Musik Gamelan untuk Media Konseling

Sri Asih Andayani

Sri Asih Andayani
Terapi psikologi seringkali menggunakan musik sebagai medianya. Khususnya musik klasik yang sering digunakan karena dipercaya mampu menenangkan psikologis seseorang. Melihat hal ini, mahasiswa magister Psikologi Universitas 17 Agustus 1945 (Untag), Sri Asih Andayani mencoba berinovasi dengan mencari musik klasik khas Indonesia untuk media konseling.
Ia pun memilih musik gamelan sebagai musik tradisional untuk terapi pada psikologi anak berkebutuhan khusus saat berada pada kondisi tantrum. Tantrum pada anak berkebutuhan khusus di usia 2 hingga 11 tahun merupakan tantrum tersulit. Sebab, pada usia ini, anak belum bisa berkomunikasi dengan baik untuk mengatasi emosi meluap yang dialami.
“Anak kecil usia 2 sampai 11 tahun memang biasa tantrum. Tapi gampang ditenangkan dengan bujukan. Namun, untuk anak berkebutuhan khusus tantrumnya lebih lama karena belum paham komunikasi sepenuhnya,” ujarnya.
Dikatakannya, ada berbagai jenis gamelan di Indonesia. Ia memulai riset musik gamelan dengan mencari berbagai compact disk di pasaran yang berisi musik gamelan. Pilihannya kemudian jatuh pada gamelan bali yang memiliki ketukan dengan irama lebih lugas dibandingkan musik gamelan Jawa.
“Anak berkebutuhan khusus itu kalau mendengar musik dengan ketukan yang jelas, maka telinganya akan lebih peka. Kemudian getaran pada telinga bisa membantu membuat peka saraf otak mereka,”jelas wanita kelahiran Surabaya, 8 Juni 1977 ini. Sebenarnya sudah banyak penelitian serupa, lanjut dia, hanya saja kebanyakan menggunakan musik klasik.
Iapun melakukan penelitian pada 12 anak berkebutuhan khusus. Mulai dari down syndrom, gangguan pendengaran dan bicara, autis hingga terlambat bicara. Melalui 15 indikator yang dia gunakan, Sri mencoba menerapkam kebiasaan mendengarkan musik tersebut hingga 23 kali. Hasilnya pun terlihat signifikan. Dari 12 anak berkebutuhan khusus itu, seluruhnya mengalami penurunan pada perubuhan tingkat emosional.
“Latihannya terus membiasakan mereka. Hasilnya dari banyak indikator seperti tindakan agresif, melalui verbal non verbal, ada juga yang membanting barang mulai berkurang. Minimal mereka hanya menangis saat tantrum,”ungkapnya wanita yang meraih indeks prestasi 3,81 ini. [tam]

Rate this article!
Tags: