menuju spot untuk menikmati matahari terbit, juga telah disediakan titik berdiri agar wisatawan tetap menjaga physical distancing.

Selain Penanjakan, hal yang sama juga berlaku di spot wisata lainnya seperti di Pasir Berbisik masupun Bukit Teletubies. Banyak yang mengikuti adanya protokol kesehatan di wisata Gunung Bromo tersebut.

Dari pengalaman tersebut, peserta benar benar merasakan kalau ada perbedaan ketika berwisata ke Gunung Bromo. Ketatnya penerapan protokol kesehatan termasuk CHSE sangat dibutuhkan agar kenyamanan, keamanan, dan keselamatan bersama menjadi hal yang sangat penting bagi sesama ditengah pandemi seperti ini.

Sudah menggeliatnya kunjungan wisatawan ini sebelumnya dilontarkan Kepala Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru, John Kennedy ketika dikonfirmasi.

Dikatakannya saat itu, memang awal dibukanya wisata Gunung Bromo, hanya menyediakan kuota 20 persen, lalu beranjak 40 persen, dan rencananya akan naik lagi kuota 60 persen.

Menilik hal itu, sejatinya protokol kesehatan menjadi hal sangat penting untuk selalu diikuti baik seluruh stake holder dibidang kepariwisataan dan wisatawan yang berkunjung ke Bromo Tengger Semeru.

Sebelumnya, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jawa Timur, Sinarto mengatakan, kalau wisatawan masih didominasi wisatawan domestik, kalau wisatawan mancanegara masih belum begitu banyak.

“Kalau wisatawan mancanegara masih berasal dari pekerja luar negeri yang ada di tinggal di Indonesia. Seperti di Bali, ada laporan kalau mereka sudah ada yang berkunjung ke Gunung Bromo, Pendaftarannya melalui online,” katanya.

Pedagang yang ada di kawasan Gunung Bromo juga diwajibkan menerapkan protokol kesehatan

Apa Kata Mereka

Di Penanjakan kawasan Gunung Bromo, salah satu pengunjung asal Surabaya, Lydia Rekwandani juga mengakui kalau dalam kunjungannya berwisata ke Gunung Bromo ini lebih enjoy dibandingkan sebelum adanya pandemi.

“Lebih enak saat ini, meskipun mulai ramai namun tidak seramai sebelumnya., dan masih bisa menikmati terbitnya matahari dan berfoto. Selain itu, hotel juga bersih dan nyaman. Sebelumnya juga saya cek semuanya,” katanya.

Begitupula saat menaiki kendaraan jeep, Lydia mengatakan, nmemang semuanya telah berubah, apalagi kini ketika naik kendaraan jeep sudah ada sekat plastik. “

“Penumpang yang naik dibatasi, juga terasa lega. Apalagi tersekat plastik dalam menjaga jarak,” katanya.

Ia juga berharap, pengunjung wisata lainnya yang ada di Gunung Bromo harus tetap mengedepankan protokol kesehatan, karena semuanya tentunya ingin sama sama terlindung ditengah adanya pandemi ini.

Disisi lain, pelaku kepariwisataan seperti salah satu penjaja topi kupluk, sarung tangan, dan syal, Wandi sempat bercerita kalau adanya pandemi Covid-19 kali ini sangat memukul perekonomian mereka. Apalagi dengan ditutupnya wisata Gunung Bromo.

Sejak akhir Agustus lalu dibuka, perlahan penjaja topi kupluk, sarung tangan, dan syal itu mulai berangsur bangkit. “Sangat terpukul, saat tidak ada wisatawan datang. Kami hanya bekerja menjadi petani sayur. Kami berharap, dibukanya wisata bisa berangsur normal lagi,” ujar Wandi.

Hal yang sama juga disampaikan supir jeep yang juga warga Ngadisari, Amin menyampaikan, kalau di Gunung Bromo ini ada 1800 kendaraan jeep. Dari jumlah itu di Probolimggo ada 800 jeep. Sejak dibukanya kembali wisata Bromo, masih 80 kendaraan jeep yang aktif.

Pemilik kendaraan Jeep Land Cruiser tahun 1979 ini menceritakan, sebelum datangnya pandemi, dalam satu minggu bisa sampai lima hingga enam kali trip. “Sekarang ini,dalam waktu seminggu hanya kisaran satu atau dua kali trip saja,” katanya yang mengaku juga ada tes rapid untuk pengemudi jeep.

Dari penuturan pengunjung wisata, hingga pelaku kepariwisataan inilah memang dapat dilihat kalau mereka sama sama menginginkan menggeliatnya wisata Gunung Bromo, dengan prosedur dan protokol kesehatan yang selalu wajib dipenuhi. [rac]

Tags: