Mulki Auliya, Mahasiswa Perintis Menu Ayam Kampung

Mulki Auliya, mahasiswa semester VII salah satu kampus di Situbondo saat akan mengantar pesanan masakan ayam kampung hasil olahan sendiri. [sawawi]

Omset Paling Sedikit Rp2 Juta Perbulan, Tetap Ingin Kuliah hingga Pasca Sarjana
Kab Situbondo, Bhirawa
Asal ada kemauan yang kuat, siapa saja pasti akan mudah meraih sebuah cita-cita yang tinggi. Ungkapan ini dipegang teguh Mulki Auliya, mahasiswa semester VII di sebuah kampus di Situbondo. Mulki sejak awal perguruan tinggi, tak pernah ada rasa minder dan malu menjajakan masakan ayam kampung usai kuliah. Ya, Mulki rela menjajakan masakan ayam kampung seorang diri sejak setahun belakangan ini. Langkah mulia Mulki ini mendapat dukungan dari para dosen, orang tua dan sahabat dekatnya.
Sebelum berangkat atau sesudah kuliah, Mulki selalu mempersiapkan satu unit motor, helm dan jaket miliknya untuk mengantarkan orderan masakan ayam kampung hasil racikan sendiri. Tak hanya itu, Mulki juga mempersiapkan tempat ayam kampung dan pendukung alat lainnya sehingga bisa lancarsampai ketempat tujuan pembeli. “Saya setiap harinya begini (naik motor dengan membonceng masakan ayam kampung, red) untuk mengantar orderan kepada pemesan,” ujarnya.
Sejak pertama terjun membuka usaha tersebut, Mulki masih dihantui perasaan khawatir. Namun hari demi hari, Mulki mulai menemukan kepuasan dalam berusaha secara mandiri. Sedikit demi sedikit hasil usaha yang ia dapatkan mulai ia dikumpulkan untuk ditabung. Dalam sebulan, Mulki mengaku bisa mengumpulkan uang sedikitnya Rp2 jutaan. “Dari hasil ini saya beryukur, karena biaya kuliah tidak perlu meminta kepada orang tua,” katanya.
Kata Mulki, untuk bisa melanjutkan kuliah, tak ada jalan lain baginya selain menekuni uaha masakan ayam kampung. Sebelum memiliki usaha masakan ayam kampung, Mulki sempat kebingungan untuk membayar biaya kuliahnya di sebuah kampus Situbondo. Bahkan, kala itu orang tuanya harus mencari pinjaman kepada para tetangganya. “Alhamdulillah, kini saya sudah mulai diberi kelancaran. Ini semua berkat usaha keras yang saya tekuni setiap hari,” ucapnya.
Mulki mengaku tinggal di sebuah rumah semi permanen di Desa Pecinan, Kecamatan Mangaran Situbondo. Di timur sebelah rumahnya, berdiri sebuah kandang yang ditempati puluhan ayam kampung. Di rumah berdinding bambu itulah, Mulki Auliya memulai usaha masakan ayam kampung. Hasilnya pun cukup menggiurkan, meski tak seperti pengusaha ternak besar, Mulki bisa melanjutkan kuliah hingga semester VII.
“Dengan hasil penjualan masakan ayam kampung itu, saya berharap dapat terus melanjutkan kuliah. Karena hasilnya memang saya belikan untuk kebutuhan kampus. Kalau ada sisanya baru saya serahkan kepada orang tua,” ungkapnya.
Menurut Mulki, dirinya memulai usaha bisnis ayam sejak 11 bulan yang lalu. Saat itu aku Mulki mempunyai ayam peliharaan sekitar 300 ekor. Ketika ayam mulai membesar, Mulki sempat kebingungan mau diapakan ayam ayam hasil ternaknya tersebut. Akhirnya Mulki mencoba memotong 5 ekor dan mulai ditawarkan kepada teman dan tetangganya. “Ternyata banyak yang berminat mau membeli. Bahkan ada yang memesan dalam jumlah banyak,” katanya.
Hasan, sahabat dekat Mulki menambahkan, hasil masakan ayam kampung Mulki pertama kali masih sedikit. Namun lama kelamaan, aku Hasan, menu ala Mulki mulai menemukan pelanggan. Bahkan mulai ada puluhan warga yang meminati menu masakan ayam kampung ala resep Mulki. Menurut Hasan, peluang manis itu ditatap serius oleh Mulki hingga mampu meningkatkan usahanya. “Dia mulai mencari peternak-peternak ayam untuk dibeli ayamnya,” tegas Hasan.
Masih kata Hasan, langkah usaha Mulki hingga saat ini terus berkembang pesat. Bahkan usaha Mulki dimata Hasan, sudah berani memperluas jaringan dengan membeli ayam di salah satu pengepul di SItubondo. Harganya pun beragam, kata Hasan, mulai Rp 20 ribu hingga Rp 35 ribu. “Kemudian setelah dimasak, oleh Mulki dijual kepelanggan sebesar Rp 45 ribu/ porsi. Jadi limit keuntungan yang didapat lumayan besar,” terangnya.
Hasan menuturkan, hingga kini Mulki setiap harinya mampu memasak menu ayam kampung sekitar lima ekor. Berbeda dengan kondisi sebelumnya yang rata rata mampu menjual masakan ayam 1-2 ekor. Sebagai sahabat dekat Mulki, dirinya berharap usaha masakan ayam kampungnya terus berkembang dengan pesat. “Mulki ini tidak hanya ingin meraih gelar S1 saja tetapi juga ingin meraih gelar sarjana S2. Baru setelah itu memikirkan ke jenjang pernikahan,” pungkasnya. [sawawi]

Tags: