Mulai Merekkan Nama Kakek, Sampai Bikin Business Plan One Stop Resto

2-Foto _tam (1)Surabaya, Bhirawa
Libur sekolah memang asyik jika diisi dengan kegiatan-kegiatan menyenangkan. Seperti berwisata atau mengunjungi sanak keluarga. Namun tak kalah asyik, bila liburan sekolah diisi dengan berlatih jadi pengusaha dengan berbagai tantangan dan permainan yang ditawarkan.
Seperti yang menjadi pilihan sejumlah pelajar SMP di Surabaya dalam mengikuti program Remaja Preneur di Lembaga Kursus dan Pelatihan (LKP) Swastika Prima, Surabaya. Selama tiga hari ini, mereka berlatih bagaimana merintis usaha dari hal terkecil dan mewujudkannya menjadi besar. Malminka Kanza dari SMP Al Muslim Surabaya ialah salah satunya yang antusias mengejar cita-citanya sebagai pengusaha.
Tak ada lagi kata malu bahkan untuk berjualan nasi pecel. Yah, dalam pelatihan tersebut salah satu tantangannya memang menjual produk usaha. Kanza memilih nasi pecel khas Madiun yang dia beri merek ‘Mbah Kamin’. “Itu nama mbah saya sendiri yang dari Madiun. Bumbu pecel buatannya enak,” kata Kanza saat ditemui di sela kegiatannya mengikuti Remaja Preneur, Selasa (30/12).
Perjalanannya menunaikan tantangan itu berlangsung selama 90 menit pada hari kedua pelatihan. Keyakinannya menjadi pengusaha pun berhasil mendorongnya berjalan menjajahkan nasi pecel hingga laku 15 porsi.
“Kebetulan memang Cuma bawa 15 porsi. Jadi jualannya habis semua,” terang Kanza. Dari hasil penjualan selama 90 menit itu, Kanza mengaku bisa mengantongi keuntungan Rp27 ribu. Itu dihitung dari modal awal sebesar Rp48 ribu dan omset penjualan Rp75 ribu. Menariknya, semua tercatat rapi dalam bisnis plan yang dibuat Kanza.
Selain Kanza, Syarif Fahrudin asal SMP Muhammadiyah 2 Surabaya juga tak kalah antusias. Di kelas entrepreneur itu, dia telah menggambarkan sebuah usaha restoran yang dilengkapi fasilitas kolam renang dan pemancingan.
Dia sadar, usaha semacam itu butuh waktu yang lama untuk mewujudkannya dan biaya yang besar. Karena itu, dia ingin merintis usaha restoran itu dengan membuka café sederhana yang menjual aneka rasa kopi.
Direktur Public Relation LKP Swastika Prima Christine Wu mengatakan, latihan ini pada dasaranya ditekankan pada pengembangan mental anak. Menurutnya, usia pelajar ini saat yang tepat bagi orang tua untuk menata mental mereka. Mulai dari keberanian, kejujuran, manajerial dan selera humor untuk seni berwirausaha.
“Karena berusaha pasti akan menjual sesuatu. Tentu dia akan bertemu orang untuk berkomunikasi. Humar ini penting untuk mencairkan suasana,” kata dia.
Program Remaja Preneur yang digelarnya ini sengaja disesuaikan dengan jadwal liburan sekolah. Selain agar tidak mengganggu jam sekolah, program ini juga pas untuk mengisi liburan yang menyenangkan. Antusiasme masyarakat pun cukup tinggi. Total peserta yang mendaftar untuk ikut mencapai 150 pelajar.
Namun setiap kelas hanya diisi tiga sampai lima orang peserta yang masing-masing di dampingin seorang tutor. “Kita sengaja konsep pelatihan ini dengan game-game menarik dan tantangan agar mereka juga menikmati masa liburan sekolah,” kata dia.
Selain itu, membuat tantangan menjual produk. Di hari terakhir para siswa juga diajak berkunjung ke sejumlah tempat usaha milik alumni-alumni LKP Swastika Prima. Ini tujuannya untuk memacu motivasi dan menggali inspirasi membangun usaha.
“Kita berharap mereka ini bisa menjadi pengusaha dengan visi yang besar. Karena itu, semua keinginan harus ditulis dalam rencana yang terperinci dan matang,” pungkas Christine. [tam]

Keterangan Foto : Malminka Kanza, siswi SMP Al Muslim Surabaya memamerkan produknya berupa nasi pecel ‘Mbah Kamin’ dalam program Remaja Preneur di LKP Swastika Prima Surabaya. [adit hananta utama/ bhirawa]

Tags: