Musim Hujan Petani Tebu Bondowoso Merugi

Petani tebu Bondowoso terpaksa menggunakan alat geret berbiaya tinggi untuk mengeluarkan truck dari lahan menuju jalan raya. [samsul tahar]

Petani tebu Bondowoso terpaksa menggunakan alat geret berbiaya tinggi untuk mengeluarkan truck dari lahan menuju jalan raya. [samsul tahar]

Bondowoso, Bhirawa
Musim penghujan yang kini melanda seluruh daerah di Indonesia ternyata tidak selamanya membawa berkah, bahkan hal ini merupakan ‘musibah’ bagi para petani tebu khususnya yang berada di areal yang cukup sulit seperti didaerah perbukitan Kec Tlogosari, Bondowoso.
Hal ini sebagiamana dialami para petani tebu yang tergabung dalam wilayah kerja Koperasi Unit Desa (KUD) Podo Rukun yang memasok tebunya ke Pabrik Gula (PG) Prajekan Bondowoso, karena biaya produksinya terus meningkat khususnya untuk biaya angkut, karena untuk mengeluarkan truck yang sudah berisi tebu menuju jalan raya harus menggunakan alat geret berupa tracktor besar.
Abdurrahman (50) Petani tebu asal Desa Jebung Kidul Tlogosari yang juga pengurus KUD Podo Rukun mengungkapkan, jika pada musim panen tebu tahun ini, para petani yang tergabung dalam KUD Podo Rukun sangat tidak maksimal, bahkan bisa dikatakan merugi akibat besarnya biaya yang harus dikeluarkan petani untuk panen tebunya.
“Tahun ini petani kurang beruntung mas, bahkan bisa dkatakan merugi, karena untuk mengeluarkan truck tebu dari lahan harus keluar biaya hingga Rp500 ribu,” katanya.
Abdurrahman juga mengungkapkan jika rendemen tebu kalau pada musim penghujan kini sangat rendah dibanding tahun sebelumnya yang mencapai 10 bahkan lebih, tetapi pada tahun ni berkisar pada angka 6 bahkan 5 dengan masimal rendemen yang diperoleh petani hanya berkisar pada angka 8.
“Kalau rendemen rendah secara otomatis produksi gula akan menurun karena tingginya kadar air, sehingga pendapatan petani menurun sedangkan biaya tebang dan angkut tinggi,” ungkapnya.
Sementara itu, Ketua APTRI Unit Prajekan Bondowoso, H Holik Fil Filain mengaku prihatin dengan kondisi akstrim yang menimpa petani tebu Bondowoso, diharapkan para petani tak jera untuk menanam tebu dalam rangka mendukung program pemerintah untuk sur plus gula agar gula impor tidak menguasai Indonesia.
“Saya berharap kejadian tahun ini tidak membuat petani tebu berhenti menanam tebu, ini juga dalam rangka mendukung kedaulatan pangan sebagaimana komitmen Pak Jokowi,” katanya.
H Holik juga berharap, pemerintah lebih bijak dalam keberpihakannya pada petani tebu yang selama ini sudah berusaha mandiri dengan berbagai kebijakan yang kurang berpihak diantaranya tidak mendapatkan alokasi pupuk maupun adanya kebijakan impor gula saat musim panen, sehingga harga gula anjlok dan pendapatan petani tebu menjadi berkurang.
“Saya berharap komitmen pemerintah untuk berpihak pada petani dengan memberikan alokasi pupuk yang cukup dan kredit lunak bisa dilakukan pada tahun ini,” harapnya.
Holik juga mengaku sangat menyesalkan adanya informasi jika ada beberapa Pabrik Gula di Jatim akan ditutup dengan alasan efisiensi, karena menurutnya hal itu akan megancam keberadaan petani tebu dan sur plus gula sebagaimana target pemerintah akan tiak tercapai.
“Jika alasannya karena beberapa mesin PG yang sudah tua dan tidak bias berproduksi secara maksimal, seharusnya dilakukan perbaikan dan peremajaan bukan malah ditutup,” pungkasnya. [har]

Tags: