Museum Tengger Baru Dikunjungi 20 Orang

Museum tengger yang selama setahun baru 20 pengunjung.

Setahun Berdiri, Tanpa Papan Nama
Probolinggo, Bhirawa
Sudah hampir setahun berdiri, Musem Seni Budaya Tengger baru didatangi 20 pengunjung. Musem seni budaya dan galeri foto yang berada di Pendopo Agung Desa Ngadisari Kecamatan Sukapura, ini diresmikan hampir setahun yang lalu tepatnya Sabtu ( 25/11/2017).
Salah seorang petugas jaga museum Wahyono mengatakan, sejak diresmikan hingga Rabu (5/9), hanya ada sekitar 20 orang yang mengunjungi museum ini. Mereka merupakan rombongan pelajar asal luar kota. “Hanya satu kali itu saja pengunjung yang datang. Setelah itu, sudah tidak ada lagi yang berkunjung,” ujarnya.
Menurutnya, sepinya museum ini karena tidak ada papan nama yang menunjukan keberadaan museum ini. Meski sepi, Wahyono tetap setia membuka pintu museum saban hari. Tujuannya, berjaga-jaga barang kali ada wisatawan Gunung Bromo yang mampir. “Setiap hari buka, tapi ya begitu, tidak pernah ada pengunjung. Tapi, karena sudah pekerjaan saya,” katanya.
Kepala Dinas Pemuda, Olahraga, Pariwisata, dan Kebudayaan Kabupaten Probolinggo M. Sidik Wijanarko mengatakan, sepinya museum bukan karena kurangnya sosialisasi. Bahkan, selama ini sosialisasi terus dilakukan. Termasuk, melalui guide, travel, dan driver jip yang membawa wisatawan ke Gunung Bromo.
“Sasarannya kan wisatawan. Tapi, karena yang ada di mindset wisatawan tujuan utamanya ke Bromo melihat sunrise, jadi datang ke Bromo pukul 1 malam langsung nonton sunrise terus pulang. Mereka tidak ke museum,” paparnya.
Koleksi museum sendiri sejauh ini belum lengkap. Masih butuh beberapa benda lagi yang akan diletakkan di sana. “Memang masih belum lengkap. Khususnya duplikasi pusaka yang disimpan sesepuh Tengger. Secara bertahap pemerintah akan melengkapi isi museum sesuai kemampuan anggaran,” jelasnya.
Sidik mengatakan, pihaknya akan terus menganggarkan untuk mengisi museum ini. Tujuannya, menarik perhatian masyarakat berkunjung ke sana. Museum ini sebagai tempat edukasi. Agar ke depan makin banyak dikunjungi, pihaknya akan terus mempromosikannya.
Lebih lanjut M. Sidik Widjanarko menyampaikan dilaksanakannya pembangunan fasilitas penunjang wisata Bromo yakni Gedung Tourism Informasi Center (TIC), Museum Seni Budaya dan Galeri Foto ini dilakukan sebagai media untuk mempromosikan potensi pariwisata dan seni budaya daerah, sehingga para pengunjung wisata dapat menikmati dengan baik dan membawa kesan baik bagi wisatawan.
Museum Seni Budaya Tengger dan Galeri Foto serta Art Center (Mini Amphli Theater) dan fasilitas toilet umum merupakan bagian integral dari pembangunan wisata nasional agar supaya dapat memberikan kontribusi signifikan terhadap kemajuan kepariwisataan Regional dan Nasional.
“Selain itu, berdirinya gedung museum dan galeri foto di kawasan wisata ini memiliki maksud sebagai wahana pelestarian budaya dan peninggalan sejarah masyarakat Tengger sebagai wujud penghargaan atas hasil cipta, rasa dan karsa leluhur yang adi luhung. Untuk fasilitas Gedung TIC ini pula dapat menjadi salah satu penunjang wisata yang berperan aktif atas semua potensi serta kekayaan wisata yang di miliki,” katanya.
Menurutnya, pembangunan Art Centre berupa Mini Amphli Theater sebagai panggung terbuka pertunjukan seni budaya dimaksudkan untuk melengkapi keindahan penorama alam gunung Bromo melalui pagelaran seni dan budaya khas Tengger secara langsung di tempat terbuka. Pembangunan gedung tersebut untuk mendukung tumbuh dan berkembangnya pariwisata di Kabupaten Probolinggo, terutama untuk menunjang fasilitas objek wisata Gunung Bromo. Sehingga wisatawan bisa mendapatkan informasi potensi destinasi wisata lain dan mengenal budaya Tengge, tambahnyar. [wap]

Tags: