Musim Kemarau, NTP Jatim Turun Drastis

Anggota Komisi B DPRD Jatim, Yusuf Rohana

Anggota Komisi B DPRD Jatim, Yusuf Rohana

DPRD Jatim, Bhirawa
Kurangnya perhatian dari Pemprov Jatim terhadap penanganan musim kemarau membuat Nilai Tukar Petani (NTP) menurun drastis. Bahkan penurunan NTP di Jatim tersebut tertinggi,jika dibandingkan dengan provinsi lainnya.
Anggota Komisi B DPRD Jatim, Yusuf Rohana menegaskan NTP di Jatim saat ini sangat tajam  turunnya. Padahal selama ini tidak pernah terjadi. Bahkan dibandingkan dengan Jateng, dan Jabar, Provinsi Jatim sangat drastis penurunannya.Hal ini tampak dengan menurunnya kesejahteraan para petani.
“selama ini angka NTP di Jatim belum pernah hingga di bawah 100 persen. Namun akibat kurang responsipnya Pemprov, dalam hal ini SKPD yang terkait terhadap penanganan musim kemarau NTP turun drastis hingga dibawah 100 persen,”tegas politikus asal PKS, Senin (27/6).
Drastisnya penurunan NTP tersebut, tambahnya tidak hanya dirasakan para petani saja, tetapi juga berdampak pada turunnya daya minat beli masyarakat luas terhadap produk pertanian.Daya minat jual terhadap daya beli berbanding jauh, karena naiknya harga jual.
Yusuf mengingatkan dengan turunnya NTP ini Pemprov tidak boleh serta merta menjadikan faktor cuaca sebagai alasan utama. Pemprov Jatim melalui Dinas Pengairan harus mencari solusi yang tepat untuk tetap dapat mempunyai persediaan air yang cukup ketika terjadi musim kemarau.Mengingat Indonesia memiliki dua musim yakni musim hujan dan kemarau.
“Pemprov tidak bisa menyalahkan alam sebagai dampak turunnya NTP. Jangan dibandingkan dengan provinsi lainnya.Dinas terkait harus cermat dalam mencari solusi.  Indonesia ini kan mempunyai dua musim yakni hujan dan kemarau,” tuturnya Yusuf.
Untuk itu, Komisi B mendesak Dinas PU Pengairan agar mengaktifkan kembali embung-embung peninggalan Belanda ketika jaman penjajahan. Di Jatim terdapat banyak embung-embung peninggalan Belanda yang dapat diaktifkan kembali.Selain itu, juga dapat dilakukan pembangunan waduk-waduk di lokasi yang kekeringannya sangat parah, seperti di Sumenep. Di mana setiap musim kemarau, Kepulauan Sapudi sering terjadi kekeringan.
”Embung dan waduk ini dapat menampung air ketika musim hujan, sehingga tidak terjadi banjir. Di Sampang setiap hujan selalu banjir, maka dengan waduk dapat menampung dan dimanfaat ketika kemarau,” pungkasnya.[cty]

Tags: