Musim (Hujan) Bersambung

karikatur ilustrasi

Sudah memasuki bulan Mei, tetapi hujan masih turun. Padahal seharusnya, pada bulan April sudah mulai musim kemarau. Tetapi hujan bagai tiada henti, masih menyebabkan banjir besar di Bandung (Jawa Barat) dan Magelang (Jawa Tengah). Pantai utara (pantura) Jawa, juga mulai menunjukkan banjir rob di kabupaten Pekalongan.  Ini  menandakan, musim hujan akan bersambung. Bahkan pekan ini akan disusul banjir rob, pengaruh gravitasi bulan purnama.
Tetapi bencana ke-iklim-an, karena musim bersambung, bukan dimulai pada kawasan pantai. Melainkan pada kawasan pegunungan. Antaralain Bandung Raya (kota dan kabupaten Bandung, Jawa Barat), telah direndam banjir. Sungai Ciwidey, meluap deras, menyergap rumah penduduk di bantaran sungai. Ini menandakan daya dukung alam telah merosot, akibat peng-alihan fungsi lahan. Terutama di catchment-area (area tangkapan air hujan), di hulu sungai.
Gambaran citra satelit, kontur sungai Ciwidey telah nampak curam. Serta kondisi hulu sungai telah gundul. Begitu kawasan perkebunan teh dan hutan, telah berubah menjadi tanaman musiman (sayur-sayuran). Padahal teh dan hutan ringan, berfungsi sebagai “dam” penahan air. Petani juga memotong kontur lahan, agar per-akar-an kebun sayur tak cepat busuk. Sehingga “dam” di kawasan resapan air telah hilang. Curah hujan tak tertahan.
Merosotnya daya dukung alam (kawasan sungai dan bantaran) semakin parah dengan sedimentasi dan penyempitan aliran sungai. Kapasitas tampungan air menyempit di sepanjang 20 kilometer aliran sungai. Ciwidey, berhulu di gunung Patuha, desa Sugihmukti, Bandung. Tetapi bantaran sungai yang curam (kritis) bisa ditemukan di seantero pulau Jawa.
Misalnya, di Jawa Tengah, terdapat kali Wungu yang mengalir di ibukota propinsi. Bulan (April) lalu, masyarakat yang bertempat tinggal di bantaran sungai, harus berjuang menyelamatkan diri. Begitu pula di Jawa Timur, terdapat kali Caluk, yang memisahkan kabupaten Ponorogo dengan Pacitan. Tahun 2014 lalu, plengseng kali Caluk yang kritis, tergerus terbawa air, termasuk beton kaki jembatan juga bergeser. Jembatan ambruk!
Sungai-sungai lain, tak kalah mirisnya. Disebabkan bantaran sungai yang semakin kritis, karena berubah fungsi. Misalnya, lahan kritis DAS (daerah aliran sungai) Bengawan Solo hilir semakin meluas. Bantaran kritis telah lebih dari 500 ribu hektar. Diantaranya meliputi 172.300 hektar di Bojonegoro dan 129.600 hektar di Pacitan. Lima tahun terakhir luapan Bengawan Solo menyebar, di luar area langganan.
Berdasar catatan BMKG (Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika), selama tahun 2017 saja, telah terjadi 1.078 bencana. Itu hanya disebabkan oleh curahan air hujan, menjadi bencana banjir dan tanah longsor. Sebanyak 20 bencana diantaranya terjadi pada sepekan awal Mei (2017). Hujan tidak dirasa sebagai berkah manakala daya dukung alam terus merosot.
Yang paling fenomenal, adalah kerusakan Kali Lamong, yang melintas dari Gresik ke Surabaya. Di daerah hilir sampai muara, beberapa kilometer sebelum berbatasan dengan laut, sungai makin menyusut hingga tersisa hanya 30%. Selebihnya, di sepanjang bantaran sudah ditumbuhi bangunan semi permanen, perkantoran daarurat serta dermaga-dermaga kecil liar!
Pengalaman musim bersambung tahun lalu, air laut pasang (rob) bergerak cepat menuju pantai, sampai melampaui perkampungan. Setidaknya 24 daerah sudah terendam banjir air lut. Tak terkecuali kota-kota utama di Indonesia, Jakarta (Utara), Semarang, Surabaya, dan Belawan (di Sumatera Utara) juga terdampak banjir rob.
Musim hujan bersambung, potensi banjir (dan longsor) selalu mengintai. Ini meng-akibatkan sekitar 63,7 juta jiwa penduduk berisiko terpapar dampak banjir. Maka seyogianya, Pemerintah daerah lebih kukuh menjaga tata-ruang wilayah, serta menyusun mapping kebencanaan berdasar kondisi terbaru.

                                                                                                                          ——— 000 ———

Rate this article!
Musim (Hujan) Bersambung,5 / 5 ( 1votes )
Tags: